Mengajar di kelas internasional menghadirkan tantangan tersendiri. Tidak hanya karena penggunaan bahasa Inggris sebagai pengantar, tetapi juga karena dosen perlu memahami keberagaman latar belakang mahasiswa yang hadir dari berbagai budaya, kebiasaan belajar, hingga cara berkomunikasi. Menyampaikan materi dengan baik saja tidak cukup. Dosen juga harus membangun suasana kelas yang menyenangkan, interaktif, dan relevan dengan kebutuhan mahasiswa masa kini.
Hal tersebut disampaikan oleh Dr. Irwan Endrayanto Aluicius, S.Si., M.Sc. dari Direktorat Kajian dan Inovasi Akademik UGM dalam paparannya bertajuk “Metode Pembelajaran yang Engaging dan Up-to-Date untuk Kelas IUP”. Ia menekankan bahwa pendekatan pembelajaran di kelas internasional perlu didesain secara kontekstual, komunikatif, dan sesuai dengan karakter mahasiswa yang dihadapi.
Menyesuaikan diri dengan Mahasiswa
“Mahasiswa internasional saat ini sebagian besar berasal dari generasi Z. Mereka tumbuh di era digital, terbiasa multitasking, dan memiliki rentang atensi yang pendek,” ujar Dr. Irwan. Untuk itu, strategi mengajar harus mampu menarik perhatian sejak awal. Salah satunya adalah dengan membuat pembukaan perkuliahan yang relevan dan mampu memantik rasa ingin tahu.
Dosen juga didorong untuk tidak mendominasi kelas, melainkan menciptakan ruang interaksi yang aktif. Mahasiswa perlu dilibatkan secara langsung dalam proses belajar melalui diskusi kelompok, presentasi, atau studi kasus yang sesuai dengan konteks global. “Kelas internasional tidak bisa hanya satu arah. Harus ada partisipasi aktif dari mahasiswa,” jelas Dr. Irwan. Interaksi dinilai dapat memperkuat pemahaman juga membantu mahasiswa dari berbagai negara saling mengenal dan menghargai perbedaan sudut pandang
Ia menyebutkan bahwa ada tujuh metode yang dapat diterapkan untuk membuat pembelajaran di kelas internasional lebih engaging dan efektif. Ketujuh metode tersebut adalah:
- Student-Centered Learning – mahasiswa menjadi pusat proses belajar.
- Flipped Classroom – materi dipelajari terlebih dahulu di luar kelas, diskusi terjadi di dalam kelas.
- Case-Based Learning – pembelajaran melalui studi kasus nyata.
- Problem-Based Learning (PBL) – mahasiswa belajar dengan memecahkan masalah terbuka.
- Project-Based Learning (PjBL) – pembelajaran berbasis proyek nyata.
- Gamifikasi – elemen permainan digunakan untuk meningkatkan motivasi belajar.
- Blended Learning – kombinasi antara pembelajaran daring dan tatap muka.

Gunakan Teknologi Secara Cerdas
Penggunaan teknologi pembelajaran, seperti Kahoot, Padlet, Miro, atau Mentimeter, bisa menjadi cara yang efektif untuk meningkatkan keterlibatan mahasiswa. Teknologi bukan sekadar alat, melainkan harus digunakan secara bijak sebagai bagian dari strategi pembelajaran. “Teknologi bisa membuat kelas lebih dinamis, tapi harus tetap punya arah. Jangan hanya ramai, tapi tidak mendalam,” tegasnya.
Terlepas dari penggunaan teknologi, sosok dosen tetap memegang peranan utama. Mahasiswa menghargai dosen yang terbuka dan memiliki antusiasme dalam mengajar. Menurut Irwan dosen yang punya karakter kuat akan meninggalkan kesan mendalam. Mereka tidak hanya mengajar, tapi juga dapat menjadi role model bagi mahasiswa.
Penulis dan Fotografer: Fajar Budi Harsakti