Di tengah kesibukan perkuliahan dan ritme kerja kampus yang padat, pilihan makan sehat sering kali kalah cepat dengan menu yang praktis dan murah. Melihat hal itu, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada mengadakan kegiatan Healthy & Sustainable Menu Labeling pada 27 Oktober 2025.
Menu makanan yang tersedia di kantin seringkali mengandung Gula, Garam, dan Lemak (GGL) dan disajikan tanpa informasi gizi yang memadai. Narasumber kegiatan, Dini Triwahyuni, S.Gz., MPH, mengatakan bahwa menu labeling adalah solusi untuk meningkatkan literasi gizi sivitas akademika, khususnya mahasiswa yang memiliki aktivitas padat, agar dapat membuat pilihan makanan yang cerdas dan seimbang.
Lebih lanjut Dini mengingatkan bahwa disiplin gizi adalah investasi kesehatan. Konsumsi GGL (Gula, Garam, Lemak) yang melebihi batas anjuran harian secara terus-menerus, tegasnya, merupakan pemicu utama risiko peningkatan hipertensi, stroke, diabetes, dan serangan jantung.
Oleh karena itu, kunci untuk memenuhi kebutuhan harian adalah mengonsumsi aneka ragam makanan secara seimbang. “Batas aman konsumsi harian, yakni gula maksimal 54 gram (setara 4 sendok makan), garam 2000 miligram (setara 1 sendok teh), dan lemak atau minyak 72 gram (setara 5 sendok makan)”, ucap Dini.
Para peserta yang terdiri dari penjual makanan di kantin FKG UGM dilatih untuk menerapkan sistem penandaan warna yang sederhana di setiap menu. Contohnya Hijau untuk kategori Seimbang, Kuning/Oranye untuk Sedang, dan Merah untuk menu yang perlu dibatasi karena kandungan GGL-nya tinggi.
Simulasi pelabelan dilakukan pada menu sehari-hari, contohnya Nasi Ayam yang secara keseluruhan dianggap seimbang karena adanya kombinasi sayuran, sedangkan Pisang Bakar Keju yang dikategorikan Sedang karena kandungan gula tambahannya yang cukup tinggi.
Pada kesempatan ini Dini juga menekankan untuk memperhatikan penyajian makanan berkelanjutan. pentingnya aspek penyajian makanan berkelanjutan. Prinsip ini bertujuan untuk mengurangi jejak lingkungan dari rantai makanan di lingkungan kampus.
Ia menganjurkan agar kantin mulai beralih menggunakan bahan pangan lokal dan musiman, yang tidak hanya mendukung petani lokal tetapi juga mengurangi emisi karbon dari proses distribusi. “Bapak-ibu para pengisi kantin dapat mengihindari pemborosan makanan (food waste) dengan menyajikan porsi sesuai kebutuhan kemudian juga perlunya menghemat air dan energi dalam proses memasak untuk meminimalisir pemborosan,” pungkasnya.
Author and Photographer: Fajar Budi Harsakti