Yogyakarta, 21 November 2025 FKG UGM menandatangani Perjanjian Kerja dengan Kolegium Bedah Mulut dan Maksilofasial (BMM) Indonesia. Kerja sama ini menandai langkah strategis untuk memperkuat penyelenggaraan Ujian Kompetensi Nasional serta pengembangan pendidikan spesialis dan subspesialis bedah mulut di Indonesia.
Penandatanganan berlangsung di lingkungan FKG UGM dan dihadiri langsung oleh Dekan FKG UGM, Prof. Dr. Suryono, S.H., MM., Ph.D., Ketua Kolegium BMM Indonesia Prof. drg. Muhammad Ruslin, M.Kes., Ph.D,. Sp.BM(K), jajaran dekanat FKG UGM, Ketua Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial FKG UGM drg. Poerwati Soetji Rahajoe, Sp.BMM(K), Subsp.T.M.T.M.J(K), Ph.D, Kaprodi Bedah Mulut & Maksilofasial FKG UGM drg. Pingky Krisna Arindra, Sp.B.M.M., Subsp. Ped.O.M.(K), serta jajaran staf FKG UGM.

LANGKAH HISTORIS UNTUK STANDARDISASI KOMPETENSI NASIONAL
Dalam sambutannya, Dekan FKG UGM menegaskan bahwa kerja sama ini merupakan tonggak penting, sekaligus menjadi yang pertama di antara kolegium kedokteran gigi yang menjalin MoU serupa dengan institusi pendidikan.
“Kami menyambut bahagia kerja sama ini. Harapan kami ujian kompetensi dokter gigi spesialis bedah mulut dapat terstandarisasi secara nasional,” ujar Prof. Suryono.
Beliau juga menyinggung kebutuhan nasional akan dokter gigi spesialis yang masih sangat rendah. Dengan kapasitas produksi lulusan Bedah Mulut yang baru sekitar 60 spesialis per tahun, sementara Indonesia memiliki lebih dari 3.600 rumah sakit, dibutuhkan langkah terarah untuk mengejar ketertinggalan.
KOLEGIUM TARGETKAN PENGEMBANGAN SENTRA PENDIDIKAN DI SELURUH INDONESIA
Ketua Kolegium BMM Indonesia, Prof. Ruslin, menegaskan bahwa penandatanganan MoU di FKG UGM adalah bagian dari strategi nasional dalam memperluas dan memeratakan pendidikan spesialis bedah mulut. “FKG UGM menjadi contoh dan titik awal. Kami akan memperkuat kerja sama serupa dengan fakultas-fakultas kedokteran gigi lain di Indonesia,” ungkapnya. Saat ini, Indonesia memiliki 7 sentra pendidikan SP1 Bedah Mulut, dan baru-baru ini ditambah dengan pembukaan di USU dan UNAND. Kolegium menargetkan tambahan sentra baru di Kalimantan dan Bali, sehingga SP1 (spesialis) dapat mendukung pemenuhan layanan nasional.
Untuk jenjang SP2 (subspesialis), kolegium mendorong pembukaan di empat institusi besar: UGM, UI, UNPAD, dan UNAIR. Satu bidang SP2 saat ini telah berjalan di Universitas Hasanuddin, Makassar.
RESPONS TERHADAP TARGET PRESIDEN PRABOWO & KEBUTUHAN LAYANAN NASIONAL
Prof. Ruslin menjelaskan bahwa langkah agresif ini adalah respons langsung terhadap target layanan kesehatan nasional yang masuk dalam program Asta Cita Presiden Prabowo Subianto. “Kami merespons penuh target pemerintah. Pembukaan sentra pendidikan SP1 dan SP2 akan mempercepat pemenuhan kebutuhan tenaga bedah mulut yang handal,” jelasnya.
Selain membuka sentra pendidikan, kolegium juga segera menginisiasi program fellowship jangka pendeA, khususnya untuk bidang: Onkologi (tumor jinak & ganas). Cleft (celah bibir & langit-langit). Traumatologi wajah
The fellowship ini menjadi solusi sementara sembari menunggu penguatan pendidikan spesialis penuh.

SINERGI INSTITUSI PENDIDIKAN DAN RUMAH SAKIT
Dekan FKG UGM menyoroti pentingnya memanfaatkan potensi dokter residen tahun akhir untuk membantu pelayanan di daerah yang kekurangan tenaga medis.
“Banyak rumah sakit daerah tidak memiliki dokter gigi, apalagi spesialis. Resident tingkat akhir bisa diberdayakan untuk membuka akses pelayanan.”
Beliau juga menegaskan bahwa model pendidikan berbasis rumah sakit (hospital-based) yang sedang digagas pemerintah menjadi peluang percepatan produksi tenaga spesialis, dengan catatan tetap memerhatikan mutu pendidikan klinis.
OPTIMISME UNTUK PERCEPATAN PEMBANGUNAN SDM BEDAH MULUT INDONESIA
Penandatanganan Perjanjian Kerja Sama ini menjadi simbol komitmen bersama antara institusi pendidikan dan kolegium dalam memperkuat kualitas, kapasitas, serta pemerataan layanan bedah mulut nasional.
“Semoga MoU ini menjadi awal yang baik untuk Indonesia,” tutup Prof. Suryono.
Kolegium BMM menyatakan akan melanjutkan kerja sama dengan berbagai fakultas kedokteran gigi di Indonesia dalam waktu dekat, sebagai bagian dari strategi besar mencetak tenaga ahli bedah mulut dan maksilofasial yang lebih banyak dan lebih merata.
(Rporter: Andri Wicaksono, Foto: Fajar Budi Harsakti)