PELATIHAN 2025 RADIOLOGI DENTOMAKSILOFASIAL BERBASIS CONE BEAM COMPUTED TOMOGRAPHY (CBCT)
Yogyakarta — Interdisciplinary Dentistry Skills Development Center (iDSDC) Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada (FKG UGM) kembali menyelenggarakan Advanced Imaging in Dentomaxillofacial Radiology Course dengan menghadirkan narasumber pakar, Prof. Dr. drg. Ahmad Syaify, Sp.Perio, Subsp RPID(K), FISID. Dalam sesi bertajuk “Periodontal Considerations for Successful Dental Implant”, Prof. Syaify menekankan pentingnya integrasi aspek biologis, fungsional, dan estetik sebagai fondasi keberhasilan jangka panjang perawatan implan gigi.
Kriteria Keberhasilan Implan Gigi
Prof. Syaify menjelaskan bahwa keberhasilan implan tidak hanya dinilai dari bertahannya implan di tulang, melainkan juga dari kondisi jaringan peri-implan yang stabil dan sehat. Sejumlah kriteria dasar yang perlu dipenuhi antara lain:
- Implan stabil tanpa mobilitas.
- Tidak terdapat radiolusen pada area peri-implan.
- Kehilangan tulang rata-rata kurang dari 0,2 mm per tahun setelah satu tahun fungsi.
- Tidak ada rasa sakit, ketidaknyamanan, atau infeksi.
- Desain mendukung pemasangan mahkota dan estetika.
- Tidak terjadi peri-implantitis maupun peri-implant mukositis.
Attached gingiva yang memadai serta tidak adanya tanda infeksi disebut sebagai indikator penting keberhasilan biologis.
Stabilitas Primer dan Sekunder
Dalam paparannya, Prof. Syaify menggarisbawahi bahwa pencapaian osseointegrasi sebagai tujuan akhir sangat dipengaruhi oleh dua fase stabilitas implan, yakni:
- Stabilitas primer, berupa fiksasi mekanis awal tanpa mobilitas saat pemasangan.
- Stabilitas sekunder, yang bergantung pada suplai darah tulang trabekular serta distribusi beban ke tulang kortikal.
Kedua stabilitas ini menjadi dasar keberhasilan jangka panjang fungsi implan.
Faktor Penentu Keberhasilan Implan
Sejumlah faktor klinis yang memengaruhi prognosis implan turut dijelaskan, meliputi:
1. Kualitas Tulang
Implan yang ditempatkan pada tulang tipe 1–3 umumnya memberikan hasil lebih baik dibandingkan tipe 4 yang memiliki stabilitas primer rendah.
Prof. Syaify menekankan prinsip “1–2–3–7” sebagai panduan penempatan implan:
1 mm ruang buccolingual, 2 mm jarak ke gigi atau struktur vital, 3 mm jarak antar implan, dan 7 mm jarak ke gigi antagonis.
2. Bone-Implant Contact dan Permukaan Implan
Permukaan titanium yang kasar diketahui meningkatkan kontak tulang serta mendukung osseointegrasi. Teknik seperti aluminium oxide blasting dilaporkan menghasilkan peningkatan signifikan pada kualitas perlekatan tulang.
3. Transmucosal Attachment dan Biological Width
Berbeda dari gigi asli, jaringan peri-implan memiliki jenis serabut lebih sedikit dan vaskularisasi lebih terbatas sehingga lebih rentan terhadap inflamasi.
Pelepasan dan pemasangan kembali abutment dapat memicu penyesuaian biological width dan menyebabkan resorpsi tulang.
4. Microgap antara Implan dan Abutment
Celah mikro pada implan dua komponen dapat menjadi tempat akumulasi bakteri, memicu reaksi inflamasi, dan berkontribusi terhadap kehilangan tulang crestal meskipun celah berukuran sangat kecil (<10 mikron).
Peran Radiografi dalam Perencanaan dan Evaluasi Implan
Prof. Syaify menegaskan bahwa radiografi merupakan komponen integral dalam seluruh tahapan perawatan implan, mulai dari perencanaan hingga pemeliharaan. Radiografi digunakan untuk:
- Menilai kualitas dan kuantitas tulang alveolar.
- Mengidentifikasi struktur anatomi vital seperti sinus maksila dan nervus alveolaris inferior.
- Mendeteksi patologi potensial yang memengaruhi prognosis implan.
- Memantau osseointegrasi dan mendeteksi komplikasi.
- Menentukan ukuran dan posisi implan secara tepat.
Beliau turut menjelaskan alur evaluasi radiografis, termasuk pengenalan sisa semen, defek tulang marginal, peri-implantitis retrograde, serta deteksi partikel tulang yang terperangkap pada jaringan lunak peri-implan.
Komitmen iDSDC FKG UGM terhadap Penguatan Kompetensi Klinis
Melalui penyelenggaraan sesi ilmiah ini, iDSDC FKG UGM mempertegas komitmennya dalam meningkatkan kompetensi tenaga kesehatan gigi melalui pembelajaran berkelanjutan berbasis teknologi dan ilmu mutakhir. Wawasan yang diberikan Prof. Syaify diharapkan dapat memperkuat pemahaman peserta mengenai pentingnya pertimbangan periodontal dan perencanaan radiografis dalam mencapai keberhasilan implan gigi jangka panjang.
(Andri Wicaksono)