Stres merupakan kondisi yang bukan hanya memengaruhi kesehatan mental, tetapi juga dapat berdampak serius pada kesehatan gigi dan mulut. Ketika seseorang mengalami stres, tubuh melepaskan hormon kortisol yang dapat mengganggu sistem kekebalan tubuh. Akibatnya dapat timbul risiko masalah gigi dan gusi seperti radang gusi (gingivitis) atau penyakit periodontal.
Dalam penelitian oleh drg. Kwartarini Murdiastuti, Sp. Perio (K), Ph.D and Dr. drg. Ahmad Syaify, Sp.Perio (K), ditemukan adanya hubungan yang signifikan antara gangguan stress, depresi, dan kecemasan dengan tingkat keparahan penyakit periodontal. Hal ini menunjukkan bagaimana tekanan psikologis dapat memengaruhi kesehatan mulut secara langsung.
Salah satu dampak stres yang sering terjadi adalah kebiasaan menggertakkan gigi atau bruxism, baik secara sadar maupun saat tidur. Kebiasaan ini dapat menyebabkan kerusakan pada email gigi, nyeri rahang, hingga gangguan sendi rahang (temporomandibular joint disorder/TMJ). Dalam jangka panjang, bruxism dapat memperburuk kondisi kesehatan mulut jika tidak segera ditangani.
Selain itu, sebagaimana dijelaskan oleh drg. Rosa Amalia, M.Kes., Ph.D., and drg. Hendri Susanto, M.Kes., Ph.D., dalam penelitian mereka mengenai hubungan tingkat stres psikologis dengan lesi ulserasi rongga mulut pada mahasiswa kedokteran gigi, stres juga dapat memicu kondisi seperti sariawan (oral ulcer), yang memperburuk kenyamanan dan fungsi rongga mulut
Stres sering membuat seseorang mengabaikan kebiasaan perawatan mulut, seperti menyikat gigi secara teratur atau menjaga pola makan yang sehat. Pola makan yang buruk, seperti konsumsi makanan manis atau berlemak saat stres, dapat meningkatkan risiko gigi berlubang. Stres juga dapat memicu mulut kering karena berkurangnya produksi air liur, yang seharusnya berfungsi melindungi gigi dari bakteri.
Untuk mengatasi pengaruh stres terhadap kesehatan gigi dan mulut, penting untuk menerapkan manajemen stres yang efektif. Teknik relaksasi seperti meditasi, yoga, atau olahraga ringan dapat membantu mengurangi ketegangan. Selain itu, pastikan untuk tetap konsisten dalam menjaga kebersihan mulut, seperti menyikat gigi dua kali sehari, menggunakan benang gigi, dan berkumur dengan antiseptik.
Jika gejala seperti nyeri rahang atau kerusakan gigi akibat stres muncul, segera konsultasikan dengan dokter gigi. Penanganan dini dapat mencegah masalah yang lebih serius dan membantu Anda menjaga kesehatan gigi serta mulut meskipun di tengah tekanan hidup. Ingatlah, kesehatan mulut yang baik adalah bagian penting dari kesejahteraan tubuh secara keseluruhan.
Upaya ini tidak hanya mendukung kesehatan mulut, tetapi juga berkontribusi pada pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) tujuan ke-3 Kehidupan Sehat dan Kesejahteraan dengan mempromosikan kesehatan secara menyeluruh. Selain itu, dengan edukasi terkait pengaruh stress terhadap kesehatan gigi dan mulut juga mendukung tujuan ke-4 Pendidikan Berkualitas. Kebiasaan hidup yang sehat, termasuk menjaga pola makan yang seimbang selama stres, juga mendukung tujuan ke-12 Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab.
Referensi
drg. Rosa Amalia, M.Kes.,Ph.D., drg. Hendri Susanto, M.Kes., Ph.D., Sp. PM., Hubungan Tingkat Stres Psikologis dengan Kejadian Lesi Ulserasi Rongga Mulut (Oral Ulcer) pada Mahasiswa Kedokteran Gigi Tingkat Akhir Universitas Gadjah Mada, https://etd.repository.ugm.ac.id/penelitian/detail/199953
drg. Kwartarini Murdiastuti, Sp.Perio (K), Ph.D., Dr. drg. Ahmad Syaify, Sp.Perio (K), Hubungan Gangguan Stres, Depresi dan Kecemasan Dengan Keparahan Penyakit Periodontal, https://etd.repository.ugm.ac.id/penelitian/detail/211790
Author: Rizky B. Hendrawan | Photo: Freepik
