Berita

/

Berita Terbaru, SDG 3, SDG 4, SDG 9

Kesetaraan dalam Perawatan Kesehatan Mulut Individual with Special Health Care Needs  ISHCN

Materi ini difokuskan pada kesetaraan dan kesenjangan dalam perawatan kesehatan mulut bagi individu dengan kebutuhan perawatan kesehatan khusus (ISHCN). Dr. Simonne Salazar Ferraris, D.M.D., Ph.D menjelaskan tantangan yang dihadapi oleh berbagai jenis disabilitas, termasuk gangguan fisik, intelektual, perilaku, dan sensorik. Pembicara menyoroti berbagai intervensi dan program khusus yang dikembangkan untuk mengatasi tantangan ini, seperti sikat gigi yang dimodifikasi, video edukasi, dan materi braille. Pengasuh dan penyedia layanan kesehatan juga menghadapi kesulitan, termasuk keterbatasan waktu, stres emosional, dan pelatihan yang terbatas. Pendekatan tradisional terhadap kedokteran gigi memiliki keterbatasan dalam mengatasi masalah ini, yang mengarah pada pertimbangan kedokteran gigi digital sebagai solusi potensial untuk meningkatkan kesetaraan dan akses ke perawatan kesehatan mulut bagi ISHCN.

Dr. Simonne Salazar Ferraris, D.M.D., Ph.D memaparkan tentang peningkatan kualitas hidup pasien berkebutuhan khusus melalui prostetik maksilofasial dan kedokteran gigi digital. Ia menyoroti bagaimana teknologi kedokteran gigi digital yang canggih merevolusi prostetik maksilofasial, dengan fokus pada pasien pascabedah dan mereka yang berkebutuhan khusus. Dr. Ferraris bertujuan untuk membahas kemajuan klinis dan dampak psikososial dari perawatan prostetik modern. Ia menyampaikan rasa terima kasih kepada panitia penyelenggara dan mendorong peserta untuk terlibat dalam diskusi yang bermakna selama presentasinya.

Dr. Simonne menguraikan kuliahnya tentang kedokteran gigi digital dan prostetik maksilofasial untuk populasi berkebutuhan khusus. Ia membahas alur kerja tradisional dan digital untuk membuat prostetik maksilofasial, menyoroti keuntungan metode digital seperti peningkatan akurasi, reproduktifitas, dan kemampuan untuk mengatasi hambatan geografis. Dr. Simonne memaparkan studi kasus pasien perempuan berusia 20 tahun yang menerima obturator konvensional dan cetak 3D setelah maksilektomi parsial. Ia menekankan pentingnya memulihkan fungsi oral seperti bicara, mengunyah, dan menelan, dengan mencatat bahwa prostetik dapat meningkatkan kualitas hidup pasien secara signifikan dengan menangani aspek-aspek fungsional ini.

Penulis: Andri Wicaksono | Foto: Dok. Panitia IDSC 2025

Tags

Bagikan Berita

Berita Terkait
10 Desember 2025

Mahasiswa FKG UGM Raih Juara 2 di International Dental Quiz di Universitas Syiah Kuala, Aceh

10 Desember 2025

FKG UGM ke ‘Kota Bengawan’, Kawal Persiapan Pembukaan Program Studi Dokter Gigi Spesialis Konservasi Gigi FKG UMS

9 Desember 2025

Perawatan Resesi Gingiva Dengan Teknik Minimal Invasif

id_ID