Search
Close this search box.

Berita

/

Artikel, Berita Terbaru, SDG 12, SDG 3, SDG 9

Mengatasi Bruxism pada Anak-Anak: Faktor Penyebab dan Solusi

Bruxism atau kebiasaan menggertakkan gigi merupakan kondisi yang sering ditemukan pada anak-anak, terutama saat tidur. Meski pada sebagian besar kasus bruxism dianggap ringan dan tidak memerlukan intervensi, kebiasaan ini dapat memengaruhi kesehatan gigi anak jika berlangsung dalam jangka panjang. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk memahami faktor penyebabnya dan mengetahui solusi yang tepat.

Dr. drg. Indra Bramanti, Sp.KGA (K)., M.Sc., dan drg. Ignatius Sulistyo Jatmiko, M.Kes., Sp.KGA., dalam penelitiannya tentang prevalensi bruxism pada anak selama pandemi COVID-19, mengungkap bahwa kondisi ini menjadi lebih umum di masa penuh tekanan seperti pandemi. Salah satu penyebab utama bruxism pada anak adalah stres atau kecemasan. Anak-anak yang mengalami tekanan emosional, seperti dari sekolah atau perubahan lingkungan, seringkali menggertakkan gigi sebagai cara tubuh mereka merespons stres. Selain itu, gangguan tidur, seperti apnea tidur atau ketidaknyamanan saat tidur, juga dapat memicu bruxism. Penelitian lain yang dilakukan oleh Dr. drg. Indra Bramanti, Sp.KGA (K).,M.Sc., dan Prof. Dr. drg. Iwa Sutardjo Rus S., S.U., Sp.KGA.(K), mengaitkan bruxism dengan kontraksi otot mastikasi yang berlebihan, terutama pada anak usia 12-15 tahun. Faktor lain yang berkontribusi yaitu pertumbuhan gigi pada usia dini atau kelainan oklusi (gigitan yang tidak sejajar).

Mengatasi bruxism pada anak memerlukan pendekatan yang menyeluruh. Jika stres menjadi pemicunya, memberikan dukungan emosional kepada anak dan menciptakan lingkungan yang tenang di rumah dapat membantu mengatasinya. Aktivitas relaksasi, seperti membaca buku sebelum tidur atau latihan pernapasan sederhana, dapat mengurangi kecemasan mereka. Untuk bruxism yang disebabkan oleh gangguan tidur, berkonsultasi dengan dokter spesialis anak atau dokter gigi merupakan langkah penting untuk menentukan diagnosis yang tepat.

Penggunaan pelindung gigi (mouthguard) khusus anak juga dapat menjadi solusi untuk melindungi gigi dari kerusakan lebih lanjut. Pelindung ini dirancang untuk mencegah gesekan langsung antara gigi atas dan bawah, sehingga mencegah keausan. Namun, intervensi ini sebaiknya dilakukan setelah berkonsultasi dengan dokter gigi anak untuk memastikan keamanan dan kenyamanan penggunaannya.

Bruxism pada anak merupakan kondisi yang dapat dikelola dengan pemahaman yang baik dan dukungan yang tepat. Dengan mengenali tanda-tandanya sejak dini, seperti suara menggertak gigi saat tidur atau keluhan nyeri rahang di pagi hari, orang tua dapat segera mengambil tindakan untuk melindungi kesehatan gigi dan kesejahteraan anak.

Penanganan bruxism pada anak tidak hanya berkontribusi mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) tujuan ke-3 Kesehatan yang Baik dan Kesejahteraan, dengan memastikan kesehatan gigi yang optimal dan mengurangi stres anak, tetapi juga mendukung tujuan ke-9 Industri, Inovasi, dan Infrastruktur melalui pengembangan teknologi medis seperti pelindung gigi yang lebih aman dan efisien. Selain itu, langkah-langkah edukasi dan pemahaman tentang konsumsi makanan sehat serta perawatan yang bertanggung jawab mendukung tujuan ke-12 Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab, menciptakan kesadaran untuk menjaga kesejahteraan secara berkelanjutan.

Referensi
Dr. drg. Indra Bramanti, Sp.KGA (K).,M.Sc., drg. Ignatius Sulistyo Jatmiko, M.Kes., Sp.KGA., Prevalensi Bruxism pada Anak Usia 12-15 Tahun di Masa Pandemi COVID-19 (Kajian pada Anak SMP Negeri di Kota Yogyakarta dengan Pendekatan Kuesioner), https://etd.repository.ugm.ac.id/penelitian/detail/219784
Dr. drg. Indra Bramanti, Sp.KGA (K).,M.Sc., Prof. Dr. drg. Iwa Sutardjo Rus S., S.U, Sp.KGA.(K), Gambaran maximum voluntary contraction otot mastikasi pada anak usia 12-15 tahun dengan bruxism (Kajian Pada Siswa Sekolah Menengah Pertama di Kecamatan Jetis Yogyakarta), https://etd.repository.ugm.ac.id/penelitian/detail/232790

Penulis: Rizky B. Hendrawan | Foto: Freepik

Tags

Bagikan Berita

Berita Terkait
21 Januari 2025

Bagaimana Gigi yang Hilang Dapat Mempengaruhi Struktur Wajah?

19 Januari 2025

Penggunaan Zirkonia dalam Restorasi Gigi: Kelebihan dan Kekurangannya

18 Januari 2025

Manfaat Menggunakan Gigi Palsu Permanen untuk Pasien Lansia

id_ID