Dalam upaya meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya kesehatan gigi dan mulut, Asosiasi Fakultas Kedokteran Gigi Indonesia (AFDOKGI) menyelenggarakan penyuluhan di daerah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T) pada 28 Juni 2025. Kegiatan yang berlangsung di sejumlah sekolah di Sabang ini menyasar peningkatan keterampilan deteksi dini masalah gigi dan mulut, khususnya di wilayah yang memiliki keterbatasan akses layanan kesehatan.
Dekan FKG UGM sekaligus Ketua AFDOKGI, Prof. drg. Suryono, S.H., M.M., Ph.D., menjelaskan bahwa kegiatan ini bertujuan memperkuat kapasitas masyarakat dalam mengenali masalah gigi dan mulut sedini mungkin, terutama di daerah-daerah yang memiliki akses terbatas terhadap layanan kesehatan. Menurutnya, pemilihan topik ini didasarkan pada kenyataan bahwa keluhan gigi dan mulut sering kali dianggap sepele dan baru mendapat perhatian saat kondisinya sudah parah. Padahal, pencegahan melalui edukasi sederhana sangat mungkin dilakukan jika masyarakat memiliki keterampilan deteksi dini secara mandiri.
“Topik pengabdiannya adalah meningkatkan pengetahuan dan keterampilan deteksi kesehatan gigi dan mulut pada masyarakat Sabang,” ujar Prof. Suryono.
Ia menekankan bahwa edukasi dan intervensi sejak dini sangat penting dalam mencegah penyakit gigi dan mulut yang selama ini sering luput dari perhatian masyarakat. Banyak kasus keluhan gigi dibiarkan hingga menimbulkan komplikasi, padahal sebagian besar dapat dicegah melalui pemeriksaan rutin, kebiasaan menyikat gigi yang benar, serta pemahaman sederhana tentang kesehatan rongga mulut. Upaya peningkatan literasi kesehatan semacam ini, menurutnya, menjadi fondasi untuk menekan angka kesakitan sekaligus mendorong kualitas hidup masyarakat secara menyeluruh.
“Harapannya, masyarakat bisa tetap sehat dan produktivitasnya tidak terganggu karena masalah gigi dan mulut,” imbuh Prof. Suryono.
Dalam konteks keberlanjutan tenaga kesehatan, Prof. Suryono juga menyampaikan harapan khusus kepada para dokter gigi muda. Ia mendorong agar pengabdian masyarakat tidak hanya dipandang sebagai bagian dari kewajiban profesi, tetapi juga sebagai jalan untuk membentuk karakter, kompetensi, dan kepekaan sosial. Menurutnya, pengalaman bertugas di daerah-daerah yang masuk kategori 3T (terdepan, terluar, dan tertinggal) akan memperkaya sudut pandang dan membangun kepercayaan diri tenaga kesehatan muda dalam menghadapi kompleksitas pelayanan.
“Cari pengalaman sambil mengabdikan profesimu. Pilih daerah 3T, itu akan menjadikan dirimu lebih percaya diri dan punya prestasi lebih,” pesannya, sekaligus sebagai ajakan agar lebih banyak dokter gigi berani turun langsung menjangkau wilayah yang belum banyak tersentuh pelayanan.
Penulis: Fajar Budi Harsakti