Fobia atau kecemasan terhadap dokter gigi adalah masalah klinis penting dalam kedokteran gigi pediatrik. Anak-anak yang takut dapat sulit untuk memenuhi perawatan, menolak tindakan, atau menunjukkan perilaku tidak kooperatif yang menghambat keberhasilan terapi. Oleh sebab itu, strategi manajemen psikologis dan operasional perlu dirancang khusus agar kunjungan anak ke klinik gigi dapat berjalan dengan baik dan nyaman.
Penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa FKG UGM, Maharani Audhika Putri Zega dengan bimbingan Dr. drg. Indra Bramanti., M.Sc., Sp. KGA (K) dan Dr. drg. Indah Titien S., SU., Sp. KGA (K) mengenai Gambaran Tingkat Kecemasan Dental pada Anak Usia 5–8 Tahun di Klinik Gigi (RSGM UGM Prof. Soedomo Yogyakarta) menggambarkan karakteristik kecemasan dental pada anak-anak usia dini, sebagai dasar pemahaman manajemen yang efektif.
Temuan Penelitian: Tingkat Kecemasan Anak Usia 5–8 Tahun
Berdasarkan penelitian yang melibatkan 96 anak usia 5–8 tahun (48 laki-laki, 48 perempuan) pada periode Oktober–Desember 2024 di RSGM UGM:
- Tingkat kecemasan diukur dengan Dental Anxiety Scale (DAS) berdasarkan usia, jenis kelamin, dan jenis perawatan.
- Tidak ada perbedaan signifikan dalam kecemasan berdasarkan usia (5, 6, 7, 8 tahun) (p = 0,549).
- Tidak ada perbedaan signifikan berdasarkan jenis kelamin (p = 0,098).
- Ada perbedaan yang sangat signifikan berdasarkan jenis perawatan (p ≈ 1.72 × 10⁻⁸). Artinya tindakan yang lebih invasif (seperti pencabutan, pulpotomi, dll) berkaitan dengan kecemasan yang lebih tinggi dibanding tindakan non-invasif.
Jenis tindakan perawatan memiliki pengaruh jauh lebih besar terhadap kecemasan dental anak dibanding usia atau jenis kelamin.
Prinsip Manajemen Anak yang Takut ke Dokter Gigi
Berikut strategi dan teknik klinis yang dapat diterapkan untuk mereduksi fobia atau kecemasan anak terhadap perawatan gigi:
1. Persiapan dan Approach Awal
- Familiarisasi & Previsit
Biarkan anak mengenal lingkungan klinik gigi seperti ruang tunggu, kursi gigi, dan alat sederhana sebelum prosedur. - Komunikasi Adaptif
Gunakan bahasa yang sederhana dan positif; hindari kata-kata yang menakutkan (seperti “sakit”, “jarum”) dalam menjelaskan prosedur. - Tell-Show-Do
Tunjukkan alat, jelaskan dengan cara yang mudah, lalu lakukan perlahan-lahan (misalnya mulai dengan mengusap gigi dengan alat ringan). - Modeling / Video / Cerita Positif
Anak bisa diajak melihat video atau cerita tentang anak lain yang menjalani perawatan gigi dengan baik agar menjadi contoh positif.
2. Teknik Distraksi & Relaksasi
- Video atau musik selama pengobatan
- Permainan ringan, alat visual
- Pernapasan dalam, teknik relaksasi sederhana
3. Modifikasi Prosedur & Teknik Minimal Invasif
- Mulai dengan tindakan noninvasif: pemeriksaan, pembersihan ringan
- Gunakan alat perawatan yang halus, ringkas, dan cepat
- Anestesi topikal dan teknik anestesi minimal traumatis agar anak memperoleh pengalaman yang nyaman
4. Strategi Kontrol Perilaku
- Positive Reinforcement
Pujian, stiker, atau hadiah kecil setelah prosedur selesai. - Tell-Back / Confirmasi Anak
Tanyakan kepada anak apakah mereka mengerti dan siap sebelum melanjutkan prosedur. - Timeout / Break pendek
Jika anak mulai cemas atau tidak kooperatif, beri jeda sejenak agar tenang kembali.
5. Pendekatan Bertahap & Evaluasi Berkelanjutan
- Mulai dengan prosedur ringan, lalu tingkatkan kompleksitas secara bertahap
- Monitor reaksi anak, catat kecemasan, tingkat kooperasi
- Ulangi prosedur ringan pada kunjungan awal agar anak membangun kepercayaan
Tantangan dan Catatan Penting
- Anak kecil mungkin belum memiliki kemampuan verbal untuk menyatakan rasa takut — dokter dan tim klinik perlu peka terhadap tanda non-verbal (gemetar, menolak, menangis).
- Kecemasan yang sudah terbentuk lama atau akibat pengalaman buruk sebelumnya memerlukan pendekatan lebih hati-hati.
- Pelibatan orang tua: orang tua yang panik atau memproyeksikan ketakutan bisa memperburuk kecemasan anak. Perlu edukasi dan dukungan pada orang tua juga.
- Sumber daya klinik (waktu, staf, alat) harus disesuaikan agar teknik manajemen tidak memakan waktu berlebihan.
Referensi
Maharani Audhika Putri Zega, Dr. drg. Indra Bramanti., M.Sc., Sp. KGA (K) ; Dr. drg. Indah Titien S., SU., Sp. KGA (K), GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN DENTAL PADA ANAK USIA 5-8 TAHUN SAAT di KLINIK GIGI (Kajian di RSGM UGM Prof. Soedomo Yogyakarta), https://etd.repository.ugm.ac.id/penelitian/detail/253203
Penulis: Rizky B. Hendrawan | Foto: Freepik