Senyum yang indah dipengaruhi oleh susunan gigi depan yang sehat, rapi, dan estetis. Kebutuhan akan senyum yang menarik ini mendorong berkembangnya berbagai teknik restorasi gigi yang tak hanya mengutamakan fungsi, tetapi juga penampilan. Salah satu teknik yang kini makin diminati adalah direct veneer, sebuah prosedur yang memadukan prinsip keindahan dan perawatan konservatif dalam praktik kedokteran gigi.
Kebutuhan akan penguasaan teknik ini menjadi latar belakang diselenggarakannya Workshop 101 Direct Veneer oleh Integrated Dental Skill Development Center (iDSDC) FKG UGM pada Jumat (18/7/2025). Kegiatan ini diikuti oleh menghadirkan narasumber drg. Pribadi Santosa, M.S., Sp.KG, Subsp. KR(K), pakar konservasi gigi yang telah berpengalaman menangani berbagai kasus restorasi estetik.
Veneer adalah lapisan tipis bahan restoratif yang ditempelkan pada permukaan depan gigi untuk memperbaiki warna, bentuk, atau posisi gigi. Dalam praktiknya, direct veneer dilakukan langsung di dalam mulut pasien menggunakan bahan resin komposit tanpa harus melalui proses pembuatan di laboratorium, sehingga prosedur ini dapat diselesaikan dalam satu kali kunjungan. Metode ini menjadi pilihan populer karena prosesnya cepat, biaya lebih terjangkau, dan tetap menjaga struktur alami gigi.
Sesi pertama dibuka dengan penjelasan mengenai prinsip dasar estetika gigi anterior. Ia menekankan pentingnya keseimbangan antara bentuk gigi, garis senyum, dan struktur wajah. drg. Pribadi mengatakan estetika gigi tidak bisa dipisahkan dari proporsi wajah dan senyum. Maka, perencanaan kasus harus mempertimbangkan bentuk gigi, garis senyum, dan karakteristik jaringan sekitarnya.
Setelah memahami dasar teori, peserta diajak menyimak dan mempraktikkan teknik preparasi minimal invasif. Mulai dari mempertahankan jaringan keras gigi sebanyak mungkin, hingga memilih jenis resin komposit yang sesuai. “Prinsip minimal invasif bukan hanya tren, tapi merupakan fondasi dalam menjaga kesehatan jaringan gigi. Preparasi seminimal mungkin akan memberikan hasil restorasi yang lebih bertahan lama,” ucapnya.
Para peserta tampak lebih antusias lagi saat mulai menerapkan teknik layering secara langsung. Layering adalah kunci dalam menciptakan restorasi yang tidak hanya kuat secara fungsional, tetapi juga menyatu secara visual dengan gigi sekitarnya.
Tahapan terakhir adalah finishing dan polishing. Tahap ini menjadi penentu dari semua proses yang telah dilakukan. Dengan teknik tertentu, peserta mendapat pendampingan satu per satu oleh drg. Pribadi guna menghasilkan permukaan restorasi yang halus, mengilap, dan anatomi yang akurat. “Detail terakhir inilah yang menentukan keberhasilan jangka panjang dari veneer. Estetika dan kenyamanan pasien harus diperhatikan,” tutupnya.
Koordinator iDSDC, Bekti Nur Aini, S.Kp.G., MPH., menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari komitmen menyediakan pelatihan berbasis ilmiah dan aplikatif. “Workshop ini sebagai upaya meningkatkan kompetensi dokter gigi dalam bidang kedokteran gigi estetik yang aplikatif dan berbasis ilmiah,” ungkapnya.
Kegiatan kali ini dapat terlaksana berkat hasil kolaborasi antara iDSDC FKG UGM, Ivoclar, dan Tawada Healthcare. Kolaborasi ini tidak hanya mendukung terselenggaranya workshop dari sisi teknis dan materi, tetapi juga mencerminkan pentingnya sinergi antara institusi pendidikan, industri teknologi kedokteran gigi, dan penyedia layanan kesehatan dalam memperluas akses pelatihan yang aplikatif, berkualitas, dan berbasis perkembangan ilmu terkini.
Penulis dan Fotografer: Fajar Budi Harsakti