Perjalanan selama 22 jam dari Tobelo, Maluku Utara, tak menyurutkan semangat drg. Stephani Dwiliyani untuk mengikuti seleksi Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis (PPDGS) di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada (FKG UGM), Jumat (16/5).
Sebagai dokter gigi yang bertugas di Puskesmas Soasio, Kota Tidore Kepulauan, Stephani menghadapi berbagai tantangan dalam pelayanan kesehatan gigi. “Di tempat saya bekerja, belum ada dokter gigi spesialis. Pasien yang membutuhkan perawatan lanjutan harus dirujuk ke rumah sakit, yang jaraknya cukup jauh,” tuturnya.
Fasilitas kesehatan di wilayahnya pun belum sepenuhnya memadai. Ia kerap menerima rujukan dari puskesmas lain di sekitarnya. Ketika alat praktik mengalami kerusakan, proses perbaikannya bisa memakan waktu berhari-hari karena harus mendatangkan teknisi dari luar kota. “Hal-hal seperti ini membuat saya semakin terdorong untuk meningkatkan kapasitas sebagai dokter gigi,” ucapnya.
Dengan tekad tersebut, Stephani memilih melanjutkan studi di program spesialis prostodonsia, bidang yang menangani rehabilitasi dan perawatan gigi tiruan. Ia berharap ke depan mampu memberikan layanan lebih komprehensif kepada masyarakat di daerahnya.
“Kalau diterima di FKG UGM, saya akan sungguh-sungguh menjalani pendidikan. Setelah lulus, saya pasti kembali ke Soasio,” ujarnya. Ia menambahkan, masyarakat di sana masih memiliki pemahaman yang terbatas tentang kesehatan gigi dan mulut. Banyak di antaranya yang lebih memilih pergi ke tukang gigi karena menganggap pelayanan yang diberikan sama dengan dokter gigi.
Bagi Stephani, UGM adalah pilihan utama. “Dari segi biaya lebih terjangkau, dan walaupun saya menempuh pendidikan dengan dana pribadi, saya ingin kembali mengabdi di Tobelo,” katanya. Selain sebagai dokter gigi, ia juga seorang ibu. “Sebagai perempuan, saya harus terus mengembangkan diri, tapi juga berbagi peran sebagai ibu,” tambahnya.
Seleksi PPDGS FKG UGM gelombang kedua ini diikuti oleh 93 peserta, dengan 74 di antaranya adalah perempuan. Menurut Ketua Akademik FKG UGM, Dyana Rakhmasari Kusumaningsih, S.E., M.Ec. Dev., proses seleksi meliputi ujian tulis berbasis komputer (CBT), tes MMPI, wawancara, dan ujian keterampilan di masing-masing program studi.
FKG UGM saat ini memiliki tujuh program studi pendidikan spesialis. Pada seleksi gelombang kedua tahun ini, hanya Prodi Bedah Mulut dan Maksilofasial yang tidak membuka penerimaan mahasiswa baru. Dari semua prodi, konservasi gigi menjadi yang paling diminati. “Ada 38 orang yang mendaftar di prodi ini,” ungkap Dyana.
Proses seleksi PPDGS FKG UGM dilakukan dua kali dalam setahun, yakni pada bulan Januari dan Maret. FKG UGM terus berkomitmen mencetak dokter gigi spesialis yang siap mengabdi di seluruh penjuru negeri, termasuk di daerah-daerah terpencil seperti Tobelo.
Penulis dan Fotografer: Fajar Budi Harsakti