Estetika senyum merupakan salah satu faktor utama yang memengaruhi kepercayaan diri seseorang. Warna gigi yang cerah biasanya dikaitkan dengan kesehatan dan kebersihan, sehingga banyak orang mencari solusi untuk memutihkan gigi. Namun, metode pemutihan gigi konvensional menggunakan bahan kimia sintetis seperti hidrogen peroksida atau karbamid peroksida sering menimbulkan efek samping, termasuk hipersensitivitas dentin, iritasi jaringan lunak, dan kerusakan struktur enamel bila digunakan jangka panjang. Hal ini memunculkan kebutuhan akan material pencerah gigi yang aman, efektif, dan berkelanjutan, salah satunya berbasis bioaktif.
Material pencerah gigi berbasis bioaktif berfokus pada penggunaan bahan alami yang tidak hanya mampu mencerahkan warna gigi, tetapi juga mendukung kesehatan dan stabilitas struktur gigi. Salah satu kandidat yang menarik adalah ekstrak kulit pisang kepok kuning (Musa paradisiaca L. Kepok), yang kaya akan mineral seperti fosfat, kalium, dan senyawa antioksidan. Mineral ini diyakini dapat berperan dalam remineralisasi enamel serta menjaga stabilitas warna gigi setelah aplikasi material pencerah.
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi UGM, Septiana Prihartanti, dengan bimbingan Prof. Dr. drg. Juni Handajani, M.Kes., Ph.D. dan Prof. drg. Tetiana Haniastuti, M.Kes., Ph.D. yang berjudu; “Kadar Fosfat Gigi Setelah Aplikasi Ekstrak Kulit Pisang Kepok Kuning 80% (Musa Paradisiaca L. Kepok) Sebagai Bahan Alami Pemutih Gigi Kajian in vitro”. Penelitian tersebut membahas aplikasi ekstrak kulit pisang kepok kuning 80% dapat mempertahankan kadar fosfat gigi secara signifikan setelah pemutihan. Hal ini menunjukkan bahwa bahan alami tidak hanya mampu memutihkan gigi, tetapi juga menjaga integritas struktur mineral enamel. Fosfat berperan penting dalam stabilitas warna karena mendukung kestabilan kristal hidroksiapatit pada enamel, yang merupakan penyusun utama jaringan keras gigi.
Selain efektivitas pemutihan, stabilitas warna menjadi indikator utama kualitas material pencerah gigi. Bahan bioaktif yang baik harus mampu mempertahankan hasil pemutihan dalam jangka waktu lama, mencegah perubahan warna kembali, sekaligus melindungi enamel dari degradasi akibat aktivitas kimiawi atau mekanis. Penggunaan ekstrak tumbuhan sebagai bahan bioaktif menawarkan keuntungan tambahan, seperti sifat antioksidan dan antimikroba, yang dapat membantu menjaga kesehatan mulut secara keseluruhan.
Dalam konteks praktik klinis, material pencerah gigi berbasis bioaktif seperti ekstrak kulit pisang kepok kuning memberikan alternatif yang aman dan alami, terutama bagi pasien yang sensitif terhadap bahan kimia sintetis. Selain itu, pendekatan ini juga mendukung prinsip keberlanjutan karena memanfaatkan limbah organik (kulit pisang) sebagai bahan aktif, sehingga sejalan dengan tren green dentistry.
Dengan semakin berkembangnya penelitian biomaterial alami, diharapkan di masa depan akan tersedia berbagai produk pencerah gigi yang tidak hanya efektif dari segi estetika, tetapi juga aman, mendukung kesehatan jangka panjang, dan ramah lingkungan. Pendekatan ini menegaskan pentingnya inovasi berbasis bioaktif dalam perawatan gigi modern, serta meningkatkan kesadaran akan penggunaan bahan alami yang berkelanjutan.
Referensi
Septiana Prihartanti, Prof. Dr. drg. Juni Handajani, M.Kes., Ph.D., Prof. drg. Tetiana Haniastuti, M.Kes., Ph.D., Kadar Fosfat Gigi Setelah Aplikasi Ekstrak Kulit Pisang Kepok Kuning 80% (Musa Paradisiaca L. Kepok) Sebagai Bahan Alami Pemutih Gigi Kajian in vitro, https://etd.repository.ugm.ac.id/penelitian/detail/86339
Penulis: Rizky B. Hendrawan | Foto: Freepik