Saliva (air liur) adalah cairan biologis penting yang diproduksi oleh kelenjar ludah (mayor dan minor) serta cairan sulkus gingiva dalam rongga mulut. Saliva bukan hanya berfungsi sebagai pelumas mulut, tetapi juga berperan dalam menjaga keseimbangan ekosistem oral, pencernaan awal, perlindungan terhadap mikroba, dan membantu mempertahankan struktur jaringan mulut.
Komposisi saliva dapat dipengaruhi oleh kondisi sistemik, seperti penyakit metabolik, contohnya diabetes melitus tipe 2 yang memodifikasi kadar komponen saliva seperti urea. Dalam penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa FKG UGM, Endah Nur Aini Endra Rukmana, dengan bimbingan Prof. Dr. drg. Juni Handajani, M.Kes., Ph.D. dan Prof. drg. Heni Susilowati, M.Kes., Ph.D. tentang “Studi Perbandingan Kadar Urea dan Klorida Saliva pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Terkontrol dan Tidak Terkontrol”, dilaporkan bahwa penderita diabetes tipe 2 yang tidak terkontrol menunjukkan peningkatan kadar urea saliva dibandingkan yang terkontrol, sedangkan kadar klorida saliva tidak menunjukkan perbedaan bermakna.
Dengan latar belakang ini, penting bagi kita memahami struktur dan fungsi saliva dalam sistem oral agar dapat melihat bagaimana perubahan komposisi (seperti kenaikan urea) dapat memengaruhi kesehatan mulut.
Struktur dan Komposisi Saliva
Kelenjar Produksi Saliva
- Sekitar 90 % saliva dihasilkan oleh kelenjar ludah mayor (parotis, submandibular, sublingual). umeds.id
- Sisanya dihasilkan oleh kelenjar ludah minor, yang tersebar di mukosa bibir, pipi, langit-langit, dan dasar mulut, serta dari cairan sulkus gingiva. umeds.id
- Kelenjar parotis menghasilkan saliva serosa (encer dan kaya enzim), sedangkan kelenjar submandibular dan sublingual menghasilkan kombinasi serosa dan mukosa.
Komponen Kimia dan Fungsional
Saliva adalah lebih dari 99 % air, dan sisanya terdiri dari:
- Elektrolit — seperti natrium, kalium, kalsium, bikarbonat, fosfat, klorida
- Protein — mukin (glikoprotein), lisozim, laktoferin, immunoglobulin A (sIgA)
- Enzim — amilase (ptialin), lipase lingual
- Produk nitrogen — urea, amonia
- Sel-sel epitel yang terdeskuamasi, mikroorganisme, sisa makanan
- Zat buffer (penyangga) — bikarbonat, fosfat
Saliva juga berfungsi sebagai campuran dinamis yang dapat berubah, tergantung rangsangan (misalnya mengunyah, stimulan kimia) dan status kesehatan.
Sebagai contoh, enzim amilase saliva diaktifkan oleh ion klorida, yang membantu dalam pemecahan pati menjadi maltosa dan senyawa antaranya. repository.umj.ac.id+1
Fungsi Utama Saliva dalam Sistem Oral
Saliva menjalankan berbagai fungsi penting yang bersinergi untuk menjaga kesehatan mulut dan mendukung proses fisiologis. Berikut beberapa fungsi utama:
1. Pelumasan dan Perlindungan Jaringan Lunak
Saliva membentuk lapisan tipis (film) di permukaan jaringan mukosa mulut, melindungi terhadap iritasi mekanik, gesekan saat mengunyah, dan trauma dari makanan kasar. Protein mukin dalam saliva bertanggung jawab atas sifat pelumasan dan viskositasnya.
2. Pembersihan (Cleansing) dan Pengendalian Mikroba
Saliva membantu menghilangkan sisa makanan dan partikel mikroba dari permukaan gigi dan selaput lendir. Senyawa antimikroba seperti lisozim, laktoferin, IgA, serta sifat buffer membantu menghambat pertumbuhan bakteri dan menjaga lingkungan oral yang stabil.
3. Penyangga (Buffer) dan Regulasi pH
Saliva mengandung bikarbonat, fosfat, dan sistem buffer lainnya yang membantu menetralkan asam yang dihasilkan oleh bakteri dalam plak. Dengan demikian dapat mencegah demineralisasi enamel gigi dan menjaga integritas jaringan keras gigi.
4. Remineralisasi Gigi
Mineral seperti kalsium dan fosfat dalam saliva dapat berkontribusi pada proses remineralisasi enamel saat kondisi oral tidak terlalu asam, mendukung pemulihan awal dari kerusakan enamel ringan.
5. Fungsi Pencernaan Awal
Saliva mengandung enzim amilase (ptialin) yang mulai memecah pati menjadi disakarida dan senyawa antaranya. Fungsi ini mempercepat proses pencernaan makanan setelah menelan.
