Kista rahang (jaw cyst) adalah lesi patologis yang terbentuk sebagai rongga berisi cairan atau material semi-padat yang dibatasi oleh dinding epitel. Karena dapat memperlemah struktur tulang rahang, menggeser gigi, atau memicu fraktur patologis, kista ini sering memerlukan penanganan bedah. Pendekatan minimal invasif dalam bedah kista rahang bertujuan untuk mengurangi cedera jaringan, mempercepat penyembuhan, dan meminimalkan komplikasi pascaoperasi.
Salah satu metode yang tergolong minimal invasif adalah enukleasi hati-hati (enucleation) yang dilakukan dengan teknik yang selektif dan aseptis. Studi kasus yang dilakukan oleh mahasiswa FKG UGM, Refitia Inayah Putri dengan bimbingan drg. Pingky Krisna Arindra, Sp.BMM., Subsp.Ped.OM(K) dan drg. Poerwati Soetji Rahajoe, Sp.BM(K)., Ph.D. dengan judul “Enukleasi pada kista residual: kasus insidental pada pasien usia muda” memperlihatkan bagaimana enukleasi, meskipun bukan metode paling “minim” secara teoritis, dapat dilaksanakan dengan pendekatan yang hati-hati dan memberi hasil baik tanpa komplikasi.
Definisi dan Indikasi Enukleasi
- Kista residual adalah kista odontogenik inflamasi yang kerap ditemukan setelah pencabutan gigi, dan sering bermula dari kista radikuler.
- Enukleasi adalah pengangkatan total seluruh kantung kista beserta dindingnya, dengan usaha menghindari sisa epitel kista agar tidak terjadi kekambuhan.
- Indikasi utama enukleasi adalah kista dengan ukuran yang memungkinkan pengangkatan lengkap tanpa membahayakan struktur vital (saraf, gigi, tulang tipis) sekitar area kista. Jurnal Universitas Gadjah Mada+2Jurnal Universitas Gadjah Mada+2
Teknik Operatif (Langkah-langkah)
Dalam kasus yang dilaporkan:
- Pencitraan dan diagnosis lanjutan
- Pasien menjalani pemeriksaan radiografi panoramik dan cone beam CT (CBCT) untuk menentukan ukuran, batas, dan hubungan kista dengan struktur penting.
- Lesi yang ditemukan berukuran ± 26 × 16 mm.
- Persiapan operasi
- Sterilisasi dan teknik aseptik lengkap.
- Anestesi lokal dilakukan, misalnya blok mandibula + infiltrasi pada nervus mentalis.
- Insisi dan flap
- Insisi dibuat flap mukoperiosteal (misalnya flap segitiga/triangular) agar eksposur ke lokasi kista cukup untuk manipulasi.
- Elevasi flap secara hati-hati agar tidak merusak jaringan lunak di sekitar.
- Penghilangan tulang & akses ke kista
- Pengurangan tulang kortikal secara bertahap dengan bor atau instrumen tulang (misalnya bur bulat atau rongeur) sambil menggunakan irigasi untuk mencegah panas berlebih.
- Perlu akses optimal agar seluruh dinding kantung kista dapat dijangkau.
- Enukleasi kantung kista
- Lepaskan kantung kista secara utuh, memisahkan jaringan epitel dari tulang dengan lembut agar tidak merobek kantungnya.
- Dalam kasus yang dilaporkan, ditemukan tiga kantung kista terpisah yang harus diangkat.
- Pastikan tidak ada sisa jaringan epitel yang tertinggal di kavitas tulang.
- Irigasi dan persiapan penutupan
- Kavitas tulang dibersihkan dan diirigasi dengan saline steril.
- Tepi kavitas bisa dihaluskan (file tulang) agar tidak tajam dan mencegah iritasi jaringan lunak.
