Dental Collaborative Updates hari ke-2 bertajuk “Overcoming Transformations in Dentistry for Optimal Patient Care” yang digelar di Auditorium Margono Soeradji Fakultas Kedokteran Gigi UGM pada hari Minggu (27/10/2024). Dalam kesempatan tersebut, Prof. drg. Ika Dewi Ana, M.Kes., Ph.D., menjadi pembicara dengan topik “Kerjasama Interdisiplin untuk Menopang Industri Biomedis dan Layanan Kedokteran Gigi di Indonesia.”
Prof. Ika menyoroti pentingnya kolaborasi dalam pengembangan teknologi biomedis guna menghadapi tantangan modal besar, teknologi mutakhir, dan kebutuhan sumber daya manusia yang mendalam kepada seluruh peserta, yang meliputi mahasiswa, dokter, perawat, dan praktisi di bidang kedokteran gigi.
Pada presentasinya, Ia membagikan pengalamannya dalam mengembangkan membran biomedis otomatis yang kini digunakan dalam pengobatan regeneratif, hasil dari kerja sama dengan LPDP dan Universitas Sam Ratulangi, yang didanai melalui Rispro LPDP (2016 – 2018) serta Program Dana Padanan Kedaireka (2022 – 2023).
Selain itu, Ia memaparkan potensi nanoteknologi dalam kedokteran, khususnya dalam pembuatan alat diagnostik dan adjuvan vaksin, yang mempercepat inovasi dalam penanganan kanker mulut dan pengendalian infeksi.
“Industri biomedis adalah bidang yang sangat capital intensive. Memerlukan modal besar untuk pengembangan teknologinya, produksinya. Teknologi sterilisasi dan ruang laboratorium serta produksi juga harus memenuhi standar internasional. Kita sebagai mahasiswa atau peneliti tidak dapat mengerjakan semuanya sendirian. Kita harus selalu siap untuk berkolaborasi,” ujar Prof. Ika, menekankan pentingnya sinergi dengan mitra industri dan institusi kesehatan.
Ia juga mengungkapkan kolaborasi potensial dengan perusahaan lokal seperti Dermama dan Sparta Medical di Perancis, yang dapat menjadi tempat mahasiswa magang untuk belajar teknologi sel punca dan alat medis.
Memasuki sesi tanya jawab, Faris, salah seorang mahasiswa, bertanya tentang tantangan dalam riset biomedis. Menjawab pertanyaan ini, Prof. Ika menekankan bahwa keberhasilan inovasi memerlukan keterlibatan industri dan dukungan penuh dari institusi, “Di samping capital intensive, industri biomedis itu juga technology intensive. Harus selalu mengembangkan inovasi yang memerlukan dukungan pendanaan tidak sedikit. Juga human resources intensive. Diperlukan sumber daya manusia yang andal, terlatih, dan inovatif. Ini merupakan Tantangan dalam inovasi biomedis,” lanjut Prof. Ika.
Seminar ini membawa manfaat besar bagi peserta, memberikan wawasan praktis tentang peran kolaborasi dalam menjawab tantangan industri biomedis. Prof. Ika juga menyoroti isu sarkopenia pada lansia dan kaitannya dengan kesehatan mulut, menunjukkan betapa pentingnya kerja sama lintas bidang untuk mengatasi tantangan kesehatan nasional.
Dengan begitu, adanya inisiatif ini turut berkontribusi terhadap Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya pada SDGs tujuan ke-3 (Kesehatan dan Kesejahteraan), tujuan ke-9 (Industri, Inovasi, dan Infrastruktur), serta tujuan ke-17 (Kemitraan untuk Mencapai Tujuan).
Author: Pram