Maloklusi, atau ketidakharmonisan hubungan gigi, tidak hanya berdampak secara fungsional (seperti mengunyah, bicara), tetapi juga memengaruhi aspek estetika dan psikososial remaja. Penelitian ini mengevaluasi sejauh mana keparahan maloklusi berkaitan dengan kualitas hidup, khususnya status psikososial remaja di wilayah perkotaan dan pedesaan.
Penelitian Terkait
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi UGM, Muhammad Eldo Fadzhani, dengan binbingan drg. Josephine C. Paula Heryumani Sulandjari, MS, Sp.Ort(K) dan Dr. drg. Dyah Karunia, Sp. Ort(K) berjudul “Hubungan Antara Tingkat Keparahan Maloklusi Dengan Status Psikososial Remaja Di Perkotaan Dan Pedesan (Kajian pada remaja SMA di daerah Sleman, Yogyakarta)” , dimana penelitian ini membuktikan adanya hubungan signifikan antara tingkat keparahan maloklusi dengan penurunan kondisi psikososial remaja, baik di daerah urban maupun rural.
Temuan Utama dari Penelitian UGM
- Prevalensi maloklusi pada remaja tinggi dan berdampak negatif terhadap estetika, fungsi, dan kualitas bicara mereka, yang berpengaruh pada kepercayaan diri dan interaksi sosial.
- Keparahan maloklusi diukur menggunakan Dental Aesthetic Index (DAI), sedangkan status psikososial diukur menggunakan PIDAQ (Psychosocial Impact of Dental Aesthetic Questionnaire).
- Penelitian melibatkan 187 siswa dari daerah urban dan 111 siswa dari daerah rural di Sleman.
- Ditemukan hubungan signifikan positif antara tingkat keparahan maloklusi dan status psikososial:
- Koefisien korelasi: 0,501 (perkotaaan) dan 0,420 (pedesaan), keduanya menunjukkan hubungan sedang hingga kuat.
- Tidak terdapat perbedaan signifikan dalam persepsi maloklusi terhadap psikososial antara remaja urban dan rural.
Dampak terhadap Kualitas Hidup Remaja
- Penurunan Kepercayaan Diri
Maloklusi yang parah dapat membuat remaja merasa canggung atau minder terhadap penampilan gigi mereka, berdampak pada interaksi sosial dan self-esteem. - Intervensi yang Dibutuhkan Sama
Terlepas dari latar belakang urban atau rural, dampak psikososial serupa muncul, sehingga akses terhadap perawatan ortodontik dan dukungan psikososial harus merata. - Pentingnya Penilaian Terpadu
Menggunakan alat seperti DAI dan PIDAQ sangat penting untuk memahami efek maloklusi tidak hanya dari segi klinis, tetapi juga psikososial.
***
Penelitian ini menegaskan adanya hubungan nyata antara tingkat keparahan maloklusi dan penurunan kualitas hidup psikososial remaja, tanpa perbedaan antara remaja urban dan rural. Maloklusi yang serius meningkatkan risiko gangguan psikososial, termasuk menurunnya kepercayaan diri dan keterbatasan dalam bersosialisasi. Dengan memahami dampak ini, intervensi ortodontik dan edukasi kesehatan gigi pada remaja dapat dirancang lebih menyeluruh—tidak hanya untuk memperbaiki susunan gigi, tetapi juga meningkatkan kesejahteraan psikososial mereka.
References
MUHAMMAD ELDO FADZHANI, drg. Josephine C. Paula Heryumani Sulandjari, MS, Sp.Ort(K), Dr. drg. Dyah Karunia, Sp. Ort(K), HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KEPARAHAN MALOKLUSI DENGAN STATUS PSIKOSOSIAL REMAJA DI PERKOTAAN DAN PEDESAAN (Kajian pada remaja SMA di daerah Sleman, Yogyakarta), https://etd.repository.ugm.ac.id/penelitian/detail/82425
Author: Rizky B. Hendrawan | Photo: Freepik