- Jika ada dead space (ruang kosong) yang besar, penggunaan drain, packing, atau penjahitan jaringan untuk menekan ruang tersebut dapat dilakukan agar jaringan lunak tidak “menggantung” dan memfasilitasi penyembuhan primer.
- Penutupan flap
- Flap dikembalikan ke posisi anatomi dan dijahit kembali dengan teknik jahitan yang baik.
- Terapi pascaoperatif
- Pasien diberi antibiotik profilaksis dan analgesik untuk mencegah infeksi dan mengendalikan nyeri.
- Kontrol pasca operasi: pada hari ke-1 keluhan bengkak minimal; pada hari ke-7 pembengkakan menurun, nyeri berkurang; evaluasi radiografi sekitar hari ke-30 menunjukkan pembentukan tulang baru di tepi lesi.
- Evaluasi jangka panjang penting untuk memastikan remodeling tulang berjalan baik dan tidak ada kekambuhan.
Aspek Minimal Invasif dan Upaya Meminimalkan Trauma
Walaupun enukleasi pada prinsipnya adalah pembedahan, pendekatan dapat diminimalkan dampaknya dengan:
- Membatasi ukuran flap agar tidak terlalu luas, hanya sebesar yang dibutuhkan.
- Menggunakan instrumen mikro (bor halus, curette tipis) untuk manipulasi halus.
- Mempertahankan sebanyak mungkin integritas tulang kortikal agar struktur rahang tidak melemah.
- Menghindari mengganggu struktur vital seperti saraf inferior atau akar gigi yang masih sehat.
- Meminimalkan pengangkatan jaringan lunak normal sekitar kista.
- Membatasi penggunaan bone graft (jika memungkinkan) agar tidak menambah trauma bedah tambahan — dalam kasus yang dilaporkan, tidak digunakan bone graft, dan regenerasi tulang tetap berlangsung baik.
Keuntungan & Keterbatasan
Keuntungan:
- Trauma bedah lebih kecil, waktu penyembuhan bisa lebih cepat.
- Risiko komplikasi (infeksi, parestesia, perdarahan) dapat diminimalkan dengan teknik yang hati-hati.
- Dalam kasus yang dilaporkan, hasil tanpa komplikasi dan pembentukan tulang baru sudah terlihat dalam 30 hari.
Keterbatasan / risiko:
- Risiko sisa jaringan epitel kista jika pengangkatan tidak lengkap → bisa menyebabkan kekambuhan.
- Jika kista terlalu besar atau dekat struktur kritis (saraf, sinus, akar gigi), enukleasi total mungkin berisiko tinggi.
- Proses remodeling tulang bisa memakan waktu panjang (12–24 bulan dalam beberapa laporan).
- Perlu pengawasan jangka panjang untuk memastikan tidak ada kekambuhan atau defek residual.
***
Teknik bedah minimal invasif pada kista rahang bisa dicapai melalui enukleasi yang direncanakan dan dilaksanakan secara hati-hati, dengan mempertimbangkan ukuran lesi dan struktur anatomi di sekitarnya. Dalam kasus yang dilaporkan, enukleasi dilakukan tanpa bone graft dan menunjukkan regenerasi tulang yang baik tanpa komplikasi. Untuk menjaga sifat minimal invasif, pendekatan seperti flap selektif, penggunaan instrumen mikro, dan pengurangan pengangkatan jaringan non-patologis sangat disarankan. Pemantauan jangka panjang tetap mutlak agar keberhasilan bedah dan penyembuhan tulang bisa ditinjau terus-menerus.
Referensi
Refitia Inayah Putri, drg. Pingky Krisna Arindra, Sp.BMMSubsp.Ped.OM(K), drg. Poerwati Soetji Rahajoe, Sp.BM(K)., Ph.D., Enukleasi pada kista residual: kasus insidental pada pasien usia muda, https://jurnal.ugm.ac.id/mkgk/article/download/104869/41677
Penulis: Rizky B. Hendrawan | Foto: Freepik