Trauma pada wilayah mulut seperti gigitan keras, kecelakaan, atau cedera mekanis lain sering kali menyebabkan kerusakan saraf sensorik, terutama pada saraf-saraf perifer di daerah rahang dan bibir. Kerusakan saraf ini dapat menyebabkan mati rasa (paresthesia), kesemutan, atau bahkan hilangnya sensasi permanen jika tidak ditangani dengan baik. Dalam beberapa dekade terakhir, penelitian dan teknologi biomedis telah berkembang pesat, memungkinkan regenerasi saraf di area mulut melalui pendekatan biologis dan rekayasa jaringan.
Mekanisme Regenerasi Saraf pada Trauma Mulut
Regenerasi saraf perifer setelah cedera bergantung pada kemampuan sel Schwann, faktor pertumbuhan, dan lingkungan mikro lokal. Setelah cedera, sel Schwann membentuk tabung Schwann yang memandu pertumbuhan akson baru. Namun, pada cedera berat atau berkelanjutan, proses regeneratif alami mungkin tidak cukup, sehingga diperlukan intervensi tambahan berupa biomaterial dan faktor biologis.
Salah satu pendekatan yang menjanjikan adalah penggunaan Platelet Rich Plasma (PRP) yang diaktifkan bersama scaffold (kerangka biologis), seperti kolagen, serta molekul tambahan yang merangsang pertumbuhan saraf. Kombinasi ini dapat menciptakan lingkungan yang kondusif untuk regenerasi akson dan reinnervasi jaringan sensorik.
Penelitian Eksperimental: Bukti Regenerasi Nerve
Sebuah studi eksperimental pada hewan menggunakan tikus Wistar yang dilakukan oleh mahasiswa FKG UGM, Pingky Krisna Anindra dengan bimbingan drg. Masykur Rahmat, Sp.BM(K), dan drg. Rahardjo, SU, Sp.BM. menjelaskan potensi regeneratif kombinasi PRP yang diaktifkan dengan spons kolagen dan cytidine 5’-diphosphocholine (CDP-choline). Penelitian ini meneliti regenerasi nervus mentalis setelah cedera penjepitan, dengan menggunakan analisis histomorfometri untuk menilai pertumbuhan kembali serabut saraf dan densitas sel.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi kombinasi tersebut merangsang regenerasi saraf yang lebih cepat dan signifikan dibandingkan kelompok kontrol. Karena struktur kolagen memberikan kerangka fisik dan PRP menyediakan faktor pertumbuhan seperti PDGF dan VEGF, sementara CDP-choline mendukung metabolisme fosfolipid pada membran saraf, kombinasi ini bekerja sinergis dalam mempercepat reinnervasi.
Implikasi Klinis bagi Kedokteran Gigi dan Bedah Mulut
- Pemulihan Sensasi Setelah Operasi
Pada prosedur bedah mulut seperti pencabutan gigi, operasi implan, atau bedah ortognatik, risiko cedera saraf selalu ada. Terapi regeneratif berbasis PRP + scaffold kolagen + CDP-choline dapat menjadi strategi adjuvan untuk mempercepat pemulihan saraf dan meminimalkan efek paresthesia jangka panjang. - Terapi Traumatis
Dalam kasus trauma mekanis atau cedera gigitan pada lip atau rahang yang merusak saraf, intervensi regeneratif dapat membantu memulihkan fungsi sensorik lebih cepat dan mengurangi kerusakan permanen. - Perawatan Minimal Invasif
Pendekatan ini dapat menawarkan solusi yang lebih biologis dan minim invasif dibandingkan teknik bedah saraf tradisional seperti graft saraf autologus. Penggunaan scaffold biokompatibel dan faktor pertumbuhan mengurangi risiko komplikasi donor.
Challenges and Considerations
- Translasi dari Model Hewan ke Manusia: Walaupun studi pada tikus menunjukkan hasil positif, diperlukan uji klinis pada manusia untuk memverifikasi keamanan, dosis, dan efektivitas regenerasi saraf di area mulut.
- Pemilihan Scaffold dan Aktivator: Variasi jenis kolagen, konsentrasi PRP, dan dosis CDP-choline perlu dioptimalkan agar hasil regeneratif maksimal tanpa efek samping.
- Cost and Availability: Produksi PRP dan scaffold khusus memerlukan fasilitas laboratorium, sehingga belum tersedia secara luas di semua klinik gigi.
- Etika dan Regulasi: Terapi regeneratif melibatkan bahan biologis; regulasi penggunaannya harus ketat untuk memastikan keamanan pasien.
***
Regenerasi saraf pada trauma mulut adalah bidang yang penuh potensi, terutama dengan pemanfaatan kombinasi PRP, scaffold kolagen, dan CDP-choline. Penelitian eksperimental telah menunjukkan bahwa pendekatan ini mampu mempercepat reinnervasi dan pemulihan fungsi sensorik. Jika diterjemahkan ke praktik klinis, inovasi ini dapat mengurangi dampak jangka panjang cedera saraf akibat trauma atau operasi gigi. Namun, sebelum digunakan secara luas, diperlukan uji klinis pada manusia, optimalisasi formula, dan infrastruktur yang mendukung. Terlepas dari tantangan tersebut, teknologi ini menjadi harapan baru dalam upaya mempertahankan dan memulihkan fungsi saraf dalam kedokteran gigi modern.
References
PINGKY KRISNA ANINDRA, drg. Masykur Rahmat, Sp.BM(K); drg. Rahardjo, SU, Sp.BM., REGENERASI NERVUS MENTALIS AKIBAT CEDERA PENJEPITAN SETELAH APLIKASI KOMBINASI PLATELET RICH PLASMA YANG DIAKTIVASI SPONS KOLAGEN DAN CYTIDINE 5’-DIPHOSPHOCHOLINE (Kajian Histomorfometri pada Tikus Wistar), https://etd.repository.ugm.ac.id/penelitian/detail/94471
Author: Rizky B. Hendrawan | Photo: Freepik