Di balik kesibukannya sebagai dosen di Departemen Ilmu Biomaterial Kedokteran Gigi (IBKG) Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada (FKG UGM), drg. Dyah Anindya, yang akrab disapa drg. Anin, ternyata memiliki beragam talenta. Selain aktif dalam dunia akademik, drg. Anin juga dikenal sebagai sosok yang berbakat dalam seni musik, nembang Jawa, dan teater.
Minat drg Dyah Anindya pada seni panggung sudah dimulai sejak masa SMA. Di SMA Negeri 3 Yogyakarta, drg. Anin pernah menjadi pemeran utama dalam pentas teater “Jubah Macan”, yang mengasah bakatnya dalam seni peran. Meskipun sudah berkarir di bidang kedokteran gigi, kecintaannya pada seni peran tetap ia asah.
Pada 4 Maret 2024, drg. Anin kembali menampilkan bakat seni perannya dalam Malam Tirakatan Dies Natalis FKG UGM 2024, di mana ia memerankan karakter Suminten Edan dalam ketoprak humor. Peran ini tidak hanya menguji kemampuan aktingnya, tetapi juga seni menembang Jawa, yang menuntut penguasaan intonasi dan rasa humor khas. Penampilannya membuat penonton terhibur, namun juga merasakan kedalaman cerita yang ia sampaikan.
“Berakting di panggung adalah salah satu cara saya mengekspresikan diri, selain melalui pekerjaan saya sebagai dosen dan dokter gigi. Rasanya, ketika saya berada di atas panggung, saya bisa melepas rutinitas sehari-hari dan kembali merasakan energi yang luar biasa dari seni peran,” ujar drg. Anin. Meski disibukkan dengan pengajaran dan praktik klinik, drg. Anin selalu menyisihkan waktu untuk mengasah minatnya dalam bidang seni. Ia merasa seni adalah bagian penting dari dirinya yang harus dihidupkan, khususnya di lingkungan akademik seperti di UGM. Ia juga berharap dapat menginspirasi mahasiswa bahwa dosen tidak hanya mengajar di kelas, tetapi juga berkontribusi dalam seni dan budaya.
Peran drg. Anin dalam ketoprak ini menunjukkan bagaimana seorang akademisi bisa turut serta dalam pelestarian budaya dan mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya SDGs tujuan ke-4 (Pendidikan Berkualitas), tujuan ke-11 (Kota dan Komunitas Berkelanjutan), dan tujuan ke-17 (Kemitraan untuk Mencapai Tujuan) dengan berkontribusi dalam pelestarian budaya lokal melalui seni ketoprak. Kegiatan ini menjadi contoh bagaimana seni dan budaya dapat berdampingan dengan dunia akademik untuk mencapai tujuan yang lebih luas.
Kontributor: drg. Mutiara Annisa, MDSc | Penulis: Diva Luthfiana L