Keterbatasan akses terhadap layanan kesehatan gigi merupakan salah satu tantangan besar di wilayah-wilayah terpencil Indonesia. Faktor jarak, minimnya tenaga kesehatan, serta infrastruktur transportasi dan komunikasi yang belum memadai menyebabkan masyarakat di daerah pedesaan sering kali tidak mendapatkan perawatan gigi yang layak.
Seiring perkembangan teknologi digital, muncul konsep tele-dentistry, yaitu penerapan teknologi telekomunikasi untuk memberikan layanan kedokteran gigi jarak jauh. Pendekatan ini memungkinkan diagnosis, konsultasi, edukasi, dan bahkan pemantauan kesehatan gigi dilakukan tanpa kehadiran fisik antara dokter gigi dan pasien.
Penelitian dari mahasiswa Universitas Gadjah Mada, Sayiddan Muhamad Ikhsan dengan bimbingan Dr. Eng. Ir. Igi Ardiyanto, S.T., M.Eng., SMIEEE dan Ir. Prapto Nugroho, S.T., M.Eng., D.Eng., IPM. berjudul “Implementasi Deteksi Objek untuk Pemantauan Kesehatan Gigi berbasis Sistem Tertanam” menunjukkan bahwa teknologi cerdas berbasis sistem tertanam dapat digunakan untuk membantu deteksi dan pemantauan kondisi gigi secara otomatis. Hasil penelitian tersebut menjadi fondasi penting bagi pengembangan sistem tele-dentistry yang efisien dan adaptif untuk daerah-daerah dengan keterbatasan sumber daya.
Konsep dan Komponen Tele-Dentistry
Tele-dentistry mencakup berbagai layanan digital dalam bidang kedokteran gigi, seperti:
- Tele-consultation: konsultasi jarak jauh antara dokter gigi dengan pasien melalui video call atau aplikasi pesan.
- Tele-diagnosis: dokter gigi dapat mendiagnosis kondisi pasien melalui foto intraoral, hasil radiografi digital, atau data yang dikirim secara daring.
- Tele-education: edukasi kesehatan gigi bagi masyarakat maupun pelatihan bagi tenaga kesehatan lokal.
- Tele-monitoring: pemantauan kondisi gigi pasien melalui sistem digital secara berkala.
Implementasi deteksi objek sebagaimana dikembangkan dalam penelitian menjadi bagian penting dari tele-monitoring. Sistem tersebut memungkinkan kamera atau sensor mendeteksi kondisi gigi, misalnya adanya karies atau perubahan warna, secara otomatis dengan bantuan kecerdasan buatan (AI).
Manfaat Tele-Dentistry di Daerah Terpencil
Penerapan tele-dentistry memberikan berbagai manfaat, terutama bagi masyarakat di wilayah terpencil:
- Akses layanan yang lebih luas.
Masyarakat dapat memperoleh konsultasi dan pemeriksaan awal tanpa perlu menempuh jarak jauh ke fasilitas kesehatan. - Efisiensi waktu dan biaya.
Tele-dentistry mengurangi kebutuhan kunjungan langsung, sehingga menekan biaya transportasi dan waktu tunggu pasien. - Pemantauan berkelanjutan.
Dengan teknologi seperti sistem deteksi objek berbasis sistem tertanam, dokter gigi dapat memantau perkembangan kondisi gigi pasien secara real-time. - Peningkatan kapasitas tenaga kesehatan lokal.
Melalui tele-education, dokter gigi di kota dapat membimbing atau melatih tenaga kesehatan di desa dalam penanganan awal masalah gigi dan mulut. - Integrasi dengan sistem kesehatan nasional.
Tele-dentistry dapat menjadi bagian dari transformasi digital kesehatan Indonesia, memperkuat integrasi data pasien dan memperluas jangkauan layanan.
Tantangan Implementasi
Meski menjanjikan, implementasi tele-dentistry menghadapi sejumlah kendala, antara lain:
- Keterbatasan infrastruktur digital. Akses internet di beberapa daerah terpencil masih rendah, sehingga sulit untuk melakukan komunikasi real-time.
- Kurangnya pelatihan tenaga kesehatan. Tenaga medis dan masyarakat memerlukan pelatihan agar mampu memanfaatkan sistem dengan baik.
- Perlindungan data pasien. Pengelolaan informasi medis secara digital memerlukan standar keamanan dan etika yang tinggi.
- Keterbatasan perangkat keras. Tidak semua puskesmas atau klinik daerah memiliki kamera intraoral, komputer, atau sistem tertanam yang memadai.
Oleh karena itu, implementasi tele-dentistry harus disertai dengan dukungan pemerintah, kebijakan digitalisasi layanan kesehatan, serta peningkatan infrastruktur komunikasi.
Peluang dan Arah Pengembangan ke Depan
Tele-dentistry berpotensi menjadi solusi strategis untuk meningkatkan pemerataan pelayanan kesehatan gigi di Indonesia. Pengembangan sistem berbasis kecerdasan buatan, seperti yang diuraikan dalam penelitian UGM, dapat memperkuat aspek diagnosis dan pemantauan secara otomatis.
Ke depan, integrasi tele-dentistry dengan platform kesehatan nasional, misalnya melalui aplikasi kesehatan masyarakat berbasis data digital, dapat menjadikan layanan ini lebih efektif dan inklusif.
Selain itu, kolaborasi antara fakultas kedokteran gigi, lembaga teknologi, dan pemerintah daerah dapat menciptakan model layanan tele-dentistry yang sesuai dengan karakteristik geografis dan budaya masyarakat setempat.
***
Tele-dentistry merupakan inovasi penting dalam upaya pemerataan pelayanan kesehatan gigi, terutama di daerah terpencil. Melalui dukungan teknologi seperti sistem deteksi objek berbasis sistem tertanam, layanan ini mampu menyediakan diagnosis dan pemantauan jarak jauh dengan lebih cepat dan efisien. Penelitian menunjukkan bahwa penerapan teknologi cerdas dapat menjadi fondasi kuat bagi sistem tele-dentistry yang adaptif di Indonesia. Dengan kolaborasi lintas sektor, peningkatan infrastruktur digital, serta edukasi masyarakat, tele-dentistry dapat menjadi bagian dari transformasi kesehatan nasional yang berkelanjutan dan inklusif.
References
SAYYIDAN MUHAMAD IKHSAN, Dr. Eng. Ir. Igi Ardiyanto, S.T., M.Eng., SMIEEE; Ir. Prapto Nugroho, S.T., M.Eng., D.Eng., IPM., Implementasi Deteksi Objek untuk Pemantauan Kesehatan Gigi berbasis Sistem Tertanam, https://etd.repository.ugm.ac.id/penelitian/detail/240204
Author: Rizky B. Hendrawan | Photo: Freepik