Gigi bungsu, atau gigi molar ketiga, seringkali menjadi penyebab masalah bagi banyak orang. Gigi ini dapat tumbuh dengan cara yang salah, menyebabkan berbagai komplikasi, termasuk infeksi. Berikut adalah beberapa alasan mengapa gigi bungsu yang tertanam dapat menyebabkan infeksi:
Penumpukan Makanan dan Plak
- Kesulitan Pembersihan: Gigi bungsu yang tertanam seringkali sulit dijangkau untuk dibersihkan. Prof. drg. Soelistiono, Sp.BM(K) dalam pidato pengukuhan guru besarnya menjelaskan bahwa gigi geraham bungsu dapat menyebabkan gangguan pada keharmonisan alat pengunyah. Akibatnya, sisa makanan dan plak dapat menumpuk di sekitar gigi, menciptakan lingkungan yang ideal bagi bakteri untuk berkembang biak.
- Peradangan: Penumpukan plak dapat menyebabkan peradangan pada gusi di sekitar gigi bungsu. Peradangan ini, yang dikenal sebagai perikoronitis, dapat menyebabkan rasa sakit, bengkak, dan kemerahan.
Ruang yang Sempit
- Keterbatasan Ruang: Jika gigi bungsu tidak memiliki cukup ruang untuk tumbuh, mereka dapat tumbuh miring atau tertekan. Hal ini dapat menciptakan kantong di antara gigi dan gusi yang mudah terinfeksi.
- Tekanan pada Gigi Lain: Gigi bungsu yang tumbuh miring dapat memberikan tekanan pada gigi di sekitarnya, menyebabkan pergeseran gigi dan masalah gigitan. Tekanan ini juga dapat memperburuk peradangan dan meningkatkan risiko infeksi.
Bakteri dan Infeksi
- Bakteri Alami: Mulut manusia adalah rumah bagi berbagai jenis bakteri. Ketika ada luka atau peradangan di gusi, bakteri ini dapat masuk dan menyebabkan infeksi.
- Peningkatan Risiko Infeksi: Gigi bungsu yang tertanam dan sulit dibersihkan meningkatkan risiko infeksi karena penumpukan plak dan peradangan. Infeksi dapat menyebabkan abses (kantung nanah), nyeri hebat, demam, dan kesulitan membuka mulut.
- Research conducted by drg. Cahya Yustisia Hasan, Sp.BM.(K), and drg. Yosaphat Bayu Rosanto, MDSc., Sp.BMM(K) menunjukkan potensi penggunaan bahan alami seperti ekstrak daun kelor untuk menghambat pertumbuhan bakteri, meskipun perlu penelitian lebih lanjut dalam konteks infeksi gigi.
Gejala Infeksi
Gejala infeksi gigi bungsu yang tertanam dapat meliputi:
- Nyeri di sekitar gigi bungsu
- Gusi bengkak, merah, dan lunak
- Kesulitan membuka mulut
- Bau mulut
- Rasa tidak enak di mulut
- Demam
- Pembengkakan kelenjar getah bening di leher
Penanganan dan Pencegahan
- Konsultasi dengan Dokter Gigi: Jika Anda mengalami gejala infeksi gigi bungsu yang tertanam, segera konsultasikan dengan dokter gigi. Dokter gigi akan melakukan pemeriksaan dan merekomendasikan perawatan yang tepat.
- Pencabutan Gigi Bungsu: Dalam banyak kasus, pencabutan gigi bungsu adalah solusi terbaik untuk mencegah dan mengobati infeksi.
- Perawatan Lainnya: Perawatan lain dapat mencakup antibiotik untuk mengendalikan infeksi, obat pereda nyeri, dan pembersihan gigi secara mendalam untuk menghilangkan plak dan bakteri.
- Pencegahan: Menjaga kebersihan mulut yang baik, termasuk menyikat gigi, membersihkan benang gigi, dan pemeriksaan gigi rutin, dapat membantu mencegah masalah gigi bungsu.
***
Memahami mengapa gigi bungsu yang tertanam dapat menyebabkan infeksi penting untuk menjaga kesehatan mulut dan mencegah komplikasi yang lebih serius. Tentunya hal ini turut mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) tujuan ke-4 dalam peningkatan akses terhadap edukasi kesehatan gigi, tujuan ke-9 inovasi dalam pengobatan, serta tujuan ke-10 dengan kebijakan yang memastikan akses layanan kesehatan yang lebih merata sehingga dapat berkontribusi terhadap peningkatan kesehatan mulut secara menyeluruh. Dengan langkah-langkah ini, diharapkan setiap individu memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkan perawatan gigi yang berkualitas.
References
Prof. drg. Soelistiono, Sp.BM(K), Professor Soelistiono’s Inauguration: Impacted Wisdom Teeth Cause Chewing Dysfunction, https://ugm.ac.id/id/berita/1150-pengukuhan-prof-soelistiono-gigi-geraham-bungsu-sebabkan-gangguan-keharmonisan-alat-pengunyah/
drg. Cahya Yustisia Hasan, Sp.BM.(K), drg. Yosaphat Bayu Rosanto, MDSc., Sp.BMM (K), Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Daun Kelor (Moringa oleifera) Konsentrasi 40% dan 80% Terhadap Daya Hambat Bakteri Streptococcus mitis, https://etd.repository.ugm.ac.id/penelitian/detail/185930
Author: Rizky B. Hendrawan | Photo: Freepik