Search
Close this search box.

News

/

Artikel, Latest News, SDG 3, SDG 4, SDG 9

Pencabutan Gigi Berisiko Tinggi pada Pasien dengan Penyakit Sistemik

Pencabutan gigi merupakan prosedur kedokteran gigi yang umum dilakukan, namun menjadi tantangan tersendiri ketika pasien memiliki kondisi sistemik seperti gagal jantung, hipertensi, diabetes mellitus, dan gagal ginjal kronis. Kompleksitas prosedur meningkat karena setiap kondisi sistemik tersebut memiliki risiko dan pertimbangan khusus yang harus diperhatikan oleh dokter gigi. Menurut penelitian dari Departemen Bedah Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada (FKG UGM), manajemen perioperatif yang tepat menjadi kunci keberhasilan tindakan pada pasien-pasien berisiko tinggi ini.

Pada pasien dengan gagal jantung, pencabutan gigi memerlukan perhatian khusus terhadap fungsi kardiovaskular. Pasien dengan kondisi ini memiliki kapasitas terbatas dalam menangani stress fisik dan perubahan hemodinamik selama prosedur. Berdasarkan protokol yang dikembangkan oleh tim Bedah Mulut FKG UGM, konsultasi dengan dokter spesialis jantung sebelum tindakan menjadi langkah wajib untuk menentukan waktu yang tepat dan modifikasi prosedur yang diperlukan. Penggunaan anestesi lokal dengan vasokonstriktor harus dipertimbangkan secara hati-hati, dan monitoring vital sign selama prosedur menjadi hal yang crucial.

Hipertensi yang tidak terkontrol dapat meningkatkan risiko komplikasi selama pencabutan gigi. Tim peneliti dari FKG UGM menekankan pentingnya pengukuran tekanan darah sebelum, selama, dan setelah prosedur. Pasien dengan tekanan darah di atas 180/110 mmHg sebaiknya ditunda tindakannya hingga kondisi lebih stabil. Manajemen stress dan kecemasan pasien juga menjadi faktor penting, karena dapat mempengaruhi tekanan darah secara signifikan selama prosedur.

Diabetes mellitus memberikan tantangan tambahan dalam prosedur pencabutan gigi karena dapat mempengaruhi proses penyembuhan luka dan meningkatkan risiko infeksi. Studi yang dilakukan di RSGM Prof. Soedomo FKG UGM menunjukkan bahwa kontrol gula darah yang baik sebelum prosedur sangat penting untuk mencegah komplikasi. Pemberian antibiotik profilaksis dan perhatian khusus terhadap teknik pencabutan atraumatik dapat membantu mengurangi risiko komplikasi pasca operasi.

Pasien dengan gagal ginjal kronis memiliki berbagai pertimbangan khusus, termasuk risiko perdarahan yang meningkat dan penurunan sistem imun. Penelitian terbaru dari Departemen Bedah Mulut FKG UGM menggarisbawahi pentingnya komunikasi dengan dokter spesialis ginjal untuk menentukan waktu optimal pencabutan gigi, terutama pada pasien yang menjalani hemodialisis. Modifikasi dosis obat-obatan yang diberikan juga perlu disesuaikan dengan fungsi ginjal pasien.

Manajemen perioperatif yang komprehensif menjadi kunci keberhasilan pencabutan gigi pada pasien dengan kondisi sistemik kompleks. Hal ini mencakup evaluasi preoperatif yang menyeluruh, modifikasi prosedur sesuai kondisi pasien, dan pemantauan ketat selama dan setelah tindakan. Protokol pencabutan gigi yang dikembangkan oleh FKG UGM menekankan pentingnya pendekatan multidisiplin yang melibatkan dokter gigi, dokter spesialis terkait, dan tenaga kesehatan lainnya. Hal tersebut turut mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) tujuan ke-3 Kesehatan yang Baik dan Kesejahteraan, tujuan ke-4 Pendidikan Berkualitas, dan tujuan ke-9 Industri, Inovasi, dan Infrastruktur.

Kutipan:

drg. Mayu Winnie Rachmawati, M.Sc., Ph.D., Risiko Komplikasi Tindakan Pencabutan Gigi pada Pasien Diabetes Melitus, https://etd.repository.ugm.ac.id/penelitian/detail/216527

Author: Rizky B. Hendrawan | Photo: Freepik

Tags

Share News

Related News
4 January 2025

Manfaat Menggunakan Dental Sealant untuk Pencegahan Karies Gigi

3 January 2025

FKG UGM Tingkatkan Kesadaran Kesehatan Gigi 101 Siswa TK Randubelang

30 December 2024

Panduan Menyikat Gigi Selama Perawatan Ortodontik

en_US