Antiseptik mulut atau obat kumur antiseptik merupakan salah satu cara efektif untuk menjaga kebersihan rongga mulut dan mengurangi risiko infeksi. Berbeda dengan sekadar penyegar napas, antiseptik mulut mengandung bahan aktif yang bekerja langsung membunuh atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme penyebab penyakit.
Apa Itu Antiseptik Mulut dan Mengapa Penting?
Rongga mulut mengandung berbagai jenis mikroorganisme, baik yang bersifat menguntungkan maupun patogen. Ketika keseimbangan mikrobiota ini terganggu—karena kebersihan mulut yang buruk, penyakit sistemik, atau setelah tindakan medis—infeksi bisa terjadi. Di sinilah antiseptik mulut memainkan peran penting, terutama dalam:
- Mencegah radang gusi (gingivitis)
- Mengurangi plak
- Membantu penyembuhan luka mulut
- Mengontrol bau mulut (halitosis)
- Mencegah infeksi sekunder, terutama setelah tindakan bedah mulut
Cara Kerja Antiseptik Mulut Berdasarkan Kandungan Aktif
Cara kerja beberapa jenis antiseptik mulut umum digunakan dalam praktik klinis maupun penggunaan rumahan. Penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa FKG UGM, Legawa Hamijaya, dengan bimbingan Drg. Prihartiningsih, SU,Sp.BM(K) menjelaskan bahwa efektivitas berbagai antiseptik terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa menunjukkan adanya perbedaan signifikan antar zat aktif.
Kapan Sebaiknya Menggunakan Antiseptik Mulut?
Antiseptik mulut sebaiknya digunakan dalam kondisi berikut:
- Setelah pencabutan gigi atau tindakan bedah mulut
- Saat mengalami radang gusi atau sariawan
- Ketika tidak bisa menyikat gigi (misalnya pasien bedrest)
- Sebagai pelengkap perawatan ortodontik atau implan
- Untuk membantu menekan populasi bakteri penyebab bau mulut
Namun, penggunaan jangka panjang harus disesuaikan dengan resep dokter dan tidak menggantikan menyikat gigi dan flossing.
***
Antiseptik mulut bekerja melalui berbagai mekanisme tergantung zat aktifnya—mulai dari pelepasan oksigen reaktif hingga denaturasi protein mikroba. Studi membuktikan bahwa tiap jenis antiseptik memiliki tingkat efektivitas yang berbeda terhadap bakteri tertentu, sehingga pemilihannya perlu disesuaikan dengan kebutuhan klinis.
References
Legawa Hamijaya, Drg. Prihartiningsih, SU,Sp.BM(K), Perbedaan Daya Anti Bakteri Tetrachlorodecaoxide, Povidon Iodine, Dan Hidrogen Peroksida (H2O2 ) Terhadap Bakteri Pseudomonas Aeruginosa Secara Invitro, https://etd.repository.ugm.ac.id/penelitian/detail/73795
Author: Rizky B. Hendrawan | Photo: Freepik