Berita

/

Artikel, Berita Terbaru

Manajemen Miksoma Odontogenik Periferal pada Pasien Geriatri Risiko Tinggi

Tumor odontogenik seperti miksoma odontogenik periferal di maksila meskipun cenderung jinak dan pertumbuhannya lambat, tetap membutuhkan pembedahan untuk mencegah gangguan fungsi atau estetika. Proses pembedahan dalam kelompok pasien lanjut usia dengan komorbiditas (misalnya pasien pasca stroke) memiliki risiko komplikasi pasca operasi yang lebih tinggi. Laporan kasus terbaru di RSUP Dr. Sardjito menunjukkan bahwa dengan persiapan yang baik, operasi eksisi dan kuretase pada pasien geriatri pasca stroke non-hemoragik dapat berjalan lancar tanpa komplikasi serius dalam periode follow-up enam bulan. Namun, tetap ada potensi risiko yang harus dianalisis dan dikelola dengan cermat.

Gambaran Kasus

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa FKG UGM, Anik Khoiriyah dengan bimbingan Dr. drg. Maria Goreti Widiastuti, Sp.BM(K) dan drg. Cahya Yustisia Hasan, Sp.BM(K) yang meneliti seorang pasien wanita usia 74 tahun, dengan riwayat stroke non‐hemoragik yang sudah terkontrol, datang dengan benjolan di gingiva rahang atas kiri sejak sekitar tiga bulan, tidak sakit, tidak mudah berdarah, tetapi mengganggu saat mengunyah. Lesi didiagnosis sebagai miksoma odontogenik periferal, dilakukan eksisi dan kuretase di bawah anestesi umum. Pasien dirawat secara komprehensif termasuk konsultasi neurologi, kardiologi, rawat bersama bagian geriatri untuk meminimalkan risiko pasca operasi. Tindak lanjut selama enam bulan menunjukkan prognosis baik: tidak ada keluhan, tidak terjadi dehisensi (terbukanya kembali luka operasi) dan tidak ada kekambuhan. 

Potensi Komplikasi Pasca Pembedahan

Meskipun pada kasus tersebut tidak dijumpai komplikasi dalam jangka pendek, dari literatur dan pengalaman klinis diketahui bahwa operasi tumor odontogenik, terutama pada pasien lanjut usia dengan komorbiditas, memiliki beberapa potensi komplikasi, antara lain:

  1. Perdarahan intraoperatif atau pasca operasi
    Risiko lebih tinggi bila pasien menggunakan antiplatelet atau obat-obat yang mempengaruhi koagulasi.
  2. Infeksi luka operasi atau jaringan lunak sekitar
    Risiko meningkat jika kondisi kebersihan, sistem kekebalan tubuh pasien, atau pengendalian glukosa/penyakit penyerta kurang optimal.
  3. Dehisensi luka
    Luka yang tidak menutup sempurna dapat terbuka kembali, menyebabkan nyeri, infeksi, dan menunda penyembuhan.
  4. Kekambuhan tumor
    Bila eksisi tidak mencakup seluruh lesi atau kuretase tulang tidak lengkap, residu tumor dapat menyebabkan kekambuhan, meskipun pada kasus ini tingkat kekambuhan rendah.
  5. Komplikasi terkait anestesi, terutama pada pasien geriatri dan komorbiditas seperti stroke
    Termasuk risiko kardiovaskular, gangguan fungsi organ, interaksi obat-obatan, serta risiko neurologis jika stabilitas pasien praoperatif tidak dipastikan.
  6. Masalah estetika atau fungsi
    Gangguan mobilitas mulut, nyeri, perubahan bentuk wajah, dan gangguan mengunyah bisa muncul bila operasi melibatkan kerusakan jaringan atau struktur pendukung.

Faktor yang Mempengaruhi Timbulnya Komplikasi

Berdasarkan kasus laporan serta tinjauan retrospektif terhadap literatur:

  • Kondisi praoperatif pasien (usia, riwayat stroke, status jantung, status neurologis, status nutrisi). 
  • Obat-obatan yang sedang dikonsumsi, terutama obat pengencer darah atau obat kardiovaskuler. 
  • Kompleksitas operasi (lokasi tumor, ukuran, apakah melibatkan tulang, kedekatan dengan struktur penting).
  • Kualitas perawatan anestesi dan pemantauan perioperatif.
  • Perawatan luka dan tindak lanjut pasca operasi.

Analisis Retrospektif dari Laporan Kasus

Dalam kasus yang dilaporkan:

  • Tidak ditemukan komplikasi serius, infeksi, dehisensi, atau kekambuhan hingga enam bulan pasca operasi. 
  • Persiapan pra operasi yang matang (konsultasi ke bagian neurologi dan kardiologi, evaluasi risiko obat-obatan) diyakini memainkan peranan besar dalam menghindari komplikasi. 
  • Pasien memiliki prognosis baik yang menunjukkan bahwa meskipun pasien lanjut usia dan ada riwayat stroke, operasi tumor odontogenik periferal dapat dilaksanakan dengan aman jika faktor risiko dikendalikan. 

Kesimpulan dan Rekomendasi

  • Pada pasien lanjut usia dengan riwayat stroke, penatalaksanaan tumor odontogenik seperti miksoma periferal dapat dilakukan dengan sukses tanpa komplikasi jika persiapan perioperatif optimal.
  • Penting melakukan evaluasi menyeluruh pra operasi, termasuk konsultasi klinis interdisipliner, pengaturan obat-obatan, serta penilaian fungsi organ.
  • Pemantauan pasca operasi juga penting, terutama dalam jangka pendek dan menengah, untuk mendeteksi komplikasi seperti infeksi, dehisensi, atau perubahan fungsi.
  • Untuk pengembangan penelitian ke depan, analisis retrospektif yang lebih besar dengan durasi follow-up lebih lama diperlukan untuk mengetahui tingkat kekambuhan tumor dan komplikasi jangka panjang.

Referensi
Anik Khoiriyah, Dr. drg. Maria Goreti Widiastuti, Sp.BM(K), drg. Cahya Yustisia Hasan, Sp.BM(K), Penatalaksanaan Miksoma Odontogenik Periferal Maksila Sinistra pada Penderita Geriatri Pasca Stroke Non Hemoragik dengan Anestesi Umum, https://journal.ugm.ac.id/mkgk/article/download/11982/8823

Penulis: Rizky B. Hendrawam | Foto: Freepik

Tags

Bagikan Berita

Berita Terkait
26 Desember 2025

FKG UGM Bina FKG UMY untuk Dirikan PPDGS Kedokteran Gigi Anak

24 Desember 2025

Bagi Residen Periodonsia UGM, Ujian Kompetensi Nasional Tak Lagi Menakutkan

23 Desember 2025

FKG UGM Matangkan Re-Akreditasi Program Studi Spesialis Penyakit Mulut Melalui Simulasi Borang

id_ID