News

/

Latest News

Jaga Kesehatan Mental Lewat Pendekatan Spiritual

Belakangan ini, topik kesehatan mental semakin sering menjadi bahan perbincangan. Sayangnya, stigma terhadap penderita gangguan kesehatan mental di Indonesia masih kuat, dan sering kali dianggap remeh. Banyak yang masih beranggapan bahwa kondisi tersebut bukanlah penyakit, melainkan tanda kurang bersyukur.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), kesehatan mental adalah kondisi kesejahteraan emosional, psikologis, dan sosial yang memungkinkan individu menyadari potensi dirinya, mengatasi tekanan hidup, bekerja secara produktif, dan berkontribusi kepada komunitasnya. Sebaliknya, gangguan pada kesehatan mental bisa berdampak serius pada fungsi sehari-hari, hubungan sosial, dan bahkan kondisi fisik.

Berdasarkan Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018, tercatat lebih dari 19 juta orang berusia di atas 15 tahun mengalami gangguan mental emosional, dan sekitar 12 juta di antaranya diketahui menderita depresi.

Dikutip dalam khutbah Jumat (16/5) di Musholla Al-Ikhsan, Ahmad Muttaqin menyinggung dampak media sosial dapat memicu gangguan psikologis seperti merasa tertinggal atas pencapaian orang lain, dorongan untuk menyamai gaya hidup, dan sejenisnya. Dalam pandangan agama, kondisi ini sejatinya dapat diantisipasi dengan nilai-nilai seperti merasa cukup, berpikir positif, dan menjaga pikiran tetap bersih.

Ia mengatakan pendekatan spiritual sangat penting dalam penyembuhan dan pemeliharaan kesehatan mental. Bagi umat beragama, solusi terbaik bukan hanya dari pendekatan medis saja, melainkan juga harus dibarengi dengan pendekatan spiritual. “Kita ini ciptaan Tuhan. Maka ketika batin terganggu, seharusnya kita kembali kepada-Nya,” jelasnya.

Dalam kehidupan sehari-hari, pendekatan spiritual dapat diwujudkan melalui beberapa cara sederhana namun berdampak besar. Menurut Ahmad Muttaqin, setidaknya ada 4 cara yang bisa dilakukan untuk menjaga kesehatan mental.

Pertama, mengambil jeda dari rutinitas. Melambat sejenak dari aktivitas harian memberi ruang bagi pikiran untuk bernapas. Dalam agama, ini bisa dilakukan melalui ibadah, kontemplasi, atau menyendiri untuk introspeksi. Jeda membantu menurunkan tekanan mental yang terus-menerus.

Kedua, memperbanyak mengingat Tuhan. Mengingat Tuhan dapat menenangkan hati dan pikiran. Aktivitas ini menumbuhkan rasa bahwa kita tidak sendirian dalam menghadapi ujian hidup. Ketenangan batin inilah yang menjadi dasar kesehatan mental.

Ketiga, bersyukur. Rasa syukur membuat kita fokus pada apa yang dimiliki, bukan yang belum dicapai. Ini menumbuhkan rasa cukup dan menjauhkan kita dari perasaan iri atau rendah diri. Dalam agama, bersyukur juga diyakini menambah keberkahan hidup.

Keempat, berserah diri. Menyerahkan hasil akhir kepada Tuhan setelah berusaha. Sikap ini membuat hati lebih lapang dalam menerima kenyataan, termasuk kegagalan. Dengan tawakal, beban pikiran menjadi lebih ringan karena kita tahu ada kehendak yang lebih besar dari diri kita sendiri.

Sebagai penutup, penting untuk diingat bahwa kesehatan mental memerlukan perhatian yang menyeluruh, termasuk aspek spiritual. Dengan memadukan pendekatan medis dan nilai spiritual, maka diharapkan kualitas hidup seseorang dapat senantiasa terjaga dan menjadi lebih baik.

Penulis: Fajar Budi H. | Foto: Freepik

Tags

Share News

Related News
21 May 2025

Apatite Sintetis: Solusi Biomaterial Berkualitas Tinggi untuk Perawatan Oral

20 May 2025

Pengaruh Material Resin Komposit Berbasis Bioaktif terhadap Remineralisasi Email

19 May 2025

Bioceramics untuk Perawatan Endodontik

en_US