Karies gigi pada anak sekolah dasar menjadi salah satu masalah kesehatan mulut yang masih cukup mengkhawatirkan di banyak daerah. Penyakit ini tidak hanya dapat mengganggu fungsi makan, bicara, maupun konsentrasi belajar, tetapi juga dapat menimbulkan biaya perawatan yang signifikan bila tidak dicegah sejak dini. Oleh karena itu, penerapan program pencegahan karies yang efektif, khususnya di tingkat sekolah dasar dan berbasis komunitas menjadi sangat penting.
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa FKG UGM, Alicia Puspitasari Nugrah Utami dengan bimbingan drg. Lisdrianto Hanindriyo, MPH, PhD. dan Dr. drg. Dibyo Pramono, SU, MDSc. berjudul “Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Sikap Ibu terhadap Pelaksanaan Program Berkumur Fluor untuk Siswa Kelas 1 Sekolah Dasar di Kota Yogyakarta” menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan ibu, semakin baik sikap ibu terhadap pelaksanaan program berkumur fluor.
Hasil ini menegaskan betapa pentingnya aspek edukasi dan keterlibatan orang tua dalam program kesehatan mulut anak.
Artikel ini akan membahas kerangka program pencegahan karies sekolah dasar berbasis komunitas: latar belakang, komponen program, strategi pelaksanaan, tantangan serta rekomendasi implementasi.
Latar Belakang
Karies gigi dipicu oleh interaksi antara bakteri plak, konsumsi makanan tinggi gula, dan waktu kontak yang lama dengan gigi terutama jika kebersihan mulut kurang tertangani dengan baik. Sekolah dasar adalah tahap krusial karena anak berada pada fase pembentukan kebiasaan dan masih sangat terbuka terhadap intervensi lingkungan sekolah dan komunitas.
Pendekatan berbasis komunitas berarti program tidak hanya dilaksanakan oleh tenaga kesehatan di klinik, tetapi melibatkan guru, orang tua (khususnya ibu), tokoh masyarakat, dan siswa itu sendiri dalam lingkup sekolah dan lingkungan sekitar.
Dari penelitian di Kota Yogyakarta ditemukan bahwa sikap ibu terhadap program berkumur fluor sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan mereka. Hal ini menunjukkan bahwa edukasi orang tua dan pemberdayaan komunitas menjadi elemen kunci dalam keberhasilan program pencegahan karies.
Komponen Program Pencegahan Karies Berbasis Komunitas
Berikut beberapa komponen yang sebaiknya ada dalam program pencegahan karies berbasis komunitas di sekolah dasar:
- Edukasi Kesehatan Mulut untuk Siswa, Guru, dan Orang Tua
- Menjelaskan penyebab karies, cara mencegah (menyikat gigi, membatasi gula, berkumur fluor).
- Memanfaatkan guru sebagai penyuluh kesehatan mulut serta orang tua sebagai mitra dalam rumah.
- Menyediakan materi yang mudah dipahami, sesuai usia anak, dan relevan dengan budaya lokal.
- Pelaksanaan Kegiatan Rutinitas di Sekolah
- Program menyikat gigi setelah makan atau berkumur fluor secara terjadwal di kelas.
- Pemeriksaan mulut sederhana di sekolah, dengan rujukan apabila ditemukan masalah.
- Pengaturan lingkungan sekolah: menyediakan air bersih, tempat cuci tangan/gigi, dan mengurangi ketersediaan makanan/minuman manis di kantin.
- Keterlibatan Orang Tua dan Komunitas
- Workshop untuk orang tua (termasuk ibu) agar memahami pentingnya pencegahan karies dan mendukung anak.
- Pembentukan kelompok pendukung atau “komunitas sekolah” yang terdiri dari guru, orang tua, dan tokoh masyarakat untuk memantau dan memotivasi.
- Kampanye komunitas di sekitar sekolah: misalnya kunjungan kader kesehatan lingkungan ke rumah-rumah anak sekolah.
- Monitoring dan Evaluasi
- Catat prevalensi karies dan kondisi kebersihan mulut siswa pada awal dan setelah intervensi.
- Evaluasi sikap orang tua, guru, serta pelaksanaan program rutin di sekolah.
- Umpan balik dan perbaikan program berdasarkan hasil evaluasi.
Strategi Pelaksanaan di Daerah Sekolah Dasar
Untuk membuat program ini berhasil di sekolah dasar (SD) dan berbasis komunitas, bisa diterapkan strategi sebagai berikut:
- Mulailah dengan survei kebutuhan: identifikasi prevalensi karies, kebiasaan menyikat gigi, konsumsi gula, akses ke perawatan gigi, serta persepsi orang tua terhadap kesehatan mulut anak.
