Workshop drg. Dhanni Gustiana, Sp.BMM, Subs TM-TMJ(K) di FKG UGM menyoroti pentingnya teknik anestesi yang aman, efektif, dan manusiawi
Rasa takut terhadap “jarum suntik dokter gigi” sudah lama menjadi alasan klasik banyak orang menunda perawatan gigi. Namun bagi drg. Dhanni Gustiana, Sp.BMM, Subs TM-TMJ(K), rasa takut itu justru menjadi panggilan untuk menghadirkan pengalaman perawatan yang nyaman, aman, dan minim trauma. Dalam workshop Basic Endodontic and Surgical Training (BEST) yang digelar di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada (FKG UGM), drg. Dhanni mengupas tuntas filosofi dan praktik penatalaksanaan komplikasi anestesi lokal bagi dokter gigi. Workshop ini dilaksanakan pada 11 Oktober 2025 bekerjasama dengan Interdisciplinary Dentistry Skills and Development Center (iDSDC) serta Keluarga Alumni Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada (KAKGIGAMA). Melalui sinergi keduanya, kegiatan ini tidak hanya menjadi ajang berbagi ilmu, tetapi juga wadah untuk meningkatkan kapasitas dan kualitas sumber daya manusia di bidang kesehatan gigi, khususnya dalam penerapan teknik anestesi yang aman, efektif, dan beretika.
“Pasien tidak peduli seberapa canggih alat kita, yang penting mereka tidak sakit,” — drg. Dhanni Gustiana, Sp.BMM, Subs TM-TMJ(K)
Pesan sederhana itu menyentuh inti pelayanan kedokteran gigi: empati dan ketepatan klinis. Anestesi, menurutnya, bukan sekadar tindakan teknis, tetapi tanggung jawab moral seluruh dokter gigi untuk memastikan pasien merasa aman dan dihargai.
Mengapa Anestesi Bisa Gagal?
Banyak kasus perawatan gigi yang seharusnya sederhana berubah menjadi kompleks karena anestesi tidak efektif. “Kasus sederhana pada pasien sulit, tetap akan sulit,” ujar drg. Dhanni, mengingatkan bahwa setiap pasien memiliki anatomi, ambang nyeri, dan kondisi sistemik yang berbeda. Ia menjelaskan beberapa faktor umum penyebab kegagalan anestesi, antara lain:
- Teknik penyuntikan yang terlalu cepat,
- Indikasi kasus yang tidak tepat,
- Kesalahan pemilihan anestetikum, dan
- Ketidaktepatan lokasi anatomi serta teknik anestesi.
Kesalahan kecil ini dapat menyebabkan pasien tetap merasakan nyeri, bahkan memicu komplikasi seperti hematoma, parestesia, atau reaksi toksik lokal. Dalam hal ini, ketenangan dan kemampuan diagnostik dokter gigi menjadi kunci keberhasilan.
Antara Ilmu dan Seni
Workshop ini tidak hanya membahas aspek medis, tetapi juga seni dalam mengelola rasa takut pasien. drg. Dhanni menegaskan bahwa dokter gigi perlu memahami instrumen anestesi yang digunakan — mulai dari dental syringe, needle gauge, and injection speed control. Ia memperlihatkan perbedaan antara berbagai jenis syringe dan teknik blok mandibula yang aman sekaligus minim rasa sakit.
“Satu ampul disuntikkan dalam 30 detik sampai 1 menit. Jangan terburu-buru. Pasien yang sudah terlanjur sakit tidak akan merasakan efek tambahan anestesi.”
Pernyataan itu menggarisbawahi filosofi “slow is smooth, smooth is safe” dalam tindakan anestesi. Dalam konteks kedokteran gigi modern, presisi teknis dan empati klinis adalah dua sisi yang tak terpisahkan.
Pelajaran bagi Dokter Gigi Muda
Melalui sesi diskusi dan demonstrasi kasus, peserta — yang terdiri dari dokter gigi muda dan mahasiswa profesi — diajak memahami bahwa anestesi bukan hanya pendahuluan tindakan, melainkan pondasi kenyamanan pasien. Dokter gigi yang mampu mengelola rasa sakit dengan baik tidak hanya mencegah komplikasi, tetapi juga membangun kepercayaan jangka panjang pasien terhadap layanan kesehatan gigi. Sikap profesional, kesabaran, dan kehati-hatian menjadi nilai utama dalam setiap tindakan. Sebagaimana dikatakan drg. Dhanni, “Anestesi itu bukan hanya soal membuat mati rasa, tetapi membuat pasien merasa aman dan percaya.”
Refleksi Humanis
Menutup workshop, drg. Dhanni menegaskan bahwa teknologi tidak akan menggantikan sentuhan empati seorang dokter. Setiap jarum suntik yang disiapkan, setiap injeksi yang dilakukan dengan hati-hati, adalah bentuk penghormatan terhadap rasa takut dan kepercayaan pasien. Melalui pendekatan ilmiah dan filosofi kemanusiaan, workshop ini menjadi pengingat bahwa anestesi adalah seni menenangkan, bukan sekadar prosedur medis.
Penulis & Foto: Dody Hendro W