Search
Close this search box.

Berita

/

Berita Terbaru

Prof. Dewi Agustina Dikukuhkan sebagai Guru Besar Bidang Penyakit Mulut Geriatrik

Selama ini kesehatan mulut masih belum menjadi prioritas, masyarakat lebih cenderung mementingkan kesehatan umum dari pada kesehatan mulut. Hal ini ditengarai dengan kesehatan dan fungsi mulut yang semakin memburuk seiring dengan bertambahnya usia. Hal tersebut dipengaruhi juga oleh Ageism concept (‘nrimo in pandum’) yang banyak dianut oleh lansia.

Hal tersebut disampaikan oleh Prof. Dr. drg. Dewi Agustina M.D.Sc., M.D.Sc., saat dikukuhkan sebagai Guru Besar dalam Bidang Penyakit Mulut Geriatrik, Selasa (14/1), di ruang Balai Senat UGM.

Dalam pidato yang berjudul Peningkatan Kesehatan Mulut Sebagai Upaya Mendapatkan Kualitas Hidup Yang Optimal Pada Lanjut Usia, Dewi Agustina menyebut Konsep ageism mencerminkan sikap lansia yang menerima kondisi mulutnya yang memburuk, dan menganggapnya sebagai sesuatu yang alami dan wajar, serta merupakan bagian dari proses penuaan yang tidak perlu dianggap sebagai gangguan. “Sehingga lansia menjadi kurang terdorong untuk memperbaiki kondisi kesehatan mulutnya. Memburuknya kondisi mulut pada lansia tidak semata-mata karena proses menua, tetapi sebagai efek dari akumulasi penyakit mulut yang selama ini diabaikan”, kata Dewi.

Organisasi Kesehatan Dunia mengklasifikasikan kelompok lansia sebagai berikut: individu berusia 60-74 tahun disebut elderly, individu yang berusia 75-90 tahun digolongkan sebagai old, dan individu berusia di atas 90 tahun dikategorikan sebagai very old. Seiring dengan proses penuaan, terjadi proses penuaan fisiologis pada sel dan organ tubuh yang menyebabkan penurunan fungsi organ serta berkurangnya kapasitas adaptasi fisiologis. Akibat dari kondisi tersebut lansia menjadi lebih rentan terhadap berbagai masalah kesehatan.

Masalah kesehatan mulut pada lansia umumnya meliputi kehilangan gigi, karies, penyakit jaringan pendukung gigi (penyakit periodontal), xerostomia (kering mulut)/hiposalivasi (jumlah air ludah kurang dari normal), gangguan pada fungsi kelenjar ludah, serta penyakit/lesi jaringan lunak/mukosa mulut, termasuk lesi pre-kanker.

Melanjutkan pidatonya, Dewi Agustina mengatakan hasil penelitian yang telah dilakukan di Posyandu-posyandu lansia di Yogyakarta menunjukkan ±70% lansia memiliki kualitas hidup terkait kesehatan mulut (oral health-related quality of life, OHRQoL) yang rendah. Rendahnya OHRQoL ini sebagai dampak dari kondisi mulut yang kurang baik, karena mulut tidak dapat memenuhi fungsinya. “Faktor sosio-ekonomi merupakan elemen utama yang mempengaruhi OHRQoL di masyarakat. Terdapat hubungan yang signifikan antara pendapatan yang lebih rendah dengan penurunan OHRQoL,” ucapnya.

Tingkat kepuasan kualitas hidup seseorang sangat ditentukan oleh kemampuan organ tubuh melakukan fungsinya dengan baik. Pada penghujung pidatonya, Dewi menyampaikan hal yang dapat dilakukan oleh para lansia dan calon lansia untuk meningkatkan kesehatan mulutnya agar mendapatkan kualitas hidup yang optimal.

“Segera melakukan pemeriksaan lanjut apabila ada gejala dan tanda yang tidak normal baik untuk kondisi mulut maupun kondisi tubuh secara umum, menghentikan kebiasaan buruk misalnya merokok, bernafas melalui mulut, mengendalikan gangguan psikologis (stres, cemas, depresi), memenuhi kebutuhan cairan tubuh (minimal 1,5 L/hari), melakukan pemeriksaan gigi dan mulut secara rutin ± 6 bulan sekali.

Penulis dan Foto: Fajar Budi H.

Tags

Bagikan Berita

Berita Terkait
14 Januari 2025

Dikukuhkan sebagai Guru Besar, Prof. Sri Kuswandari Paparkan Penyebab Maloklusi pada Anak

14 Januari 2025

Prof. drg. Heni Susilowati Ditetapkan Sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Mikrobiologi dan Imunologi Oral

11 Januari 2025

Mengapa Penting untuk Mencabut Gigi Bungsu yang Tumbuh Tidak Normal?

id_ID