Osteomielitis pada rahang adalah infeksi tulang dan sumsum tulang yang dapat bersifat akut atau kronis. Pada kasus kronis supuratif, infeksi berlangsung lama, sering membentuk sekuester (tulang mati), dan dapat menyebabkan pembentukan fistula eksternal. Salah satu penyebab yang khas adalah infeksi odontogenik, misalnya akibat impaksi gigi molar ketiga (wisdom tooth) yang tidak ditangani dengan baik.
Sebuah artikel dalam Jurnal MKGK FKG UGM yang ditulis oleh MKGK, Heinz Frick Simanjuntak, Melita Sylvyana, Fathurachman dimana artikel ini meninjau sebuah kasus osteomielitis kronis supuratif mandibula sebagai komplikasi dari impaksi gigi molar ketiga, dan membahas bagaimana manajemen klinisnya dilakukan secara definitif hingga hasil pasca operasi.
Gambaran Kasus
- Pasien: Seorang wanita, usia 26 tahun, tanpa kelainan sistemik yang signifikan.
- Keluhan utama: Sakit gigi berulang sejak kira-kira enam bulan di regio mandibula kanan, yang kemudian berkembang menjadi fistula ekstra oral sejak tiga bulan terakhir; ada pembengkakan yang tidak kunjung membaik.
- Pemeriksaan klinis:
- Tidak ada demam, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening yang signifikan, pasien dalam kondisi umum stabil.
- Ditemukan fistula kutaneus ekstra oral di mandibula kanan, nyeri pada palpasi, kondisi intraoral menunjukkan adanya karies dan pulpa terbuka pada gigi molar impaksi.
- Pemeriksaan radiografi (foto panoramik) menunjukkan:
- Gigi molar ketiga (gigi 48) impaksi sebagian, mengalami karies dalam yang menembus pulpa.
- Ada area radiolusen periapikal pada akar mesial, menunjukkan kerusakan tulang di sekitar akar yang terkena.
- Diagnosis: Osteomielitis kronis supuratif mandibula sebagai komplikasi sekunder dari impaksi gigi molar ketiga.
Penatalaksanaan
Manajemen kasus ini melibatkan kombinasi tindakan bedah dan terapi farmakologis:
- Tindakan Bedah Definitif
- Sekuesterektomi: pengangkatan tulang nekrotik (sekuester).
- Debridement: membersihkan jaringan granulasi dan jaringan mati agar daerah infeksi terangkat dan tulang sehat terbuka. Jurnal Universitas Gadjah Mada
- Ekstraksi gigi penyebab infeksi (causa), termasuk molar impaksi serta gigi-gigi terkait yang mengalami kerusakan. Dalam kasus ini gigi molar ketiga (semua molar tiga) dan gigi molar dua di rahang bawah kanan.
- Fistulektomi & eksisi sinus (fistula dan saluran sinus dieksisi) untuk menutup fistula ekstra oral dan mencegah jalan infeksi eksternal.
- Antibiotik dan Terapi Pendukung
- Selama prosedur dan pasca operasi, pasien diberi antibiotik suntik (Ceftriaxon) untuk masa pendek, kemudian dilanjutkan dengan antibiotik oral (Cefadroxil) dan kemudian Clindamycin selama dua minggu.
- Analgesik dan obat lain (antiinflamasi / pengurang rasa sakit), serta perawatan kebersihan mulut dan perawatan luka harian dengan irigasi larutan garam fisiologis.
- Pemeriksaan Histopatologi
- Jaringan yang diangkat diperiksa secara histopatologis, yang mengonfirmasi diagnosis osteomielitis supuratif kronis mandibula.
- Follow-up dan Evaluasi Klinis
- Pasien dikontrol satu minggu pasca operasi; hasil menunjukkan pemulihan yang baik: luka intraoral mulai tertutup, epitelisasi pada daerah operasi mulai tampak, tidak ada keluhan nyeri yang berarti.
- Disarankan terapi antibiotik pasca operasi diperpanjang sesuai kebutuhan klinis hingga gejala hilang.
Rationale dan Prinsip Terapi
Berdasarkan laporan kasus ini, beberapa prinsip penting dalam manajemen osteomielitis rahang kronis supuratif dapat disimpulkan:
- Eliminasi sumber infeksi: gigi molar impaksi yang mengalami karies dan gangguan pulpanya merupakan sumber utama; kerusakan gigi harus diatasi melalui pencabutan atau perawatan gigi yang tepat.
- Pengangkatan jaringan nekrotik (sekuester) sangat penting agar antibiotik dapat menjangkau daerah yang masih hidup, karena daerah nekrotik tidak mendapat suplai darah memadai.
- Debridement dan pembersihan harus dilakukan untuk membuka tulang sehat dan memungkinkan vaskularisasi serta regenerasi.
- Penggunaan antibiotik yang memadai, baik jenis, dosis, durasi, serta rute pemberian, menjadi bagian penting agar infeksi sistemik dan lokal dapat terkontrol.
- Tindakan tambahan seperti fistulektomi, eksisi sinus, dan perawatan luka yang benar sangat membantu dalam menyelesaikan fistula dan mencegah persistensi infeksi.
Hasil Klinis
Kasus ini berakhir dengan hasil yang memuaskan:
- Luka mulai tertutup secara epitelial, tanpa keluhan nyeri signifikan satu minggu pasca operasi.
- Pasien tampak mengalami perbaikan kondisi intraoral dan tidak ada tanda komplikasi lainnya setelah tindakan bedah dan terapi antibiotik.
***
Dari studi kasus tersebut dapat diketahui impaksi molar tiga bawah yang tidak tertangani dapat menjadi penyebab osteomielitis kronis supuratif mandibula. Manajemen klinis yang efektif memerlukan kombinasi antara intervensi bedah (sekuesterektomi, ekstraksi gigi penyebab, penutupan fistula) dan terapi antibiotik yang tepat. Diagnosa yang cepat dan akurat, rencana perawatan yang baik, serta tindak lanjut klinis yang rutin sangat penting agar penyembuhan berjalan optimal.
References
MKGK, Heinz Frick Simanjuntak, Melita Sylvyana, Fathurachman, Osteomyelitis kronis supuratif mandibula sebagai komplikasi sekunder impaksi gigi molar tiga, https://jurnal.ugm.ac.id/mkgk/article/download/28778/17337
Author: Rizky B. Hendrawan | Photo: Freepik