- Libatkan multi-stakeholder sejak awal: dinas kesehatan setempat, dinas pendidikan, kepala sekolah, guru, orang tua, dan kader kesehatan masyarakat.
- Buat rencana aksi bersama yang realistis: alokasikan jadwal menyikat gigi atau berkumur fluor di sekolah, tentukan tanggung jawab guru/orang tua, dan sediakan fasilitas pendukung.
- Gunakan pendekatan komunitas: misalnya mengadakan sesi edukasi di rumah orang tua, atau kampanye kesehatan mulut di lingkungan sekitar sekolah agar tidak hanya terbatas di dalam kelas.
- Pastikan adanya dukungan logistik: ketersediaan sikat gigi, pasta gigi, air bersih, fasilitas cuci mulut di sekolah, serta anggaran minimal untuk operasional.
- Lakukan monitoring rutin dan libatkan keluarga dalam pelaporan: guru atau kader bisa mencatat pelaksanaan aktivitas rutin dan melaporkan ke pihak sekolah/dinas.
- Tingkatkan literasi orang tua: seperti yang ditemukan pada studi UGM bahwa tingkat pendidikan ibu terkait dengan sikap terhadap pencegahan karies, maka edukasi orang tua sangat penting supaya mereka mendukung program di rumah.
Tantangan dan Mitigasi
Beberapa tantangan yang mungkin dihadapi antara lain:
- Keterbatasan sumber daya: sekolah di daerah terpencil mungkin kekurangan fasilitas atau dana untuk program. Mitigasi: lakukan kolaborasi dengan pemerintah daerah, NGO, atau CSR perusahaan untuk dukungan.
- Kurangnya kesadaran orang tua: sebagaimana riset menunjukkan, sikap orang tua (termasuk ibu) sangat dipengaruhi pendidikan mereka. Mitigasi: buat edukasi yang mudah dipahami, gunakan tokoh komunitas lokal sebagai agen perubahan.
- Rendahnya motivasi siswa dan guru: aktivitas tambahan di sekolah bisa menghadapi resistensi atau keletihan. Mitigasi: buat program yang menyenangkan, kompetisi antar kelas, hadiah kecil untuk partisipasi.
- Lingkungan sekolah yang kurang mendukung: misalnya ketersediaan gula tinggi di kantin atau kurangnya air bersih. Mitigasi: libatkan pengelola kantin dan pihak sekolah untuk memperbaiki lingkungan dan kebijakan sekolah yang sehat.
Rekomendasi
- Sekolah dan dinas kesehatan sebaiknya memasukkan pencegahan karies sebagai bagian rutin program kesehatan sekolah dasar, bukan hanya kegiatan satu-kali.
- Program harus disesuaikan dengan kondisi lokal (budaya, sosial, ekonomi) agar lebih diterima oleh komunitas.
- Libatkan orang tua sejak tahap perencanaan hingga evaluasi agar ada kesinambungan aktivitas di sekolah dan di rumah.
- Gunakan data baseline dan evaluasi teratur untuk mengukur efektivitas dan melakukan penyesuaian program.
- Dorong penelitian lanjutan untuk mengevaluasi faktor-modifikasi seperti tingkat pendidikan orang tua terhadap keberhasilan program pencegahan karies.
***
Program pencegahan karies berbasis komunitas di sekolah dasar memiliki potensi besar dalam mencegah penyakit mulut yang dapat berdampak luas pada kualitas hidup anak. Melalui edukasi, keterlibatan orang tua, lingkungan sekolah yang mendukung, dan monitoring rutin, program ini dapat meningkatkan kebiasaan mulut sehat anak sekolah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa aspek pendidikan dan sikap orang tua sangat penting dalam keberhasilan intervensi. Dengan demikian, keberhasilan program pencegahan karies tidak hanya tergantung pada tenaga kesehatan atau sekolah semata, tetapi pada sinergi antara sekolah, keluarga, dan komunitas.
References
Alicia Puspitasari Nugrah Utami, drg. Lisdrianto Hanindriyo, MPH, PhD.; Dr. drg. Dibyo Pramono, SU, MDSc., Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Sikap Ibu terhadap Pelaksanaan Program Berkumur Fluor untuk Siswa Kelas 1 Sekolah Dasar di Kota Yogyakarta, https://etd.repository.ugm.ac.id/home/detail_pencarian_downloadfiles/1289839
Author: Rizky B. Hendrawan | Photo: Freepik