News

/

Latest News

‘Berawal Takut, Berakhir Nyaman’: Cerita Perubahan Pasca Pemeriksaan Gigi & Mulut FKG UGM di BRTPD DIY

Bantul, 19 Desember 2025 — Senyum Hari kini lebih lepas.. Rasa nyeri yang sempat membuatnya enggan makan perlahan hilang setelah ia menjalani pemeriksaan gigi di Balai Rehabilitasi Terpadu Penyandang Disabilitas (BRTPD) Daerah Istimewa Yogyakarta beberapa bulan lalu. “Dulu sakit sekali. Sekarang sudah bersih, tidak sakit lagi, dan nyaman,” ujarnya lantang & mantap.

Hari adalah satu dari ratusan Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial (PPKS) di BRTPD DIY yang merasakan langsung manfaat kegiatan pemeriksaan dan perawatan kesehatan gigi dan mulut yang digelar Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada (FKG UGM) pada Desember 2025. Kegiatan ini merupakan bagian dari program Summer Course sekaligus pengabdian masyarakat yang rutin dilakukan FKG UGM.

Bagi sebagian orang, memeriksakan gigi mungkin hal biasa. Namun bagi penyandang disabilitas, terutama disabilitas intelektual. Pengalaman bertemu dokter gigi kerap diwarnai rasa takut, cemas, bahkan trauma. Itulah sebabnya, kehadiran tim FKG UGM di BRTPD DIY menjadi lebih dari sekadar layanan medis.

Pemeriksaan yang Mengubah Pengalaman

Pemeriksaan yang dilakukan meliputi pembersihan karang gigi, penambalan gigi berlubang, pemberian obat, serta edukasi sederhana mengenai cara menyikat gigi yang benar. Prosesnya dilakukan dengan pendekatan yang komunikatif dan penuh kesabaran, disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing PPKS.

Lulu, salah satu PPKS lainnya, sempat merasakan ganjalan setelah proses penambalan. Namun setelah dilakukan penyesuaian, keluhan tersebut hilang. “Sekarang sudah tidak ganjel, sudah nyaman,” katanya sambil tersenyum. Pengalaman ini membuatnya tidak lagi takut jika suatu hari harus kembali memeriksakan gigi.

Cerita serupa juga datang dari Bu Sri, yang sebelumnya sempat mengalami pembengkakan akibat sakit gigi. Setelah mendapatkan perawatan dan pembersihan karang gigi, ia mengaku kondisinya jauh lebih baik. “Sekarang enak, lebih nyaman,” ujarnya.

Kesan sederhana ini mencerminkan perubahan besar: dari rasa takut dan tidak nyaman, menjadi kepercayaan terhadap layanan kesehatan gigi.

Dampak Lebih Luas dari Sekadar Gigi

Kepala BRTPD DIY, Lilis Sulistiyowati S.Sos., M.Si., menilai kegiatan ini membawa dampak signifikan, tidak hanya pada kesehatan gigi, tetapi juga pada perilaku dan kualitas hidup sehat gigi & mulut PPKS secara keseluruhan.

“Setelah kegiatan pemeriksaan dari FKG UGM, kami melihat perubahan nyata. Teman-teman PPKS menjadi lebih rajin menyikat gigi, sudah tidak takut lagi bertemu dokter gigi, dan yang paling terasa adalah nafsu makan mereka meningkat,” kata Lilis.

Menurutnya, kesehatan gigi dan mulut sangat berkaitan dengan asupan gizi dan aktivitas harian. Ketika rasa nyeri berkurang, PPKS menjadi lebih lahap makan, sehingga kebutuhan gizi pun terpenuhi dengan lebih baik. Hal ini mendukung tujuan utama rehabilitasi sosial, yakni meningkatkan kemandirian dalam aktivitas sehari-hari atau activity daily living (ADL).

Saat ini, BRTPD DIY melayani 115 PPKS dengan berbagai ragam disabilitas, mulai dari disabilitas fisik, sensorik (netra dan wicara), hingga disabilitas intelektual. Sekitar 75 persen di antaranya merupakan penyandang disabilitas intelektual dengan tingkat ringan, sedang, hingga berat. Kelompok inilah yang membutuhkan edukasi kesehatan secara berulang dan berkelanjutan.

Kolaborasi Medis dan Sosial

Bagi FKG UGM, kegiatan ini tidak hanya menjadi ajang pelayanan, tetapi juga proses pembelajaran bagi mahasiswa dan tenaga kesehatan. Melalui interaksi langsung dengan penyandang disabilitas, mahasiswa diajak memahami pentingnya pendekatan empatik, komunikasi yang tepat, serta kolaborasi dengan pendamping sosial.

Perwakilan FKG UGM menyampaikan bahwa program Summer Course ini dirancang untuk memberi dampak nyata bagi masyarakat sekaligus membekali mahasiswa dengan pengalaman lapangan yang komprehensif. “Pelayanan kesehatan gigi untuk penyandang disabilitas membutuhkan pendekatan khusus. Ini menjadi pembelajaran penting bagi calon dokter gigi,” ujarnya.

Kolaborasi dengan BRTPD DIY dan puskesmas setempat juga memastikan bahwa tindak lanjut pemeriksaan dapat dilakukan secara berkesinambungan, terutama bagi PPKS yang masih memiliki keluhan.

Harapan untuk Keberlanjutan

Lilis berharap kerja sama antara BRTPD DIY dan FKG UGM tidak berhenti pada satu kegiatan saja. Menurutnya, edukasi kesehatan gigi dan mulut bagi penyandang disabilitas harus dilakukan secara rutin agar menjadi kebiasaan, bukan sekadar pengetahuan sesaat.

“Kami berharap pemeriksaan dan edukasi bisa dilakukan lebih sering, tidak hanya setahun sekali. Pembiasaan ini penting agar PPKS benar-benar mandiri dalam merawat dirinya,” tuturnya.

Di balik kursi periksa dan alat medis, kegiatan ini meninggalkan jejak yang lebih dalam: rasa percaya diri, keberanian, dan harapan baru. Bagi Hari, Lulu, Bu Sri, dan PPKS lainnya, senyum yang kembali merekah adalah tanda bahwa pelayanan kesehatan gigi & mulut yang inklusif mampu mengubah pengalaman kesehatan gigi & mulut, serta meningkatkan percaya diri.

(Reporter: Andri Wicaksono, Fotografi: Fajar Budi Harsakti)

Tags

Share News

Related News
23 December 2025

Departemen IKGP-KGM FKG UGM Serahkan Draf Panduan Praktik Klinis Kedokteran Gigi kepada PB PDGI

23 December 2025

drg. Fimma Naritasari Sebut Sistem Penilaian Koas Tidak Cukup Single Assessment

22 December 2025

FKG UGM Hadiri Academic Visit and Exchange Program 2025 di Chulalongkorn University, Thailand

en_US