Bruxism, atau kebiasaan menggeretakkan gigi, adalah kondisi yang cukup umum pada anak-anak dan dewasa. Meskipun sering dianggap ringan, bruxism dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan gigi dan kesehatan umum. Oleh karena itu, penting untuk memahami cara mengatasi bruxism bagi kedua kelompok usia ini.
Salah satu langkah pertama dalam menangani bruxism adalah dengan mengidentifikasi penyebabnya. Pada anak-anak, faktor penyebab seringkali terkait dengan stres, kecemasan, atau perkembangan gigi susunan permanen. Untuk mengatasi bruxism pada anak, orang tua dapat menciptakan lingkungan yang lebih tenang dan mendukung, membantu anak mengelola stres melalui teknik relaksasi, atau memperkenalkan kebiasaan baru yang menenangkan sebelum tidur, seperti membaca atau mendengarkan musik yang lembut. Ini tidak hanya dapat mengurangi frekuensi kebiasaan menggeretakkan gigi, tetapi juga berkontribusi pada kesehatan mental anak secara keseluruhan.
Di sisi lain, pada orang dewasa, bruxism biasanya terkait dengan stres, rasa cemas, atau masalah tidur. Teknik manajemen stres, seperti meditasi, yoga, atau terapi perilaku kognitif, akan sangat membantu. Selain itu, penggunaan pelindung gigi (night guard) saat tidur juga sering dianjurkan untuk melindungi gigi dari kerusakan akibat bruxism, sekaligus mengurangi ketegangan otot di rahang. Konsultasi dengan dokter gigi mengenai penggunaan pelindung gigi dapat menjadi langkah penting dalam menangani masalah ini.
Penting untuk menyadari bahwa bruxism bisa disebabkan oleh kebiasaan buruk lainnya, seperti mengonsumsi kafein dalam jumlah tinggi atau merokok. Oleh karena itu, mengubah pola hidup juga dapat memengaruhi pengurangan frekuensi bruxism. Mengurangi konsumsi kafein, memilih makanan sehat, dan rutin berolahraga adalah beberapa langkah sederhana yang dapat diterapkan oleh baik anak maupun dewasa untuk mengurangi stres dan memperbaiki pola tidur.
Setiap individu yang mengalami bruxism perlu melakukan pendekatan yang berbeda untuk mengatasinya. Meskipun solusi di atas dapat membantu, beberapa kasus mungkin memerlukan intervensi medis lebih lanjut. Hal tersebut seperti konsultasi dengan dokter gigi atau psikolog. Dengan mengidentifikasi faktor pemicu dan menerapkan strategi yang tepat, baik anak-anak maupun dewasa dapat mengurangi atau bahkan menghentikan kebiasaan menggeretakkan gigi. Sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup dan kesehatan gigi mereka. Hal ini turut mendukung tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs) tujuan ke-3 Kesehatan yang Baik dan Kesejahteraan.
Penulis: Rizky B. Hendrawan | Foto: Freepik