Kanker rongga mulut menyumbang ribuan kematian setiap tahunnya. Hal ini semakin memperlihatkan hubungan eratnya dengan penyakit autoimun dan infeksi virus. Kanker rongga mulut merupakan masalah kesehatan yang signifikan di Indonesia. Berdasarkan data terbaru dari WHO dan Global Cancer Observatory, Indonesia mencatatkan sekitar 6.515 kasus baru kanker rongga mulut pada tahun 2022, dengan 3.546 kematian akibat penyakit ini.
Kegiatan Oral Medicine Conference 4 mengangkat tema Interlinking Between Autoimmune Diseases, Viral Infection, and Oral Cancer, yang berlangsung 23-24 November 2024 di Bandung. Para ahli menyampaikan materi terkini mengenai pengaruh faktor-faktor ini dalam perkembangan kanker rongga mulut, memberikan wawasan baru dalam bidang Oral Medicine.
Prof. drg. Dewi Agustina, MD.Sc., MD.Sc., Ketua Departemen Ilmu Penyakit Mulut FKG UGM, yang menjadi salah satu peserta konferensi, berharap kegiatan ini dapat memperluas pemahaman para ahli penyakit mulut di Indonesia, serta mendorong kolaborasi antara berbagai disiplin ilmu dalam penanganan kanker mulut. “Melalui kolaborasi antarbidang, kita dapat meningkatkan kapasitas keilmuan dalam mengatasi permasalahan penyakit mulut yang semakin kompleks,” ucapnya.
Penyebab Kanker Mulut
Penyebab utama kanker rongga mulut melibatkan faktor risiko seperti merokok, konsumsi alkohol, serta infeksi virus, terutama Human Papillomavirus (HPV). Kondisi ini menambah urgensi untuk mendalami lebih lanjut keterkaitan antara infeksi virus, penyakit autoimun, dan kanker mulut, yang menjadi fokus utama konferensi ini.
Pentingnya Kolaborasi dalam Penanganan Kanker Mulut
Selain materi ilmiah yang disampaikan oleh para pakar, konferensi ini juga bertujuan untuk mendorong kolaborasi antarprofesi dalam penanganan kanker mulut. Dalam sesi diskusi, para peserta diharapkan dapat berbagi wawasan dan mengembangkan solusi yang lebih efektif dalam menangani penyakit ini.
“Kami percaya bahwa kolaborasi adalah kunci untuk mengatasi tantangan dalam penanganan kanker mulut yang kompleks. Semakin banyak pihak yang terlibat, semakin besar kesempatan untuk menemukan solusi yang lebih baik,” tambah Dewi Agustina.
Kontributor: Dept. IPM FKG UGM | Penulis: Fajar Budi H.