Fibrous dysplasia adalah kelainan jaringan tulang jinak di mana jaringan fibrosa menggantikan jaringan tulang normal, mengakibatkan deformitas, penebalan tulang, dan perubahan fungsi. Di daerah maksilofasial, kondisi ini dapat muncul pada rahang atau ramus mandibula, dan bila tidak terdeteksi dini, dapat menyebabkan gangguan estetika, fungsi bicara, serta kemampuan kunyah, serta komplikasi terkait sendi temporomandibular jika penyebaran mendekat ke TMJ.
Radiologi—terutama Cone Beam Computed Tomography (CBCT)—memegang peran penting dalam diagnosis awal lesi fibro-osseous seperti fibrous dysplasia. CBCT memungkinkan visualisasi tiga dimensi dari jaringan keras, batas lesi, densitas tulang, serta hubungan lesi dengan struktur anatomi sekitarnya.
Studi Kasus
Sebuah laporan kasus dari mahasiswa FKG UGM pada Jurnal MKGK FKG UGM oleh Alhidayati Asymal, Menik Priaminiarti, Stefano Aditya Handoko, Laura Susanti melaporkan pasien dengan ankilosis unilateral TMJ yang disertai kecurigaan fibrous dysplasia pada ramus mandibula. CBCT digunakan sebagai alat diagnostik utama untuk mengevaluasi gambaran klinis dan anatomi tulang pada pasien. Gambaran CBCT potongan sagital dan koronal menunjukkan adanya penyatuan TMJ kiri serta struktur anatomi TMJ yang tidak dapat diidentifikasi. Hasil pemeriksaan histopatologi (HPA) pada lesi hypodense menunjukkan keping trabekula tulang yang menunjukkan kemungkinan ke arah fibro-osseous lesion. Hal ini menekankan bahwa CBCT tidak hanya mampu menunjukkan ankilosis TMJ, tetapi juga memperlihatkan lesi hypodense pada ramus mandibula yang menunjukkan ciri lesi fibro-osseous, yang kemudian dikonfirmasi dengan histopatologi.
Analisis Radiologis
- Dari gambaran CBCT potongan sagital dan koronal, lesi hypodense (radiolusen) terlihat pada ramus mandibula, dan TMJ kiri menunjukkan penyatuan (ankilosis) yang membatasi mobilitas rahang bawah.
- Struktur anatomi TMJ tidak dapat diidentifikasi dengan jelas di sisi yang terkena, menunjukkan perusakan atau deformitas akibat lesi fibro-osseous.
- CBCT memberikan data tiga dimensi yang memungkinkan evaluasi sejauh mana lesi tersebut melibatkan ramus, tingkat keparahan, dan potensi penyebaran ke sendi atau jaringan lunak sekitar.
Manfaat Diagnosis Awal dengan Radiologi
- Intervensi yang Lebih Dini dan Tepat
Dengan CBCT, identifikasi lesi fibro-osseous dapat dilakukan sebelum manifestasi klinis berat terjadi, sehingga perawatan bisa direncanakan lebih konservatif atau bedah reseksi terbatas. - Perencanaan Bedah dan Bedah Mulut
Mengetahui batas lesi, keterlibatan jaringan sekitarnya, dan anatomi struktural memudahkan dalam merencanakan tindakan bedah (misalnya reseksi tulang, rekonstruksi, atau koreksi TMJ). - Prediksi Prognosis dan Pemantauan
Radiologi membantu memantau pertumbuhan lesi, respons terhadap terapi, dan kemungkinan komplikasi seperti perkembangan ke hampir jaringan TMJ atau keterlibatan sendi. - Mengurangi Morbiditas
Dengan diagnosis awal, risiko deformitas wajah, gangguan fungsi (bicara, mengunyah), dan kerusakan permanen pada sendi dapat dikurangi.
***
CBCT memiliki peran kritis sebagai alat radiologi dalam identifikasi awal fibrous dysplasia di rahang, terutama bila muncul bersamaan dengan kondisi seperti ankilosis TMJ. Gambaran hypodense lesi fibro-osseous, batas kerusakan tulang, dan relasi anatomis yang jelas memungkinkan diagnosis dan perencanaan perawatan yang lebih efektif. Diagnosis awal melalui CBCT menyokong perawatan yang lebih baik, mengurangi komplikasi, dan sesuai dengan prinsip kesehatan dan keberlanjutan.
References
MKGK, Alhidayati Asymal, Menik Priaminiarti, Stefano Aditya Handoko, Laura Susanti, Pemeriksaan CBCT pada ankilosis unilateral TMJ disertai kecurigaan fibrous dysplasia pada ramus mandibula, https://jurnal.ugm.ac.id/mkgk/article/view/82274
Author: Rizky B. Hendrawan | Photo: Freepik
