Prof. drg. Heni Susilowati, M.Kes., Ph.D., resmi dikukuhkan sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Mikrobiologi dan Imunologi Oral di Balai Senat Universitas Gadjah Mada (UGM). Dalam pengukuhannya, beliau menyampaikan pidato ilmiah berjudul “Peran Pseudomonas aeruginosa dalam Infeksi Rongga Mulut” pada Selasa (14/1).
Dalam pidatonya, Prof. Heni menyoroti pentingnya kesehatan gigi dan mulut sebagai bagian integral dari kesehatan tubuh secara keseluruhan. Mengutip tema Hari Kesehatan Gigi Dunia 2024, “A Happy Mouth is a Happy Body,” beliau menegaskan bahwa kesehatan rongga mulut tidak hanya mencakup upaya pencegahan tetapi juga perawatan dan rehabilitasi penyakit, seperti karies, infeksi jaringan pendukung gigi, dan penyakit jaringan lunak rongga mulut.
Pseudomonas aeruginosa menjadi fokus utama dalam pidato ilmiah tersebut. Menurut Prof. Heni, bakteri ini sering kali terabaikan dalam penelitian kedokteran gigi meskipun memiliki peran signifikan dalam infeksi rongga mulut. “Bakteri ini memiliki kemampuan virulensi yang kompleks, termasuk pembentukan biofilm, produksi pigmen pyocyanin, dan resistensi terhadap antibiotik, yang menyulitkan proses penyembuhan,” ujar beliau.
Pseudomonas aeruginosa merupakan bakteri gram negatif yang sering ditemukan di lingkungan, termasuk air, tanah, dan permukaan rumah sakit. Bakteri ini dapat menyebabkan berbagai infeksi, terutama pada individu dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah. Dalam konteks kedokteran gigi, infeksi oleh Pseudomonas aeruginosa dapat terjadi pada pasien dengan alat bantu medis atau luka terbuka di rongga mulut. Penelitian terkait bakteri ini sangat penting untuk mencegah komplikasi yang serius.
Berdasarkan data terbaru, prevalensi penyakit gigi dan mulut di Indonesia masih tinggi. Hasil Survei Kesehatan Indonesia 2023 menunjukkan bahwa 36-49% remaja hingga dewasa mengalami karies gigi, sementara penyakit jaringan lunak seperti gusi bengkak atau abses memiliki prevalensi sebesar 9,3%.
Prof. Heni juga mengungkapkan bahwa infeksi rongga mulut tidak selalu berasal dari mikroorganisme oral. “Pada kondisi tertentu, infeksi dapat disebabkan oleh bakteri dari luar rongga mulut, seperti Pseudomonas aeruginosa, yang biasanya ditemukan di lingkungan rumah sakit dan rentan menyerang pasien dengan sistem imun lemah,” jelasnya.
Pidato ini mencakup pemaparan rinci mengenai mekanisme patogenitas P. aeruginosa, termasuk kemampuan adaptasinya melalui modifikasi lipopolysaccharide (LPS), gerak bakteri melalui flagela dan pili, serta peran biofilm dalam resistensi antibiotik.
Pada akhir pidatonya, Prof. Heni menyampaikan rekomendasi untuk meningkatkan kesadaran dan langkah pencegahan infeksi rongga mulut. Beliau juga menegaskan pentingnya kolaborasi antara peneliti dan praktisi dalam memahami peran bakteri seperti P. aeruginosa dalam konteks kesehatan gigi dan mulut.
Penulis dan Foto: Fajar Budi H.