Mahasiswi Program Profesi Dokter Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada (FKG UGM), Zita Finnesha Kinayang, berhasil meraih gelar Wakil 1 dalam ajang pemilihan Dimas Diajeng Sleman 2025. Grand final digelar pada 9 Mei 2025 di Gedung Pertunjukan Universitas Negeri Yogyakarta (UNY).
Zita, mahasiswi Profesi angkatan 78 asal Sleman, mengungkapkan bahwa keikutsertaannya dalam ajang ini dilatarbelakangi oleh keinginannya untuk bermanfaat dalam lingkup yang lebih luas. “Saya tidak ingin hanya menjadi dokter gigi yang berkutat di ruang praktik saja. Hidup saya terasa lebih bermakna ketika bisa seimbang antara akademis, seni, organisasi, dan pengabdian,” ucapnya pada Minggu 11/5/2025.
Ia telah bercita-cita menjadi Diajeng sejak lama. Namun, karena kesibukan akademik dan keraguan diri, ia baru mewujudkannya di tahun terakhir kelayakan usia. “Saya tidak ingin menyesal karena tidak mencoba. If it doesn’t scare you, it’s probably not worth doing,” ucapnya.
Proses seleksi Dimas Diajeng Sleman dimulai sejak Januari 2025, dimulai dari seleksi administrasi, tes tertulis, hingga wawancara. Setelah terpilih sebagai 15 besar finalis, para peserta mengikuti berbagai pembekalan intensif, mulai dari materi kepariwisataan, personal branding, well grooming, hingga budaya lokal. Zita mengaku setiap tahapan sangat berkesan, terlebih karena latar belakangnya sebagai mahasiswi kedokteran gigi yang minim pengetahuan di bidang kepariwisataan. “Saya belajar banyak hal baru dari teman-teman finalis yang datang dari berbagai disiplin ilmu,” tuturnya.
Menjelang grand final, tantangan terberat Zita adalah membagi waktu antara latihan intensif dan jadwal koas yang padat. Meski demikian, ia berhasil menjalankan keduanya berkat dukungan teman sejawat yang banyak membantu saat koas. Menariknya, Zita juga sempat mengangkat isu kesehatan gigi dan mulut dalam sesi wawancara. Ia menyampaikan ide agar event-event pariwisata dapat menjadi media promosi kesehatan gigi, misalnya dengan menghadirkan layanan screening gigi di acara besar seperti Sleman Temple Run. “Kami juga sempat mendapat pembekalan dari dokter gigi, bahkan bertemu dengan alumni FKG UGM,” tambahnya.
Baginya, gelar Diajeng bukan semata-mata soal gelar, melainkan sebagai bentuk tanggung jawab anak muda yang berkarakter, berpendidikan, dan memiliki kepedulian sosial. “Saya ingin menjadi role model yang bisa membawa kebanggaan bagi Dimas Diajeng Sleman dan FKG UGM,” tegasnya. Ia juga bercita-cita mengembangkan potensi Sleman sebagai destinasi medical tourism, termasuk untuk layanan kesehatan gigi. Menurutnya, Rumah Sakit Gigi dan Mulut, dapat berperan lebih besar dalam promosi layanan ini dengan peningkatan kualitas dan branding yang kuat.
Setelah resmi menyandang Diajeng Sleman, ia ingin menginisiasi komunitas spiritual di Sleman yang memanfaatkan objek wisata lokal untuk kegiatan seperti diskusi, meditasi, hingga yoga. Ia juga menggagas konsep desa wisata berbasis spiritual sebagai alternatif wisata yang menenangkan.
Pencapaian ini diraih Zita di tengah kesibukannya menjalani masa klinik (koas), membuktikan bahwa mahasiswa kedokteran gigi pun mampu berkiprah di luar kampus dengan membawa misi sosial dan edukasi kesehatan. Kepada mahasiswa lainnya, Zita berpesan agar tidak ragu mengembangkan potensi yang dimiliki. “Cara terbaik bersyukur atas talenta yang diberikan Tuhan adalah dengan mengembangkannya menjadi kebermanfaatan bagi sesama,” tutupnya.
Penulis: Fajar Budi Harsakti