Perawatan gigi pada anak, terutama tindakan invasif seperti pencabutan gigi, seringkali menimbulkan kecemasan yang memengaruhi perilaku dan pengalaman pasien anak. Anak usia 6-8 tahun berada pada tahap perkembangan di mana rasa takut terhadap hal asing (suara, bau, alat medis) dan ketidakpastian sangat kuat. Oleh karena itu, penggunaan teknik anestesi yang aman dan prosedur pendukung yang tepat sangat penting untuk meminimalkan kecemasan dan membuat pengalaman perawatan gigi menjadi lebih nyaman.
Salah satu penelitian penting dalam konteks ini adalah “Pengaruh Pencabutan Gigi Terhadap Kecemasan Pada Anak Usia 6-8 Tahun di Klinik KGA RSGM Prof. Soedomo”, dilakukan oleh mahasiswa FKG UGM, RR Nabila ZA dengan bimbingan Drg. Emut Lukito, SU, Sp.KGA(K) yang meneliti bagaimana pencabutan gigi dengan anestesi topikal mempengaruhi tingkat kecemasan anak lewat parameter fisiologis.
Ringkasan Penelitian
- Subjek penelitian: 10 anak usia 6-8 tahun yang sehat jasmani dan bersikap kooperatif; tindakan anestesi yang digunakan adalah anestesi topikal chlor ethyl diikuti pencabutan gigi.
- Metode: Desain satu kelompok pre-test post-test. Pengukuran denyut nadi dilakukan dua kali: pertama setelah istirahat 5 menit di ruang tunggu untuk mendapatkan kondisi basal/norma, kemudian kedua saat pencabutan gigi dilakukan dengan anestesi topikal.
- Hasil: Terdapat peningkatan denyut nadi setelah pencabutan gigi dengan anestesi topikal dibanding sebelum tindakan. Uji statistik paired sample t-test menunjukkan bahwa peningkatan tersebut bermakna.
- Kesimpulan: Pencabutan gigi dengan anestesi topikal chlor ethyl dapat memicu kecemasan pada anak usia 6-8 tahun, yang terlihat dari respons fisiologis (denyut nadi).
Aspek Anestesi dan Keamanan yang Perlu Diperhatikan
Berdasarkan hasil penelitian dan praktik klinis, berikut hal-hal penting untuk memastikan anestesi dan prosedur pencabutan gigi pada anak menjadi lebih aman dan minim kecemasan:
- Pemilihan Jenis Anestesi
- Anestesi topikal (seperti chlor ethyl) bisa menjadi pilihan yang kurang invasif dibanding injeksi; namun masih bisa menimbulkan rasa dingin atau stimulasi suhu yang memicu respons kecemasan.
- Pastikan anestesi cukup efektif dan sesuai dosis, serta aplikasinya tepat sehingga anak tidak mengalami sensasi yang mengejutkan atau tidak nyaman.
- Persiapan Psikologis Anak
- Jelaskan kepada anak tentang proses (dengan bahasa sederhana) dan tunjukkan alat yang akan digunakan agar tidak asing.
- Gunakan metode persiapan misalnya “tell-show-do” (memberi tahu, menunjukkan, lalu melakukan) untuk mengurangi ketidakpastian.
- Lingkungan yang Tenang dan Mendukung
- Suasana ruang tunggu yang nyaman, perlahan, dan tanpa stimulasi yang bisa menambah kecemasan (misalnya suara alat yang keras, bau antiseptik yang sangat menyengat).
- Personel klinik yang ramah, sabar, dan berpengalaman dengan anak-anak.
- Monitoring Fisiologis
- Seperti yang dilakukan dalam penelitian, pengukuran denyut nadi dapat menjadi indikator awal kecemasan. Jika denyut nadi meningkat jauh, tindakan mungkin harus ditunda atau dilakukan strategi penenang tambahan.
- Pantau juga parameter lain seperti respirasi, ekspresi wajah, dan respons verbal/nonverbal anak.
- Komunikasi dan Dukungan Keluarga
- Keterlibatan orang tua atau wali dapat sangat membantu. Kehadiran orang tua yang menenangkan dapat menurunkan kecemasan.
- Komunikasi sebelum tindakan menjelaskan manfaat, risiko kecil, dan langkah-langkah untuk membuat proses aman.
- Teknik Distraksi dan Kenyamanan
- Distraksi visual/auditorial (musik, video, mainan) untuk mengalihkan perhatian anak selama prosedur.
- Pilih alat yang sesuai dan lembut; anestesi aplikator sebaiknya tidak menyentuh area sensitif secara berlebihan.
- Evaluasi dan Tindak Lanjut
- Setelah tindakan, perhatikan reaksi anak terhadap efek anestesi dan tindak lanjut (nyeri, sensitivitas).
- Beri instruksi pasca cabut gigi (makanan lembut, kebersihan mulut, pantauan luka) agar pemulihan berjalan baik dan rasa takut/pengalaman buruk tidak berkesan panjang.
Relevansi dengan Keselamatan Anestesi dan Kebijakan Klinik
- Penggunaan anestesi yang aman dan monitoring respons anak secara fisiologis sesuai standar menjadi bagian dari praktek klinik yang berkualitas.
- Menetapkan SOP (Standar Operasional Prosedur) di klinik gigi anak untuk penggunaan anestesi topikal, termasuk pelatihan staf dalam teknik aplikasinya, pengelolaan kecemasan anak, dan penanganan keadaan darurat kecil bila terjadi reaksi yang tidak diinginkan.
- Edukasi keseharian untuk tenaga kesehatan gigi mengenai perilaku anak, psikologi anak, serta penggunaan anestesi/anestesi topikal yang tepat agar pengalaman perawatan gigi menjadi aman dan minim trauma.
***
Pencabutan gigi pada anak usia 6-8 tahun dengan anestesi topikal chlor ethyl dapat menimbulkan kecemasan, seperti yang terlihat dari peningkatan denyut nadi setelah tindakan. Oleh karena itu, perawatan gigi anak harus mencakup teknik anestesi yang aman, persiapan psikologis, lingkungan mendukung, komunikasi efektif, dan penggunaan strategi tambahan seperti distraksi untuk meminimalkan kecemasan. Dengan demikian, pengalaman perawatan gigi anak akan lebih positif, dan kemungkinan trauma atau ketakutan jangka panjang dapat dikurangi.
Referensi
RR NABILA ZA, Drg. Emut Lukito, SU, Sp.KGA(K), Pengaruh Pencabutan Gigi Terhadap Kecemasan Pada Anak Usia 6-8 Tahun di Klinik KGA RSGM Prof. Soedomo, https://etd.repository.ugm.ac.id/penelitian/detail/111649
Penulis: Rizky B. Hendrawan | Foto: Freepik