News

/

Artikel, Latest News

Pemanfaatan Cerita Edukatif untuk Edukasi Kesehatan Gigi Anak

Kesehatan mulut anak merupakan aspek penting dalam tumbuh kembang dan kualitas hidup. Namun sayangnya, tingkat kebersihan mulut anak di Indonesia masih belum memadai; misalnya, hanya 1,75% anak usia 9-10 tahun yang menyikat gigi dengan benar.  Edukasi kesehatan gigi yang menarik dan mudah dipahami anak-anak sangat dibutuhkan untuk mengubah kebiasaan sehari-hari. Salah satu metode yang makin diperhitungkan adalah penggunaan cerita edukatif yakni narasi, dongeng, atau skenario interaktif yang mengemas pesan kesehatan gigi dalam bentuk yang menyenangkan dan mudah diingat.

Mengapa Cerita Edukatif Efektif untuk Anak

Metode cerita edukatif memiliki beberapa kelebihan khusus untuk populasi anak-anak:

  • Bahasa dan konteks yang dekat dengan kehidupan anak, membuat pesan lebih mudah dicerna dan diinternalisasi.
  • Unsur imajinatif dan visual dapat meningkatkan keterlibatan emosi dan perhatian anak, sehingga edukasi menjadi lebih “hidup”.
  • Pengulangan yang menyenangkan, melalui tokoh, alur cerita, dan elemen interaktif, membantu pembentukan kebiasaan baru (misalnya menyikat gigi dua kali sehari, menggunakan benang gigi).
  • Transfer pengetahuan lewat narasi sering lebih efektif dibandingkan ceramah atau presentasi kaku—terlebih sesuai dengan perkembangan kognitif anak.

Penelitian dari mahasiswa FKG UGM, Rahma Fitriani, dengan bimbingan Prof. drg. Sri Kuswandari. M.S., Sp. KGA.(K)., Subsp. KKA (K)., Ph. D. dan Prof. Dr. drg. Al. Supartinah SU., Sp.KGA(K) yang dikutip menunjukkan bahwa edukasi dengan metode ceramah dan audiovisual sama-sama efektif dalam menurunkan skor plak gigi anak usia 9-10 tahun.  Hal ini mengindikasikan bahwa metode edukasi yang lebih interaktif dan menarik seperti cerita kemungkinan besar dapat memberikan hasil yang baik.

Desain dan Elemen Cerita Edukatif untuk Kesehatan Gigi

Agar cerita edukatif menghasilkan dampak nyata, beberapa elemen penting perlu diperhatikan:

  1. Tokoh Utama yang Relatable
    Misalnya: “Gigi dan Gusi” berbicara tentang petualangan membersihkan plak, “Sikat Gigi Si Penyelamat” yang melawan monster gula, atau “Tim Kunyah Kuat” yang menjaga gigi anak tetap sehat.
  2. Alur yang Memiliki Konflik dan Solusi
    Cerita bisa dimulai dengan masalah (anak lupa menyikat gigi, monster plak menyerang), dilanjutkan langkah penyelesaian (menggunakan sikat gigi + benang secara benar), dan diakhiri hasil positif (gigi bersih, monster plak pergi).
  3. Pesan Kunci yang Disampaikan secara Jelas
    Contoh: “Coba sikat gigi yang tepat, dua kali sehari,” “Gunakan benang gigi pagi atau sore,” “Kurangi makanan manis sesudah makan”.
  4. Visual dan Media Pendukung
    Bisa berupa buku gambar, video animasi pendek, komik interaktif, atau audio cerita yang dibacakan guru. Kombinasi audiovisual maupun cerita tradisional akan memperkuat pesan.
  5. Tindak Lanjut dan Pengulangan
    Cerita bukan sekadar sekali dengar. Jadwalkan sesi pengulangan di sekolah atau rumah, quiz interaktif, dan aktivitas praktis untuk mengukuhkan kegiatan menyikat gigi yang benar.

Implikasi Klinis dan Implementasi di Sekolah

  • Sekolah dasar dan program promotif di komunitas dapat mengadopsi cerita edukatif sebagai bagian dari kurikulum kesehatan gigi anak.
  • Guru atau tenaga kesehatan sekolah dapat memfasilitasi sesi cerita, kemudian dilanjutkan dengan praktik langsung (demonstrasi menyikat gigi, penggunaan benang).
  • Monitoring sederhana dapat dilakukan: misalnya pengukuran skor plak sebelum dan sesudah implementasi cerita edukatif, seperti dalam penelitian yang dijadikan kutipan.
  • Cerita edukatif memberi peluang untuk merangsang perubahan perilaku positif sejak usia dini, yang akan berdampak jangka panjang pada penurunan karies dan penyakit mulut.

***

Pemanfaatan cerita edukatif merupakan strategi yang sangat menjanjikan dalam edukasi kesehatan gigi anak. Dengan mengemas pesan kebersihan mulut dalam narasi yang menarik, anak-anak dapat lebih mudah memahami dan mempraktekkan kebiasaan menyikat gigi yang benar. Penelitian menunjukkan bahwa intervensi edukatif berbasis ceramah ataupun audiovisual efektif dalam menurunkan skor plak gigi anak usia 9-10 tahun.  Oleh karena itu, cerita edukatif dapat menjadi metode alternatif atau pelengkap yang sangat bermanfaat untuk meningkatkan kesehatan mulut anak secara luas.

References
RAHMA FITRIANI, Prof. drg. Sri Kuswandari. M.S., Sp. KGA.(K)., Subsp. KKA (K)., Ph. D; Prof. Dr.drg. Al. Supartinah SU., Sp.KGA(K), PENGARUH EDUKASI KESEHATAN GIGI DENGAN METODE CERAMAH DAN AUDIOVISUAL TERHADAP PENURUNAN SKOR PLAK GIGI PADA ANAK USIA 9-10 TAHUN (Kajian di Sekolah Dasar Negeri Jurugentong, Banguntapan Bantul, Kota Yogyakarta), https://etd.repository.ugm.ac.id/penelitian/detail/249239

Author: Rizky B. Hendrawan | Photo: Freepik

Tags

Share News

Related News
26 December 2025

FKG UGM Bina FKG UMY untuk Dirikan PPDGS Kedokteran Gigi Anak

24 December 2025

Bagi Residen Periodonsia UGM, Ujian Kompetensi Nasional Tak Lagi Menakutkan

23 December 2025

FKG UGM Matangkan Re-Akreditasi Program Studi Spesialis Penyakit Mulut Melalui Simulasi Borang

en_US