News

/

Latest News, SDG 13, SDG 3, SDG 4, SDG 9

Penemuan UGM: Membran Cerdas untuk Penyembuhan Jaringan pada Penderita Periodontitis

Periodontitis, atau penyakit radang gusi kronis, masih menjadi masalah kesehatan gigi yang banyak dialami masyarakat. Prevalensinya berkisar hingga 74% dari populasi. Penyakit ini tak hanya menyebabkan gusi meradang, tetapi juga merusak jaringan penyangga gigi dan bahkan dapat menghancurkan tulang rahang secara perlahan. Jika dibiarkan, gigi bisa goyah dan lepas dengan sendirinya.

Salah satu pendekatan medis yang digunakan untuk mengatasi kerusakan tulang akibat periodontitis adalah Guided Bone Regeneration (GBR). Ini adalah teknik bedah yang menggunakan membran penghalang untuk melindungi area tulang yang ingin dipulihkan. Membran ini berfungsi agar jaringan lunak (seperti jaringan ikat) tidak mengisi ruang yang seharusnya ditempati untuk pertumbuhan tulang baru.

Namun, teknologi membran yang digunakan saat ini masih memiliki kelemahan. Ada membran yang tidak dapat larut di dalam tubuh (non-resorbable), sehingga pasien harus menjalani operasi kedua untuk mengangkatnya. Di sisi lain, membran yang dapat terdegradasi secara alami (resorbable) sering kali hilang terlalu cepat sebelum pembentukan jaringan baru terjadi, sehingga hasil penyembuhan menjadi kurang optimal.

Memperhatikan permasalahan ini, Muhammad Hidayat Syahruddin, mahasiswa program doktor di Fakultas Kedokteran Gigi UGM, mengembangkan solusi inovatif. Ia merancang membran GBR baru dengan teknologi modern berbasis pencetakan tiga dimensi (3D), berbentuk seperti sarang lebah. Bahan utama yang digunakan adalah poly-L-lactic acid (PLLA), sejenis polimer yang ramah tubuh dan dapat larut secara bertahap disesuaikan dengan pertumbuhan jaringan baru.

Ia kemudian melapisi membran PLLA dengan karbonat apatit (CHA) yang mengandung ion perak (Ag-CHA) yang dikombinasikan dengan polyvinyl alcohol (PVA) untuk meningkatkan fleksibilitas dan daya serap air. Secara teoretis, adanya ion perak, yang menggantikan sebagian kalsium pada molekul CHA, memberikan efek antibakteri alami, yang sangat penting karena daerah sekitar gigi rentan terhadap infeksi. Untuk ini, Hidayat telah membuktikan kemampuan membran menghambat pertumbuhan dan mematikan enam jenis bakteri utama pada periodontitis, di antaranya adalah Porphyromonas gingivalis.

“Tujuan utama dari inovasi ini adalah menciptakan membran “cerdas” yang tidak hanya mendukung pertumbuhan tulang, tetapi juga melindungi dari bakteri, terurai secara terkontrol, aman, dan tidak memerlukan operasi tambahan untuk pengangkatan,” ujar Hidayat, mahasiswa Program Magister Menuju Doktor untuk Sarjana Unggulan (PMDSU) yang dibimbing oleh promotor Prof. Ika Dewi Ana, dan ko-promotor Rahmi Anggraeni dari Pusat Riset Kedokteran Preklinis dan Klinis BRIN, Dyah Irnawati, serta Natalia Beshchasna dari Fraunhofer Institute for Ceramic Technologies and Systems (IKTS) di Jerman. “Saat ini sering terjadi infeksi baik sebelum maupun pasca bedah. Pada kondisi tersebut implant yang ditanam pada tubuh tifak dapat bekerja optimal. Kita tidak dapat lagi bergantung pada antibiotik karena akan memperparah fenomena resistensi antimikroba,” lanjut Hidayat. Hidayat memulai program doktor melalui jalur Pendidikan Magister Menuju Doktor untuk Sarjana Unggul (PMDSU) pada tahun 2022, setelah lulus dari S1 dan profesinya di Universitas Hassanuddin.

Disertasi Hidayat merupakan kelanjutan dari upaya-upaya yang telah dilakukan tim peneliti UGM di bawah koordinasi promotornya untuk melakukan rekayasa dan fungsionalisasi CHA agar berdaya antibakteri. “Basis teknologi CHA yang terbukti unggul telah dimiliki dan dihilirkan dalam berbagai produk inovasi oleh UGM. Hidayat mengembangkan substitusi ion Ag pada CHA untuk melapisi membran yang didesain. Di masa depan masih terbuka peluang untuk pengembangan dengan pendekatan biomedika. Misalnya melapisi membran cerdas tersebut dengan self-assembled surface, agar saat ada serangan bakteri atau molekul aktif lainnya, permukaan membran menata diri untuk melindungi area penyembuhan,” ulas Ika selaku promotor.

“Penelitian ini membuka peluang bagi pengembangan perawatan infeksi seperti periodontitis atau kondisi infeksi lainnya yang memerlukan implantasi dengan lebih aman, efektif, dan nyaman bagi pasien. Teknologi ini diharapkan dapat menjadi terobosan untuk para dokter gigi dan pasien periodontitis di masa depan. Inilah yang selalu kami tekankan pada mahasiswa kami: Let us start from the end. Pikirkan kontribusi akhir seperti apa yang akan diberikan pada masyarakat dari penelitian yang dilakukan,” ujar Widowati Siswomihardjo, Ketua Program Studi Doktor Ilmu Kedokteran Gigi, yang pada tanggal 31 Juli yang lalu melepas beberapa mahasiswa doktor untuk kelulusan periode Juli 2025.

Penulis : Ika Dewi Ana | Editor: Andri Wicaksono
Foto: Dok. Prodi S3 IKG

Tags

Share News

Related News
4 August 2025

Inovasi Vaksin Tanpa Suntik dari UGM: Harapan Baru dari Nanopartikel Karbonat Apatit dan Eksosom

3 August 2025

drg. Ayu Fresno Argadianti, Sp.PM  Meraih 2 Kejuaraan Dalam Temu Ilmiah Nasional dan Internasional Ke 10 (TIMNASS X) di Surabaya

2 August 2025

Sebanyak 47 Pasien Telah Dilakukan Pencetakan Gigi Untuk Membuat Gigi Tiruan

en_US