News

/

Latest News

Menumbuhkan Ketelitian dan Empati: FKG UGM Gelar Workshop & Hands-on Endodontik dan Bedah Mulut

Bagi sebagian masyarakat, dua kata yang paling menakutkan di ruang praktik dokter gigi adalah “cabut gigi” and “perawatan akar.” Banyak yang menunda datang ke dokter karena takut sakit, trauma dengan pengalaman masa lalu, atau karena salah persepsi bahwa gigi yang sakit pasti harus dicabut. Padahal, di balik tindakan-tindakan tersebut, terdapat seni dan ilmu penyelamatan yang terus berkembang — baik dalam bidang bedah mulut maupun endodontik. Menjawab tantangan itu, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada (FKG UGM) melalui iDSDC berkerja sama dengan sama KAKGIGAMA (Keluarga Alumni Kedokteran Gigi UGM) menggelar Workshop dan Hands-on Kedokteran Gigi selama dua hari, Sabtu–Minggu, 11–12 Oktober 2025, bertempat di Ruang Kelas ABC, Gedung Dental Learning Center (DLC) FKG UGM. Kegiatan ini menghadirkan dua narasumber ahli di bidangnya:

  • drg. Dhanni Gustiana, Sp.BMM, Subs TM-TMJ(K) (spesialis bedah mulut dan maksilofasial), dan
  • drg. Hendargo Agung Pribadi, Sp.KG (spesialis konservasi gigi).

Keduanya tidak hanya berbagi ilmu klinis, tetapi juga filosofi empati yang menjadi inti pelayanan kedokteran gigi modern.

Sambutan Ketua KAKGIGAMA

Kegiatan dibuka secara resmi oleh Ketua KAKGIGAMA, drg. Endro Sucahyono, M.Kes., yang dalam sambutannya menegaskan pentingnya kesinambungan antara ilmu, pengalaman, dan kemanusiaan.

“Workshop seperti ini bukan hanya ruang belajar keterampilan, tapi ruang untuk menumbuhkan empati. Karena sejatinya, dokter gigi bukan hanya memperbaiki gigi, tapi juga menjaga senyum dan rasa percaya diri pasien,” — drg. Endro Sucahyono, M.Kes.

Beliau juga menyampaikan bahwa KAKGIGAMA berkomitmen untuk terus mendukung kegiatan akademik yang memperkuat kompetensi klinis dan karakter profesional dokter gigi muda, agar siap menghadapi tantangan dunia medis yang terus berubah.

Hari Pertama: Workshop dan Hands-on Bersama drg. Dhanni Gustiana

Pada hari pertama, drg. Dhanni Gustiana membawakan materi bertajuk “Penatalaksanaan Komplikasi Anestesi Lokal.” Sesi ini membuka wawasan peserta bahwa anestesi bukan sekadar teknik untuk membuat jaringan mati rasa, melainkan bentuk tanggung jawab etis untuk mengurangi rasa sakit pasien secara aman dan manusiawi.

“Pasien tidak peduli seberapa canggih alat kita, yang penting mereka tidak sakit,” tutur drg. Dhanni, mengingatkan bahwa keberhasilan tindakan klinis diukur bukan hanya dari hasil medis, tetapi juga dari kenyamanan pasien.

Selain membahas teori dan kasus klinis, sesi ini juga menanamkan nilai reflektif: setiap tindakan anestesi adalah wujud empati.

Hari Kedua: Workshop dan Hands-on Endodontik bersama drg. Hendargo Agung Pribadi

Hari kedua dilanjutkan dengan sesi hands-on bertema “Precision in Root Canal Treatment” bersama drg. Hendargo Agung Pribadi, Sp.KG. Dalam praktik langsung, peserta berlatih melakukan perawatan saluran akar dengan presisi dan kontrol penuh, meliputi akses, pembersihan, pembentukan, hingga penutupan koronal (obturation).

“Dalam endodontik, kita tidak hanya bekerja dengan alat, tapi dengan hati yang sabar dan tangan yang sadar,” ujar drg. Hendargo, menegaskan pentingnya keseimbangan antara ilmu dan empati.

Sesi ini menjadi momen pembelajaran mendalam bagi peserta, yang tidak hanya meningkatkan keterampilan teknis tetapi juga memahami bahwa menyelamatkan gigi berarti menjaga kehidupan kecil yang bernilai di dalamnya.

Kesan dan Refleksi Peserta

Banyak peserta mengaku kegiatan ini membuka perspektif baru tentang profesi kedokteran gigi. Mereka menyadari bahwa di balik tindakan yang presisi, ada sisi kemanusiaan yang tak kalah penting.

“Saya belajar bahwa menjadi dokter gigi bukan hanya tentang tangan yang terampil, tapi juga tentang hati yang tenang,” ungkap salah satu peserta usai kegiatan.

Menumbuhkan Generasi Dokter Gigi Humanis

Kegiatan dua hari ini berhasil memadukan pengetahuan ilmiah, latihan keterampilan, dan nilai kemanusiaan dalam satu wadah pembelajaran yang utuh. Melalui dukungan KAKGIGAMA dan kolaborasi lintas bidang, FKG UGM terus mendorong lahirnya dokter gigi yang presisi, adaptif, dan humanis — dokter yang tidak hanya menyembuhkan, tapi juga menenangkan.

Dengan berakhirnya kegiatan pada Minggu sore, peserta pulang membawa bukan hanya sertifikat, tetapi juga semangat baru untuk terus belajar, melayani, dan menjaga senyum pasien dengan penuh kesadaran.

Penulis & Foto: Dody Hendro W

Tags

Share News

Related News
18 October 2025

CBCT pada Penatalaksanaan Cleft Lip and Palate (Bibir Sumbing)

17 October 2025

Gambaran Radiografis Bone Graft Menyerupai Odontoma Compound

16 October 2025

Radiografi Lateral Cephalometric untuk Analisis Sudut Fasial

en_US