Selain itu, saliva membasahi makanan sehingga memudahkan proses mengunyah dan menelan.
6. Rasa dan Indra Penciuman
Saliva melarutkan senyawa makanan agar dapat dirasakan oleh reseptor pengecap di lidah. Tanpa saliva yang memadai, kemampuan mengecap dapat menurun.
7. Fungsi Diagnostik (Biomarker)
Karena saliva mudah diperoleh (noninvasif), berbagai komponen seperti enzim, hormon, senyawa nitrogen (urea), dan ion dapat digunakan sebagai biomarker dalam diagnosis dan pemantauan penyakit sistemik atau lokal.
Variasi Komposisi Saliva pada Diabetes Melitus Tipe 2
Dalam penelitian “Studi Perbandingan Kadar Urea dan Klorida Saliva pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Terkontrol dan Tidak Terkontrol”, ditemukan bahwa:
- Saliva diambil tanpa stimulasi dari 30 subjek, terdiri dari kelompok diabetes terkendali, tidak terkendali, dan kelompok sehat.
- Kadar urea saliva pada penderita diabetes tipe 2 yang tidak terkendali lebih tinggi secara bermakna dibandingkan yang terkendali.
- Sedangkan klorida saliva tidak menunjukkan perbedaan bermakna antara kelompok diabetes (terkontrol vs tidak terkendali).
- Kesimpulan penelitian tersebut: diabetes tipe 2 dapat meningkatkan kadar urea di saliva, namun tidak berpengaruh signifikan terhadap kadar klorida saliva.
Temuan ini mengindikasikan bahwa kondisi metabolik tubuh dapat memodifikasi kandungan nitrogen dalam saliva, yang pada gilirannya bisa memengaruhi fungsi saliva, kondisi rongga mulut, dan potensi risiko penyakit mulut (karies, infeksi, kondisi xerostomia, dsb.).
Implikasi Klinis dan Kesehatan Oral
Perubahan komposisi saliva seperti peningkatan urea, dapat mencerminkan gangguan metabolik dan berdampak pada:
- Alterasi fungsi buffer dan pH
Jika kandungan nitrogen atau metabolit berubah signifikan, kapasitas buffer saliva bisa terpengaruh, yang memengaruhi kemampuan saliva menjaga pH optimal - Gangguan antibakteri dan pertahanan mukosa
Jika keseimbangan komponen antimikroba dalam saliva terganggu, mulut bisa menjadi lebih rentan terhadap infeksi, plak, dan penyakit periodontal. - Xerostomia dan dampaknya
Penderita diabetes sering mengalami perubahan aliran saliva (penurunan produksi), yang memicu mulut kering, kesulitan menelan, kerusakan gigi lebih cepat. - Pemanfaatan saliva sebagai alat diagnostik
Dengan variasi komponen seperti urea, saliva bisa menjadi alat screening atau pemantauan kondisi metabolik seperti diabetes (atau kontrolnya), selain fungsinya di sistem oral. - Intervensi terapeutik dan manajemen
Menjaga kebersihan mulut, hidrasi optimal, stimulan saliva (mengunyah karet gula bebas, cairan), dan perawatan medis sistemik yang baik agar produksi dan fungsi saliva tetap optimal.
***
Saliva adalah cairan kompleks dengan struktur yang mencakup air, elektrolit, enzim, protein mukopolisakarida, dan produk nitrogen. Saliva dihasilkan melalui aktivitas kelenjar ludah mayor dan minor. Fungsi saliva sangat multifaset — dari pelumasan, pembersihan, buffer, remineralisasi, pencernaan awal, hingga peran diagnostik.
Hasil penelitian pada penderita diabetes tipe 2 menunjukkan bahwa kondisi metabolik sistemik dapat mengubah kadar urea dalam saliva, sedangkan klorida tidak berubah signifikan. Perubahan tersebut bisa memengaruhi kesehatan rongga mulut melalui dampak pada fungsi saliva.
Dengan memahami struktur dan fungsi saliva serta bagaimana komposisinya dapat berubah pada kondisi penyakit, kita dapat mengembangkan strategi pencegahan dan manajemen yang lebih efektif untuk menjaga kesehatan mulut dan mencegah komplikasi sistemik.
References
ENDAH NUR AINI ENDRA RUKMANA, Prof. Dr. drg. Juni Handajani, M.Kes., Ph.D., Prof. drg. Heni Susilowati, M.Kes., Ph.D., Studi Perbandingan Kadar Urea dan Klorida Saliva pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Terkontrol dan Tidak Terkontrol, https://etd.repository.ugm.ac.id/home/detail_pencarian_downloadfiles/742003
Author: Rizky B. Hendrawan | Photo: Freepik