Berita

/

Berita Terbaru

Perjalanan Dibalik Senyum Yang Kembali Merekah…

Kisah Perjalanan 41 Dokter Gigi Baru FKG UGM di Tengah Tantangan Distribusi Tenaga Kesehatan Nasional

Yogyakarta, 11 Desember 2025 – Di sebuah hall Gedung Grha Sabha Pramana UGM, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada (FKG UGM) melantik 41 dokter gigi baru, tampak berdiri tegap dengan balutan jas putih, simbol profesi yang menandai peralihan dari ruang belajar menuju ruang pelayanan kesehatan publik. Namun di balik senyum bangga yang tampak di wajah mereka, tersimpan kisah panjang tentang ketekunan, tekanan, pengorbanan, serta harapan baru bagi pembangunan kesehatan gigi dan mulut Indonesia.

Prosesi pelantikan periode Desember 2025 ini bukan sekadar seremoni. Hal ini menjadi cermin dinamika pendidikan dokter gigi di tanah air sekaligus penanda lahirnya generasi tenaga kesehatan baru yang akan mengisi kekosongan layanan di berbagai wilayah Indonesia, wilayah yang selama ini kekurangan tenaga dokter gigi.

PERJALANAN YANG TIDAK MUDAH: 2–3 TAHUN KOAS YANG PENUH LIKU

Data akademik yang dirilis FKG UGM mencatat bahwa lama studi profesi para lulusan berada pada rentang 2 tahun 3 bulan hingga lebih dari 3 tahun, dengan rata-rata IPK 3,67. Angka ini mencerminkan konsistensi akademik sekaligus ketahanan mental para lulusan dalam menjalani tahap koas—fase paling kritis dalam pendidikan dokter gigi.

Dalam pidato mewakili lulusan, drg. Jordan Benny Pardamean Hutajulu menggambarkan masa koas sebagai periode yang “menguras energi, kesehatan, dan emosi” perjuangan yang diwarnai rasa takut, tekanan menyelesaikan kompetensi, hingga pergulatan dengan kelelahan mental. Namun, dari tekanan itu pula tumbuh ketangguhan dan motivasi untuk tetap berdiri hingga hari pelantikan.

KETIMPANGAN DISTRIBUSI DOKTER GIGI: PERINGATAN SERIUS DARI PDGI

Di balik keberhasilan akademik, pelantikan ini juga menyingkap realitas lapangan yang tidak dapat diabaikan, Dekan FKG UGM Prof. drg. Suryono, SH, MM, Ph.D menyatakan bahwa Indonesia masih kekurangan dokter gigi, khususnya di daerah terpencil.

Perwakilan Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) DIY drg. Hunik Rimawati, M.Kes dalam sambutannya menyatakan bahwa:

  • Jawa Barat masih memiliki lebih dari 240 puskesmas tanpa dokter gigi.
  • Di Kabupaten Lamando, hanya terdapat satu dokter gigi yang mengampu sebelas puskesmas dan satu rumah sakit.
  • Ketimpangan tenaga kesehatan di luar Jawa jauh lebih besar dan semakin memprihatinkan.

Seruan PDGI agar para lulusan bersedia mengisi wilayah-wilayah ini bukan hanya ajakan moral, tetapi refleksi kebutuhan mendesak negara.
Fakta lapangan ini menegaskan bahwa kehadiran 41 dokter gigi baru bukan sekadar menambah jumlah tenaga kesehatan, tetapi berpotensi mengurangi disparitas pelayanan kesehatan yang sudah berlangsung puluhan tahun.

LULUSAN TERBAIK DAN PENGHARGAAN DENTISTRY AWARD

FKG UGM kembali menganugerahkan Dentistry Award yang disampaikan oleh Wakil Dekan FKG UGM Bidang SDM, IT & Aset drg. Margareta Rinastiti, M.Kes., Sp.KG. Subsp.KR(K)., Ph.D, sebuah penghargaan untuk lulusan dengan rekam prestasi terbaik. Berdasarkan dokumen fakultas, penerima penghargaan periode ini adalah:

  1. drg. Amalia Nur Faadiya – Peringkat 1
  2. drg. Tiara Evita Sari – Peringkat 2
  3. drg. Jordan Benny Pardamean Hutajulu – Peringkat 3

Ketiganya dinilai unggul dalam aspek akademik, waktu studi, kiprah organisasi, dan kontribusi non-akademik. Selain itu, lima lulusan tercatat meraih predikat Pujian, termasuk drg. Hana Fauziah, drg. Nadia Mufida, drg. Najmia Salsabila, drg. Riza Adha, dan drg. Tiara Evita Sari. Data ini memperlihatkan kualitas akademik yang konsisten tinggi di angkatan ini.

