News

/

Latest News

Peneliti FKG UGM Buktikan Kombinasi Minyak Herbal Aman untuk Kulit

Pascapandemi, masyarakat semakin sadar akan pentingnya menggunakan produk kesehatan berbasis alami. Namun, tak sedikit produk herbal yang beredar belum melalui uji keamanan secara ilmiah. Menjawab kebutuhan tersebut, tim peneliti dari Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada (FKG UGM) berhasil membuktikan bahwa kombinasi minyak kayu manis, peppermint, lemon, dan mentol tidak menimbulkan iritasi kulit. Hasil ini membuka jalan bagi pengembangan produk kesehatan berbasis herbal yang aman dan alami.

Penelitian yang dipimpin oleh drg. Anne Handrini Dewi, M.Kes., ini merupakan bagian dari program Hibah Penelitian Dana Masyarakat FKG UGM. Ia menyebut penelitian ini dirancang untuk pengembangan produk seperti plester sariawan, tisu kesehatan, hingga hand sanitizer,” ucapnya.

Minyak esensial kayu manis mengandung cinnamaldehyde yang bersifat antibakteri, sementara peppermint, lemon, dan mentol memberikan efek aromaterapi yang menyegarkan. Semua bahan tersebut berasal dari tanaman yang tumbuh subur di Indonesia, menjadikannya bahan lokal yang potensial untuk mendukung industri kesehatan dalam negeri. “Selain alami, formulasi ini dapat menjadi alternatif yang lebih aman dibanding produk kimia komersial,” tambahnya.

Penelitian dilakukan secara in vivo menggunakan 30 ekor tikus Wistar. Tiap tikus diolesi larutan uji di punggungnya, kemudian diamati setelah 1, 24, 48, dan 72 jam untuk memantau munculnya gejala eritema (kemerahan pada kulit akibat peradangan) dan edema (pembengkakan akibat penumpukan cairan). Setelah proses observasi, bagian kulit tikus kemudian diperiksa di bawah mikroskop menggunakan teknik pewarnaan khusus untuk melihat bagaimana respons sel-sel kekebalan tubuh terhadap bahan yang diuji.

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa indeks iritasi primer (PII) bernilai 0, yang artinya campuran bahan herbal ini tidak menyebabkan iritasi maupun reaksi alergi pada kulit. Pemeriksaan lebih lanjut terhadap jaringan kulit juga menunjukkan bahwa sel-sel kekebalan seperti makrofag, neutrofil, dan sel mast tidak menunjukkan tanda-tanda peradangan, sehingga dapat disimpulkan bahwa bahan ini aman digunakan.

Selain para dosen peneliti, lima mahasiswa S1 Kedokteran Gigi juga turut berkontribusi aktif dalam penelitian ini: Nur Hidayatun, Nabila Amalia Putri, Orchidthania Hamissayunda Putri, Aulia Pradnya Maharani, dan Cenny Karmila. “Melibatkan mahasiswa dalam riset seperti ini sangat penting untuk melatih keterampilan mereka di lapangan,” kata drg. Anne.

Ke depan, tim peneliti berharap dapat mengembangkan hasil ini menjadi prototipe produk siap pakai. Anne berharap ada mitra industri yang bisa mengangkat hasil ini ke tahap produksi massal. Masyarakat membutuhkan produk lokal yang tidak hanya efektif, tetapi juga aman dan alami,” tutupnya.

Penulis: Fajar Budi Harsakti
Photo: Freepik

Tags

Share News

Related News
5 June 2025

Dosen FKG UGM Teliti Bahan untuk Percepat Perawatan Ortodonti

3 June 2025

Apakah Gigi Bisa Mengalami Penuaan?

2 June 2025

Mengenal Perbedaan Gigi Susu dan Gigi Permanen

en_US