News

/

Latest News

FKG UGM Kembangkan Bahan Tambal Gigi Ramah Lingkungan dari Serat Sutera

Di tengah dorongan global menuju praktik kedokteran gigi yang ramah lingkungan, tim peneliti Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada (FKG UGM) berhasil mengembangkan bahan tambal gigi berbasis serat alami sutera Wajo. Inovasi yang diberi nama Dental Silkbon ini menjadi langkah nyata menuju penggunaan material dental yang berkelanjutan dan berasal dari sumber daya lokal Indonesia.

Produk ini dirancang sebagai penguat bahan tambal gigi agar lebih kuat dan tahan lama dibandingkan resin komposit konvensional. Selain untuk tambalan besar, bahan ini juga dapat digunakan sebagai retainer ortodontik, splinting, hingga bahan prostodontik. Serat sutera yang digunakan berasal dari kepompong Bombyx mori yang memiliki kekuatan tinggi dan tidak mudah putus, sehingga cocok untuk kebutuhan klinis di bidang kedokteran gigi.

Prof. Dr. drg. Siti Sunarintyas, M.Kes., selaku peneliti utama, menjelaskan bahwa pengembangan bahan ini berawal dari kebutuhan praktis di lingkungan pendidikan dokter gigi. “Awalnya karena sulit mencari fiber untuk praktik mahasiswa, kami mencoba membuat sendiri dari bahan lokal. Ternyata setelah diuji, kekuatannya sangat baik dan justru punya potensi besar untuk dikembangkan,” ujarnya (3/10)

Penelitian ini telah melalui berbagai tahap sejak 2022. Pada awalnya, produk dibuat secara manual, kemudian dikembangkan lebih lanjut bersama Fakultas Teknik UGM untuk membuat mesin perajut otomatis. Pada tahun 2025, riset ini memasuki tahap validasi prototipe industri bekerja sama dengan PT Hexa, satu-satunya pabrik material dental di Indonesia. Langkah ini menjadi tahap penting menuju produksi massal dan izin edar nasional.

Selain unggul secara mekanik, Dental Silkbon juga dinilai lebih ekonomis. Harganya diperkirakan hanya separuh dari produk impor serupa karena seluruh komponennya berasal dari bahan dalam negeri. “Produk ini ramah lingkungan, lebih terjangkau, dan memperkuat kemandirian industri dental dalam negeri,” jelas Prof. Narin.

Keunggulan lain yang menonjol adalah aspek keberlanjutan bahan baku. Serat sutera Wajo yang digunakan berasal dari peternakan ulat sutera yang dikelola masyarakat lokal, dengan potensi pengembangan yang luas di Indonesia bagian timur. Dengan memanfaatkan sumber daya alam yang dapat diperbarui, riset ini juga sejalan dengan prinsip green dentistry dan mendukung pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs).

Melalui inovasi ini, FKG UGM menegaskan perannya sebagai lembaga pendidikan yang tidak hanya berfokus pada akademik, tetapi juga menghasilkan riset terapan yang berdampak nyata bagi masyarakat dan industri nasional. “Kami ingin riset di FKG UGM benar-benar sampai ke masyarakat, bukan berhenti di laboratorium,” pungkas Prof. Narin.

Reportase: Andri Wicaksono | Penulis dan Fotografer: Fajar Budi Harsakti

Tags

Share News

Related News
19 December 2025

Mahasiswa Kedokteran Gigi FKG UGM Akan Dibiasakan Journal Reading

19 December 2025

Aplikasi Sistem Manajemen Klinik Gigi: Transformasi Digital Layanan Kesehatan Gigi

18 December 2025

Regenerasi Saraf (Nerve) pada Trauma Mulut

en_US