Periode awal kehidupan, termasuk masa balita merupakan fase kritis dalam pertumbuhan fisik dan perkembangan jaringan tubuh, termasuk jaringan keras gigi seperti enamel dan dentin. Nutrisi yang adekuat sangat penting untuk memastikan mineralisasi, kekuatan struktur gigi, dan resistensi terhadap kerusakan (karies). Meskipun penelitian yang menjadi referensi pada artikel ini memfokuskan pada anak usia 6–7 tahun, hasilnya memberikan wawasan tentang bagaimana status gizi dapat berhubungan dengan kesehatan gigi dan implikasi bagi anak yang lebih muda.
Penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa FKG UGM, Ellysa Ardiani dengan bimbingan Dr. rer. nat. dr. BJ. Istiti Kandarina dan drg. Lisdrianto Hanindriyo, MPH., Ph.D. menunjukkan bahwa pada sampel anak usia 6–7 tahun, tidak terdapat hubungan signifikan antara status gizi dan kejadian karies pada gigi molar permanen mandibula (p = 0,84). Namun, penelitian tersebut juga mencatat bahwa faktor pola makan kariogenik berkaitan dengan karies (meskipun menjadi tidak signifikan setelah penyesuaian). Hal ini menunjukkan bahwa meski status gizi tidak langsung berkaitan pada kasus tersebut, peran nutrisi tetap penting dalam konteks faktor risiko karies.
Dengan latar tersebut, artikel ini membahas hubungan antara nutrisi dan kesehatan gigi pada anak balita, tantangan, dan strategi intervensi.
Hubungan Nutrisi dengan Kesehatan Gigi pada Anak Balita
Mekanisme Biologis
- Mineralisasi dan Pertumbuhan Enamel / Dentin
- Kalsium, fosfor, vitamin D, dan elemen mikro (seperti fluor, magnesium) dibutuhkan dalam pembentukan dan pemeliharaan struktur mineral gigi. Kekurangan nutrisi ini dapat menyebabkan enamel lebih rentan terhadap demineralisasi.
- Imunitas & Resistensi terhadap Infeksi
- Gizi buruk dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh, sehingga bakteri karies lebih mudah berkembang dan menimbulkan kerusakan gigi.
- Perubahan Saliva dan Fungsi Buffer
- Asupan nutrisi yang buruk atau kekurangan hidrasi bisa memengaruhi produksi saliva dan kapabilitas buffer, yang penting untuk menetralisir asam dan membantu remineralisasi.
- Asupan Karbohidrat & Gula (Diet Kariogenik)
- Pola asupan makanan tinggi gula atau karbohidrat fermentabel berperan besar dalam proses karies, meskipun status gizi secara umum mungkin tidak langsung terasosiasi, seperti yang ditemukan dalam penelitian UGM.
Temuan Penelitian UGM
- Penelitian UGM melibatkan 38 anak usia 6–7 tahun yang tinggal di panti asuhan, menggunakan pengukuran status gizi dengan IMT/U dan pemeriksaan karies gigi molar permanen mandibula secara klinis. ETD UGM
- Hasil: tidak ada hubungan signifikan antara status gizi dan kejadian karies (p = 0,84; OR = 0,85; CI 95% = 0,14–4,94). ETD UGM
- Dalam penelitian tersebut, asupan makanan kariogenik memiliki hubungan signifikan dengan kejadian karies (p = 0,036; OR = 5,72), tetapi setelah penyesuaian variabel confounder, hubungan tersebut menjadi tidak signifikan (p = 0,86; OR = 0,88). ETD UGM
- Penulis menyimpulkan bahwa “status gizi yang kurang tidak meningkatkan kejadian karies pada gigi molar pertama permanen mandibula pada anak usia 6–7 tahun.” ETD UGM
Implikasi bagi Balita (Usia Lebih Dini)
Meskipun penelitian yang dilakukan tidak secara langsung melibatkan balita, prinsip-prinsip berikut dapat diterapkan:
- Periode pembentukan gigi primitif dan proses mineralisasi awal terjadi pada usia sangat dini. Gizi buruk di masa balita dapat melemahkan struktur gigi sulung (deciduous) dan mempengaruhi transisi ke gigi permanen.
- Balita juga lebih rentan terhadap konsumsi makanan manis (misalnya susu, biskuit bayi), yang meningkatkan risiko karies primer.
- Intervensi gizi yang tepat dapat mendukung pertumbuhan gigi dan jaringan penyangga (tulang alveolar, jaringan periodontal), sehingga menciptakan kondisi yang lebih sehat sebelum munculnya gigi permanen.
Strategi Intervensi untuk Menjaga Kesehatan Gigi dan Gizi Balita
- Pemberian Gizi Seimbang Sejak Dini
- Pastikan asupan kalsium, fosfor, vitamin D, protein, serta elemen mikronutrien.
- Batasi konsumsi gula tambahan dan camilan manis antara waktu makan utama.
- Edukasi Orang Tua / Pengasuh
- Ajarkan pentingnya pola makan sehat dan pengaruhnya terhadap kesehatan gigi dan mulut anak.
- Edukasi menyikat gigi dua kali sehari sejak gigi sulung tumbuh, dan penggunaan pasta gigi fluor bila ada rekomendasi.
- Regular Dental Check-Ups
- Screening gigi di usia dini untuk deteksi karies awal.
- Pendekatan preventif seperti fluoride (topikal) dan sealant pada gigi molar ketika tumbuh.
- Keterpaduan Program Gizi & Kesehatan Mulut di Lembaga Balita / PAUD / Panti Asuhan
- Integrasi edukasi kesehatan gigi dalam program gizi lembaga.
- Monitoring status gizi dan status gigi secara berkala.
- Penelitian Lanjutan
- Studi longitudinal pada balita untuk mengevaluasi efek status gizi terhadap kejadian karies di masa depan.
- Penilaian kombinasi faktor (gizi, kebersihan mulut, asupan gula) agar dapat identifikasi determinan dominan.
***
Penelitian UGM menunjukkan bahwa pada sampel anak usia 6–7 tahun di panti asuhan, tidak ada hubungan signifikan antara status gizi dan kejadian karies pada gigi molar permanen mandibula. Namun, hal ini tidak mengurangi pentingnya nutrisi bagi kesehatan gigi balita, karena gizi berperan dalam mineralisasi gigi, imunitas, serta mendukung faktor protektif terhadap karies. Intervensi pada usia balita harus mencakup gizi, edukasi, kontrol asupan gula, dan perawatan gigi preventif agar kesehatan mulut dapat terjaga sejak awal.
References
ELLYSA ARDIANI, Dr. rer. nat. dr. BJ. Istiti Kandarina; drg. Lisdrianto Hanindriyo, MPH., Ph.D., HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI MOLAR PERTAMA PERMANEN MANDIBULA PADA ANAK USIA 6-7 TAHUN (Kajian Pada Panti Asuhan Anak dan Balita di Yogyakarta), https://etd.repository.ugm.ac.id/penelitian/detail/206307
Author: Rizky B. Hendrawan | Photo: Freepik