News

/

Artikel, Latest News, SDG 3, SDG 4, SDG 9

Penanganan Fraktur Rahang: Panduan untuk Bedah Maksilofasial

Fraktur rahang, atau patah rahang, adalah cedera umum yang sering terjadi akibat kecelakaan, kekerasan, atau trauma lainnya. Penanganan yang tepat sangat penting untuk mencegah komplikasi jangka panjang, termasuk masalah fungsi dan estetika. Artikel ini akan membahas langkah-langkah dalam penanganan fraktur rahang, dengan fokus pada teknik bedah maksilofasial yang telah terbukti efektif.

Jenis Fraktur Rahang

Fraktur rahang dapat dibagi menjadi beberapa jenis, termasuk fraktur alveolar, fraktur tubuh mandibel, dan fraktur anatomi rahang. Setiap jenis fraktur memerlukan pendekatan penanganan yang berbeda, tergantung pada lokasi dan keparahannya.

Penanganan Awal

Penanganan awal terhadap fraktur rahang meliputi:

  • Stabilisasi: Mencegah pergeseran fraktur, biasanya dengan memanfaatkan splint atau penyangga.
  • Pengendalian Nyeri: Penggunaan analgesi untuk mengurangi nyeri yang dialami pasien.
  • Pemeriksaan Radiologis: Melakukan rontgen atau CT scan untuk mendapatkan gambaran jelas mengenai lokasi dan jenis fraktur.

Bedah Maksilofasial

Di dalam penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa FKG UGM, Wijanarko dan Agung Hadi dengan bimbingan drg. Prihartiningsih, SU.,Sp.BM(K)  mengenai penatalaksanaan terpadu fraktur maksilofasial komplek dengan maloklusi dan malunion,  menyatakan bahwa penatalaksanaan terpadu fraktur maksilofasial kompleks melibatkan berbagai langkah untuk memastikan hasil yang optimal. Pada pasien dengan fraktur rahang yang disertai dengan maloklusi (ketidaksesuaian gigitan) dan malunion (penyembuhan yang tidak tepat), pendekatan bedah yang integratif menjadi sangat penting.

  1. Evaluasi Klinis: Sebelum melakukan pembedahan, penting untuk melakukan evaluasi menyeluruh terhadap keadaan klinis pasien, termasuk riwayat trauma dan gejala yang dialami.
  2. Rekonstruksi Osteosintesis: Pada fraktur yang kompleks, teknik rekonstruksi dengan penggunaan pelat dan skrup mungkin diperlukan untuk mengembalikan posisi rahang yang tepat. Ini membantu dalam memastikan penyembuhan yang baik dan mendukung fungsi gigitan.
  3. Perawatan Ortodontik: Dalam beberapa kasus, perawatan ortodontik setelah pembedahan mungkin diperlukan untuk mengoreksi maloklusi. Hal ini melibatkan penggunaan kawat gigi dan alat ortodontik untuk memperbaiki posisi gigi dan rahang.
  4. Tindak Lanjut: Pasca pembedahan, tindak lanjut yang rutin diperlukan untuk memonitor kemajuan penyembuhan dan memastikan tidak ada komplikasi yang terjadi.

Komplikasi yang Mungkin Terjadi

Penanganan fraktur rahang tidak lepas dari risiko komplikasi, seperti infeksi, perdarahan, atau kegagalan penyembuhan. Oleh karena itu, pemantauan yang cermat sangat penting.

***

Penanganan fraktur rahang memerlukan pendekatan yang menyeluruh dan sering kali melibatkan tim multidisiplin yang terdiri dari dokter gigi, ahli bedah maksilofasial, dan ortodontis. Dengan menerapkan penatalaksanaan terpadu seperti yang disebutkan di atas, hasil yang optimal dapat dicapai, dan komplikasi jangka panjang dapat diminimalisir. Selalu konsultasikan dengan profesional kesehatan untuk perawatan yang sesuai dan tindakan pencegahan untuk menjaga kesehatan mulut secara keseluruhan.

References
Wijanarko, Agung Hadi, drg. Prihartiningsih, SU.,Sp.BM(K), Penatalaksanaan terpadu fraktur maksilofasial komplek dengan maloklusi dan malunion, https://etd.repository.ugm.ac.id/penelitian/detail/36727

Author: Rizky B. Hendrawan | Photo: Freepik

Tags

Share News

Related News
27 March 2025

Jenis Makanan yang Dapat Memperkuat Enamel Gigi

26 March 2025

Analisis Biomekanik Penggunaan Kawat Ortodonti dalam Mengoreksi Maloklusi

25 March 2025

Kandidiasis Oral pada Anak: Apa yang Perlu Diketahui Orang Tua

en_US