Sinus maksilaris merupakan rongga udara terbesar di antara sinus paranasal yang memiliki peran penting dalam fungsi pernapasan, resonansi suara, serta integritas struktur wajah. Dalam bidang kedokteran gigi, terutama pada disiplin radiologi, bedah mulut, dan implantologi, pemahaman morfologi serta variasi anatomi sinus maksilaris menjadi sangat penting. Salah satu teknologi pencitraan yang memberikan keakuratan tinggi dalam analisis struktur ini adalah Cone-Beam Computed Tomography (CBCT).
Cone-Beam Computed Tomography atau BCT memungkinkan visualisasi tiga dimensi dari struktur tulang wajah dan sinus dengan dosis radiasi yang lebih rendah dibandingkan CT konvensional, menjadikannya pilihan ideal untuk evaluasi pra-operatif, perencanaan implan, serta diagnosis kelainan sinus yang berhubungan dengan gigi posterior rahang atas.
CBCT dalam Evaluasi Sinus Maksilaris
CBCT berfungsi untuk menilai morfologi sinus, ketebalan mukosa, volume rongga, serta keberadaan kelainan seperti kista, sinusitis odontogenik, maupun pneumatisasi sinus maksilaris.
Fitur-fitur CBCT seperti potongan aksial, koronal, dan sagital membantu dokter gigi dan ahli bedah mulut memperoleh gambaran detail hubungan antara akar gigi posterior rahang atas dengan dasar sinus, yang penting dalam mencegah komplikasi saat tindakan pencabutan atau pemasangan implan.
Kelebihan CBCT antara lain:
- Resolusi spasial tinggi dengan distorsi minimal.
- Dosis radiasi lebih rendah dibandingkan CT medis.
- Analisis volumetrik yang memungkinkan pengukuran jarak, luas, dan volume sinus secara akurat.
- Waktu pemindaian singkat, meningkatkan kenyamanan pasien.
Penelitian Terkait
Salah satu artikel pada Jurnal Majalah Kedokteran Gigi Klinis FKG UGM yang ditulis oleh Shinta Amini Prativi berjudul “Diagnosis pneumatisasi sinus maksilaris menggunakan cone-beam computed tomography (CBCT)” menegaskan bahwa CBCT merupakan modalitas yang sangat efektif untuk mengidentifikasi dan mengukur derajat pneumatisasi sinus maksilaris. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pneumatisasi sinusy aitu perluasan rongga sinus ke arah alveolar setelah kehilangan gigi posteriord apat dideteksi dengan jelas menggunakan CBCT, sehingga membantu dokter dalam merencanakan perawatan prostodontik dan implantologi dengan lebih aman dan presisi.
Implikasi Klinis Penggunaan CBCT pada Sinus Maksilaris
- Perencanaan Implan Dental
CBCT memungkinkan pengukuran ketebalan tulang alveolar di daerah posterior maksila secara akurat, membantu menentukan posisi optimal penempatan implan. - Evaluasi Kelainan Sinus Odontogenik
CBCT membantu mendeteksi sinusitis akibat infeksi periapikal atau prosedur pencabutan gigi yang melibatkan komunikasi oroantral. - Penilaian Pneumatisasi Sinus
CBCT memberikan gambaran tiga dimensi yang memungkinkan dokter menilai derajat invasi sinus ke arah alveolar crest, faktor penting dalam menentukan panjang implan atau kebutuhan sinus lift. - Deteksi Variasi Anatomi
CBCT mampu mengidentifikasi variasi anatomi seperti septa sinus, ketebalan membran Schneiderian, dan hubungan akar gigi dengan sinus yang berpotensi menyebabkan komplikasi saat operasi.
***
CBCT merupakan alat diagnostik unggulan dalam analisis sinus maksilaris karena mampu memberikan gambaran tiga dimensi yang akurat, efisien, dan berdosis rendah. Berdasarkan penelitian tentang diagnosis pneumatisasi sinus maksilaris menggunakan CBCT, teknologi ini terbukti efektif untuk menilai variasi anatomi serta perubahan patologis yang tidak dapat terdeteksi dengan radiografi konvensional. Pemanfaatan CBCT tidak hanya meningkatkan ketepatan diagnosis dan keselamatan pasien, tetapi juga menjadi fondasi penting dalam perkembangan kedokteran gigi digital yang berkelanjutan di Indonesia.
Referensi
MKGK, Shinta Amini Prativi, Diagnosis pneumatisasi sinus maksilaris menggunakan cone-beam computed tomography (CBCT), https://journal.ugm.ac.id/mkgk/article/view/49157
Penulis: Rizky B. Hendrawan | Foto: Freepik