Kebersihan mulut merupakan indikator penting dalam menjaga kesehatan secara keseluruhan. Namun, berbagai penelitian menunjukkan bahwa tingkat kebersihan mulut sering kali dipengaruhi oleh faktor sosial ekonomi. Individu dengan status sosial ekonomi rendah cenderung memiliki akses yang lebih terbatas terhadap fasilitas kesehatan gigi, edukasi kebersihan mulut, serta produk perawatan gigi seperti sikat dan pasta gigi.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa FKG UGM, Fitri Diah Oktadewi dengan bimbingan drg. Lisdrianto H., MPH., Ph.D. dan Dr. drg. Indah Titien S., SU., Sp.KGA(K) berjudul “Hubungan antara Kondisi Rongga Mulut dan Status Sosial Ekonomi dengan Kualitas Hidup Terkait Kesehatan Rongga Mulut pada Siswa Tunanetra Usia 7–18 Tahun (Penilaian dengan Kuesioner COHIP-SF 19)” menunjukkan bahwa terdapat keterkaitan nyata antara status sosial ekonomi dan kondisi kesehatan rongga mulut seseorang. Hal ini menunjukkan bahwa status sosial ekonomi merupakan faktor penting yang memengaruhi kualitas hidup dan kebersihan mulut individu.
Latar Belakang
Status sosial ekonomi mencerminkan kemampuan seseorang dalam memenuhi kebutuhan hidup, termasuk akses terhadap layanan kesehatan. Dalam konteks kesehatan gigi dan mulut, faktor sosial ekonomi berpengaruh terhadap:
- Kemampuan finansial untuk memperoleh perawatan gigi rutin dan alat kebersihan mulut.
- Tingkat pendidikan, yang memengaruhi kesadaran dan perilaku menjaga kebersihan gigi.
- Lingkungan tempat tinggal, yang dapat menentukan ketersediaan air bersih dan fasilitas kesehatan.
Pada kelompok masyarakat dengan status sosial ekonomi rendah, tingkat karies gigi, penyakit periodontal, dan kehilangan gigi umumnya lebih tinggi. Sebaliknya, kelompok dengan status sosial ekonomi tinggi cenderung memiliki kebiasaan menyikat gigi lebih teratur, sering melakukan pemeriksaan rutin ke dokter gigi, dan lebih sadar terhadap pentingnya kesehatan mulut.
Hubungan antara Status Sosial Ekonomi dan Kebersihan Mulut
Kebersihan mulut dapat dinilai melalui keberadaan plak, kalkulus, kondisi gusi, dan frekuensi menyikat gigi. Faktor sosial ekonomi memengaruhi kebersihan mulut melalui beberapa jalur berikut:
1. Akses terhadap Layanan Kesehatan
Masyarakat dengan pendapatan tinggi lebih mudah mengakses pelayanan dokter gigi, baik untuk pemeriksaan rutin maupun tindakan pencegahan. Sebaliknya, masyarakat berpenghasilan rendah sering kali hanya mencari perawatan ketika sudah terjadi keluhan atau nyeri.
2. Edukasi dan Kesadaran Kesehatan
Pendidikan berperan besar dalam membentuk perilaku kebersihan mulut. Tingkat pendidikan yang lebih tinggi berkorelasi dengan kesadaran yang lebih baik dalam menjaga kebersihan diri, termasuk kebiasaan menyikat gigi dua kali sehari dan menggunakan pasta gigi berfluorida.
3. Lingkungan Sosial dan Dukungan Komunitas
Anak-anak yang tumbuh di lingkungan dengan perilaku kebersihan baik akan lebih mudah meniru kebiasaan tersebut. Sebaliknya, kurangnya edukasi kesehatan di lingkungan berstatus ekonomi rendah menyebabkan kebersihan mulut sering diabaikan.
4. Kualitas Hidup dan Dampak Psikososial
Kondisi gigi yang buruk tidak hanya memengaruhi kesehatan fisik, tetapi juga kepercayaan diri, kemampuan bicara, dan interaksi sosial. Penelitian pada siswa tunanetra oleh Universitas Gadjah Mada menunjukkan bahwa status sosial ekonomi berhubungan erat dengan kualitas hidup terkait kesehatan rongga mulut.
Implikasi bagi Kesehatan Masyarakat
Pemahaman mengenai hubungan antara status sosial ekonomi dan kebersihan mulut sangat penting dalam merancang program kesehatan masyarakat. Beberapa langkah yang dapat diambil antara lain:
- Peningkatan akses layanan gigi gratis atau bersubsidi bagi masyarakat berpenghasilan rendah.
- Edukasi kesehatan gigi berbasis sekolah dan komunitas, terutama di wilayah dengan tingkat pendidikan rendah.
- Kolaborasi lintas sektor antara dinas kesehatan, sekolah, dan organisasi sosial untuk meningkatkan kesadaran pentingnya kebersihan mulut.
- Program promosi kesehatan melalui media lokal untuk menjangkau masyarakat dengan akses terbatas terhadap informasi.
Tantangan dalam Peningkatan Kebersihan Mulut di Masyarakat Berpenghasilan Rendah
- Biaya perawatan gigi yang tinggi, menyebabkan perawatan sering ditunda.
- Kurangnya tenaga kesehatan gigi di daerah terpencil.
- Rendahnya prioritas kesehatan gigi dibandingkan kebutuhan lain seperti pangan atau tempat tinggal.
- Keterbatasan fasilitas kebersihan, misalnya air bersih dan alat sikat gigi yang layak.
Mengatasi tantangan tersebut membutuhkan pendekatan sistematis yang melibatkan edukasi, subsidi layanan, dan pemberdayaan masyarakat.
***
Status sosial ekonomi memiliki hubungan erat dengan kebersihan mulut. Individu dengan tingkat pendidikan dan pendapatan yang lebih baik umumnya memiliki kebiasaan menjaga kebersihan gigi yang lebih baik dan kualitas hidup yang lebih tinggi.
Penelitian memperkuat fakta bahwa kondisi sosial ekonomi berperan penting dalam menentukan derajat kesehatan mulut seseorang. Oleh karena itu, upaya peningkatan kesehatan gigi masyarakat harus memperhatikan faktor sosial ekonomi melalui pendekatan edukatif, preventif, dan berbasis keadilan akses layanan kesehatan.
References
FITRI DIAH OKTADEWI, drg. Lisdrianto H., MPH., Ph.D; Dr. drg. Indah Titien S., SU., Sp.KGA(K), HUBUNGAN ANTARA KONDISI RONGGA MULUT DAN STATUS SOSIAL EKONOMI DENGAN KUALITAS HIDUP TERKAIT KESEHATAN RONGGA MULUT PADA SISWA TUNANETRA USIA 7-18 TAHUN (Penilaian dengan Kuesioner COHIP-SF 19), https://etd.repository.ugm.ac.id/penelitian/detail/190871
Author: Rizky B. Hendrawan | Photo: Freepik