DIMENSI KEMANUSIAAN DALAM RUANG PENDIDIKAN KEDOKTERAN

Salah satu bagian paling menyentuh dari rangkaian acara adalah sambutan perwakilan orang tua Prof. Dr. Tina Afiatin, M.Si yang mengisahkan perjuangan putra-putri mereka: malam-malam panjang, tekanan ujian, keraguan diri, dan rasa takut tidak mampu. Semua itu terbayar ketika mereka dinyatakan kompeten dan sah menyandang gelar dokter gigi.

Di sisi lain, pidato tersebut juga mengingatkan bahwa profesi dokter gigi bukan hanya keterampilan teknis, tetapi profesi yang memerlukan “hati yang penuh empati dan komitmen moral”. Pesan tersebut memperluas pemahaman publik tentang dunia kedokteran gigi, bahwa hubungan antara tenaga medis dan pasien bukan sekadar transaksi layanan kesehatan, melainkan hubungan kepercayaan yang harus dijaga.

KETIMPANGAN GENDER DAN DINAMIKA PROFESI

Dari 41 lulusan, 36 adalah perempuan, sementara hanya ada 5 laki-laki. Angka ini memperkuat tren bertahun-tahun bahwa profesi kedokteran gigi di Indonesia semakin didominasi perempuan.
Fenomena ini bukan semata persoalan statistik, tetapi memunculkan implikasi sosial, termasuk kemungkinan hambatan karier, distribusi kerja di daerah terpencil, dan peran ganda di tengah masyarakat. Diskusi mengenai isu ini semakin relevan ketika PDGI menyinggung perlunya strategi rekrutmen yang lebih merata pada masa mendatang.

ANTARA HARAPAN DAN KENYATAAN: MASA DEPAN PARA DOKTER GIGI BARU

Sejumlah tokoh dalam acara ini juga menyinggung arus perubahan profesi kedokteran gigi: digitalisasi, teknologi kedokteran mulut, kecerdasan buatan dalam diagnosis, hingga tantangan regulasi dan etika profesi.

Namun terlepas dari besarnya dinamika tersebut, pesan yang paling utama muncul adalah:
‘Indonesia membutuhkan dokter gigi’

Baik sebagai dokter muda di puskesmas terpencil, peserta program intensif, calon spesialis masa depan, hingga pemimpin layanan kesehatan gigi di tingkat nasional.

Dengan rata-rata IPK yang tinggi, ketahanan mental yang terbentuk selama koas, serta modal akademik dan etika yang kuat, 41 dokter gigi baru UGM ini meneruskan tongkat estafet dari generasi sebelumnya membawa harapan baru bagi layanan kesehatan gigi dan mulut di Indonesia.

DI BALIK SENYUM, ADA TANGGUNG JAWAB YANG BESAR

Pelantikan ini bukan garis akhir, melainkan garis mulai. Para dokter gigi baru kini melangkah ke dunia nyata, di mana senyum pasien tidak hanya dipulihkan melalui keterampilan klinis, tetapi juga melalui hati yang penuh dedikasi.

Di tengah ketimpangan distribusi tenaga medis, meningkatnya kebutuhan pelayanan masyarakat, dan dinamika sosial yang kompleks, mereka ditantang untuk tidak hanya bekerja, tetapi menghadirkan perubahan.

Dan dari rangkaian cerita hari itu, satu hal menjadi jelas:
Indonesia menaruh harapan besar di tangan-tangan dokter gigi baru yang hari ini dilantik.

(Reporter : Andri Wicaksono, Foto: Fajar Budi Harsakti)

Tags

Bagikan Berita

Berita Terkait
12 Desember 2025

FKG UGM Gelar Rapat Tinjauan Manajemen (RTM) 2025, Tegaskan Penguatan Kurikulum dan Transformasi Digital

12 Desember 2025

Imaging for Temporomandibular Joint Disorders

11 Desember 2025

Prof. Agus Maryono Sebut Potensi Air Hujan Bisa Jadi Air Minum

id_ID