Ketersediaan fasilitas kesehatan dan teknologi terkini menjadi hal yang diperlukan guna memberikan pelayanan kesehatan yang baik. Namun hal lain yang tak kalah penting adalah bagaimana cara menyiapkan sumber daya manusia tenaga kesehatan yang unggul dan merata persebarannya hingga ke daerah terpencil. Hal itu ditegaskan Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada (FKG UGM), Prof. drg. Suryono, S.H., M.M., Ph.D., pada Seminar Nasional bertajuk “Mendesain Kedaulatan Kesehatan Indonesia 2045: Peran Strategis Kampus dalam Tata Kelola Kesehatan Masa Depan”, di Balai Senat UGM, 27 November 2025.
Dalam paparannya, Dekan Prof. Suryono mengatakan bahwa penguatan SDM kesehatan tidak dapat berjalan dengan baik jika hanya mengandalkan satu kementerian. Dirinya menyebut ada empat kementerian dan satu lembaga yang harus dilibatkan.
“Kementerian Kesehatan berperan sebagai tulang punggung dalam merancang program dan standar pelayanan nasional. Kementerian Keuangan bersama BPJS mendukung melalui beasiswa LPDP dan fleksibilitas pembiayaan pelayanan kesehatan. Di sisi lain, Kemendikti memfasilitasi jalur pendidikan khusus dan penugasan akademik bagi perguruan tinggi, sedangkan Kemendagri dan Pemerintah Daerah memiliki peran strategis dalam penyediaan infrastruktur fisik dan perencanaan kebutuhan SDM berbasis wilayah,” jelas Suryono.
Menurutnya, mengirimkan putra-putri daerah untuk menempuh pendidikan menjadi strategi jangka panjang terbaik untuk mengatasi ketimpangan distribusi tenaga kesehatan. Mereka dinilai memiliki ikatan moral dan kecenderungan lebih tinggi untuk menetap serta mengabdi di wilayah asal dibanding tenaga pendatang.
“Dibutuhkan kerjasama antara pemerintah daerah dan perguruan tinggi dalam menyediakan beasiswa ikatan dinas, jalur kemitraan khusus, dan kuota afirmasi bagi putra-putri daerah 3T untuk menempuh pendidikan kedokteran dan kedokteran gigi. Inilah langkah nyata menuju pemerataan SDM kesehatan sekaligus pembangunan masyarakat yang tangguh,” tambahnya.

Sebagai institusi pendidikan kesehatan, FKG UGM telah menjalankan berbagai strategi konkret dalam mendukung agenda nasional ini. Melalui implementasi Academic Health System (AHS), fakultas mengintegrasikan pendidikan dan pelayanan di wilayah binaan seperti DIY, Jawa Tengah, dan Kalimantan. Residen dan mahasiswa diterjunkan melalui program penugasan khusus, rotasi wilayah, dan peningkatan kapasitas SDM kesehatan daerah.
Selain itu, FKG UGM membuka jalur kemitraan khusus untuk mahasiswa program sarjana, profesi, dan spesialis dari putra daerah 3T, mitra pemerintah, serta institusi seperti TNI/Polri dan Kemenkes. Skema ini dirancang untuk melahirkan tenaga kesehatan yang memahami konteks wilayah dan memiliki komitmen pengabdian jangka panjang.
Pengabdian kepada masyarakat juga dilakukan secara terstruktur dan berkelanjutan. Fakultas secara rutin mengirim mahasiswa tingkat akhir untuk melakukan edukasi promotif-preventif di komunitas. Penanganan kasus bibir sumbing pun dilakukan secara berkala melalui kolaborasi dengan alumni dan stakeholder, sebagai bentuk pelayanan holistik, tidak hanya menyembuhkan, tetapi juga memulihkan kehidupan sosial pasien.
Pada akhir sesi, Prof. Suryono menegaskan bahwa kedaulatan kesehatan Indonesia akan terwujud jika perguruan tinggi mengambil peran lebih dari sekadar mendidik, tetapi juga membentuk SDM yang unggul, berintegritas, mandiri, dan siap mengabdi hingga ke pelosok negeri.
Penulis dan Juru Foto: Fajar Budi Harsakti