Kondisi celah bibir dan langit-langit (CBL) atau yang lebih dikenal di kalangan masyarakat dengan istilah bibir sumbing merupakan kelainan bawaan yang sering terjadi pada bayi. Penelitian pada tahun 2019 menunjukkan bahwa 1 dari 700 bayi lahir dengan kondisi CBL. Berdasarkan estimasi tersebut, sebanyak 3200 kasus CBL baru muncul setiap tahunnya di seluruh dunia. Situasi di Indonesia menunjukkan angka kejadian CBL sebanyak 7500 kasus baru per tahun berdasarkan data yang dihimpun oleh Kementerian Kesehatan.
Tingginya angka kejadian CBL di Indonesia menjadi tantangan tersendiri bagi pemerintah karena kondisi CBL menimbulkan berbagai permasalahan yang serius dalam proses tumbuh kembang anak. Komplikasi yang muncul diantaranya yaitu gangguan asupan makanan, infeksi saluran pernafasan atas, dan gangguan psikologis. Permasalahan yang muncul selanjutnya adalah gangguan tumbuh kembang tersebut berpotensi meningkatkan risiko stunting yang telah ditetapkan sebagai isu prioritas nasional oleh pemerintah.
Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk mempercepat penurunan stunting termasuk memberikan jaminan biaya untuk tindakan operasi kasus CBL melalui skema BPJS. Namun upaya tersebut masih belum bisa menjangkau seluruh kalangan. Perlu adanya kolaborasi berbagai pihak untuk mendekatkan akses perawatan bagi penderita CBL yang tidak terjamah oleh pemerintah.
FKG UGM hadir dengan kegiatan pengabdian masyarakat berupa pemeriksaan dan operasi celah bibir dan langit-langit (CBL) secara gratis bagi masyarakat yang membutuhkan. Program pengabdian masyarakat ini merupakan bagian dari misi sosial kemanusiaan berkelanjutan yang telah berlangsung selama beberapa tahun melalui kerja sama antara Prodi Bedah Mulut dan Maksilofasial FKG UGM dengan berbagai mitra baik dari dalam maupun luar negeri. Kali ini, Prodi BMM menggandeng Radboudumc, Rotary Club Mataram, Rotary Nijmegen Stad en Land, RSUD Patut Patuh Patju, Stichting Sumbing Bibir, serta Yayasan Senyum Lestari Indah sukses melaksanakan pemeriksaan dan operasi CBL gratis untuk masyarakat Lombok, Nusa Tenggara Barat.
Sebanyak kurang lebih 50 pasien mendapatkan manfaat langsung dari kegiatan yang digelar pada hari Selasa (14/11) dengan melibatkan personel dari bedah mulut dan 2 dokter ahli anestesi. Tim dokter dari FKG UGM terdiri atas 1 dosen Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial yakni drg. Cahya Yustisia Hasan, Sp.BM(K) beserta 4 Residen. Radboudumc turut mengirimkan 4 dokter spesialis bedah mulut serta dokter ahli anestesi. Dalam kesempatan tersebut, operasi bibir sumbing yang dipersembahkan oleh kolaborasi lintas lembaga dan negara ini telah mencapai angka 500 pasien sejak pertama kali diadakan.
FKG UGM terus berkontribusi untuk bangsa melalui kegiatan-kegiatan pengabdian masyarakat sebagai wujud komitmen dalam menjalankan amanat Tri Dharma Perguruan Tinggi, termasuk dengan program operasi bibir sumbing. Mengingat besarnya kebermanfaatan program operasi bibir sumbing bagi masyarakat dengan kondisi CBL, keberlanjutan program ini diharapkan dapat membantu upaya pemerintah menurunkan angka stunting sekaligus dalam rangka mewujudkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals) khususnya tujuan ke-2 dan ke-3 yakni Zero Hunger dan Good Health and Well-Being.
Humas FKG UGM