Suatu hari, salah satu anak yang awalnya belum bisa kumur akhirnya bisa berkumur, kemudian ada orang tua yang menyampaikan “Pak, ini sikat giginya enak, anak-anak jadi rajin gosok gigi.” Dari kalimat sederhana itu Rieza menyadari bahwa inovasi terbaik lahir dari empati, bukan hanya teknologi.
Tahun 2025 tim dari Poltekkes Tasikmalaya masuk TOP 60 KIJB 2025, salah satunya karya Dr. Rieza Zulfahmi Taftazani, S.ST., M.Kes alumni Prodi Doktoral FKG UGM dan peran dukungan PT. Kaltim Methanol Industri (KMI) sebagai kolaborator Prodi S3 IKG FKG UGM yang mendukung penuh proses penelitian Rieza dalam kerangka Pengabdian Masyarakat berbasis riset, yang diselenggarakan secara multi-tahun dan berkelanjutan. Sehingga projek yang dilaksanakan menjadi salah satu implementasi kolaborasi-sinergi multihelix yang menjadi unggulan UGM. Rieza begitu akrab disapa, menghadirkan sikat gigi Gama Brush DS (Genggam Adaptif Mandiri Anak untuk Down Syndrome). Berikut kisah Rieza bersama ‘Sikat Giginya’.
Inspirasi Gama Brush DS
GAMA brush DS lahir dari kesenjangan nyata antara kebutuhan anak Down Syndrome dan produk sikat gigi yang ada di pasaran. Selama ini, sikat gigi konvensional didesain dengan asumsi pengguna memiliki kontrol motorik halus yang baik, padahal anak Down Syndrome umumnya mengalami hipotonia otot tangan (lemah otot), keterbatasan genggaman, dan kepekaan sensorik yang berbeda. Akibatnya, banyak dari mereka tidak mampu menyikat gigi secara mandiri atau bahkan menolak untuk menyikat gigi karena merasa tidak nyaman. Nama “GAMA brush DS” sendiri merupakan singkatan dari Genggam Adaptif Mandiri Anak, yang mencerminkan filosofi dasarnya yaitu membantu anak mencapai kemandirian melalui desain yang adaptif.
Sebuah Sikat Gigi Inovasi
GAMA Brush DS dikembangkan dari temuan lapangan bahwa sebagian besar anak dengan Down Syndrome mengalami kesulitan menyikat gigi secara mandiri karena kelemahan tonus otot dan keterbatasan motorik halus. Sikat gigi konvensional sering kali terlalu kecil, licin, atau tidak nyaman digenggam sehingga anak cepat lelah dan bergantung pada pendamping.
GAMA Brush DS hadir sebagai sikat gigi adaptif yang dirancang berbasis cetakan genggaman tangan anak Down Syndrome, menggabungkan aspek ergonomi, sensorik, dan keamanan material. Produk ini dirancang melalui tahapan ilmiah mulai dari observasi di SLB, simulasi finite element analysis, hingga pencetakan digital berbasis SLA 3D printing, menjadikannya mudah direplikasi secara lokal.
Keistimewaan dan kebaruannya (novelty) Sikat Gigi GAMA Brush DS:
- Desain genggam berbasis data biomekanika (telapak tangan) anak.
- Leher fleksibel yang mengikuti kontur mulut anak untuk pembersihan lebih efektif.
- Pegangan ergonomis anti-selip dengan tekstur bintik untuk stimulasi sensorik.
- Material biokompatibel dan ringan, aman digunakan sehari-hari.
Lebih dari sekadar alat pembersih, GAMA Brush DS dirancang sebagai alat bantu latihan kemandirian (activity of daily living/ADL) membantu anak Down Syndrome belajar merawat diri, meningkatkan rasa percaya diri, dan memperkuat ikatan dengan pendampingnya. GAMA brush DS memiliki keunikan pada desain gagang adaptif yang disesuaikan dengan bentuk genggaman tangan anak Down Syndrome. Berbeda dari sikat konvensional, GAMA brush DS memiliki pegangan ergonomis bertekstur bintik untuk stimulasi sensorik, leher fleksibel, material ringan, dan kepala sikat lepas pasang. Novelty terletak pada pendekatan ilmiah yang menyatukan user-centered design, finite element analysis, dan uji klinis langsung pada anak Down Syndrome.
Implementasi Menjadi Sebuah Produk Massal
Saat ini, prototipe GAMA brush DS telah melewati tahap uji ergonomi, simulasi kekuatan material, dan uji klinis terbatas. Tahap berikutnya adalah optimalisasi produksi agar lebih efisien, karena versi awal masih menggunakan teknologi 3D printing dengan biaya relatif tinggi. Saat ini, Rieza sedang mempersiapkan transisi ke injection molding dan menjajaki kolaborasi dengan mitra industri untuk produksi skala besar, disertai pengajuan paten desain industri.
Sikat Gigi GAMA Brush DS masuk jajaran TOP 60 KIJB 2025
Masuk ke dalam TOP 60 KIJB 2025 adalah kehormatan besar bagi Rieza bukan hanya sebagai pengakuan atas inovasi, tapi juga bukti bahwa penelitian dari kampus UGM dan Reiza sendiri berasal dari Poltekkes Tasikmalaya bisa berdampak nyata bagi masyarakat. Secara pribadi, ini momentum untuk menunjukkan bahwa penelitian akademik tidak berhenti di jurnal, tapi bisa diimplementasikan hingga level kebijakan dan produk publik.
Penulis: Andri Wicaksono | Foto: Dokumentasi Pribadi Reiza