Lingkungan akademik kini dituntut semakin adaptif terhadap berbagai potensi krisis, tak hanya bencana alam, namun juga isu reputasi terkait kekerasan seksual, integritas riset, hingga di lingkungan kampus. Untuk itu, penerapan manajemen krisis menjadi strategi penting dalam menjaga stabilitas dan kredibilitas institusi pendidikan tinggi.
Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) UGM menyoroti bahwa merespons isu di lingkungan akademik harus dilakukan secara responsif untuk menjaga reputasi dan kepercayaan publik. Hal ini disampaikan dalam workshop “Mengelola Krisis di Lingkungan Akademik” yang diadakan pada Kamis, 19 September 2025.
Materi disajikan oleh Winda Mizwar Pratiwi, SE. M.I.Kom selaku pakar komunikasi organisasi. Dalam kesempatan itu Winda menyampaikan manajemen krisis di lingkungan akademik tidak hanya berkaitan dengan situasi darurat fisik seperti bencana alam, namun juga mencakup masalah citra, etika akademik, pelanggaran integritas, serta dinamika sosial internal kampus.
Winda menyampaikan bahwa krisis memiliki sifat yang tidak terduga dan sering kali datang seketika, sehingga institusi wajib menyiapkan mitigasi manajemen krisis yang tepat dan cepat. “Perguruan tinggi adalah lembaga publik berbasis kepercayaan. Ketika terjadi krisis, penanganan yang lambat atau salah arah bisa berdampak kepercayaan masyarakat pada reputasi institusi kita,” ucap Winda.
Winda kemudian menambahkan bahwa manajemen krisis harus didasarkan pada prinsip reflektif dan responsif, serta menempatkan posisi diri sebagai institusi, bukan individu. Dengan berdasarkan prinsip ini, laporan insiden, klarifikasi, dan tanggapan publik dapat disampaikan secara lebih cepat dan terukur.
Untuk memastikan respons komunikasi yang efektif, para peserta juga diajak langsung berlatih membuat rilis resmi yang informatif. Winda menyampaikan bahwa rilis resmi ini harus siap paling tidak satu jam setelah munculnya kasus ke publik, dan wajib memenuhi setidaknya dua hal utama, yaitu empati dan komitmen institusi.

Empati dalam konteks krisis komunikasi berarti pernyataan yang berfokus pada kepedulian mendalam institusi, menunjukkan rasa simpati terhadap korban atau pihak yang terkena dampak, serta mengakui keseriusan situasi. Sementara itu, komitmen institusi adalah penegasan kuat dari fakultas mengenai keamanan, tanggung jawab, dan langkah-langkah penanganan yang sedang atau akan dilakukan untuk menyelesaikan masalah.
Wakil Dekan Bidang SDM, Aset & Keuangan FKG UGM, menyampaikan bahwa pentingnya kesadaran dan edukasi terkait positioning Fakultas dalam menyikapi manajemen krisis. “Krisis tidak bisa dihindari, tapi bisa dikelola. Kampus yang siap menghadapi krisis adalah kampus yang mampu belajar dan beradaptasi dengan cepat,” ujarnya.
Melalui penerapan manajemen krisis yang terencana dan berkelanjutan, diharapkan lingkungan akademik mampu mempertahankan integritas sekaligus menjaga kepercayaan masyarakat terhadap lembaga pendidikan tinggi di Indonesia.
Penulis: Andri Wicaksono | Fotografer: Fajar Budi