Berita

/

Artikel, Berita Terbaru

Karies Sekunder pada Gigi

Karies sekunder (atau karies rekuren) adalah kerusakan gigi yang terjadi di sekitar tepi restorasi (seal margin) setelah restorasi lama diterapkan. Meskipun restorasi tampak utuh, mikroleakase (peredaran mikrofluida) di antara jahitan antara bahan restorasi dan jaringan gigi bisa memungkinkan penetrasi bakteri serta asam sisa metabolik, sehingga menimbulkan demineralisasi di tepi restorasi.

Restorasi berbahan resin komposit sering dipilih karena sifat estetik dan kemampuan langsung aplikasinya. Namun, salah satu kelemahan dari resin komposit adalah pengerutan polimerisasi (polymerization shrinkage) yaitu penyusutan volume yang terjadi selama proses pengerasan materi resin setelah penyinaran cahaya. Pengerutan ini dapat menciptakan tegangan internal (shrinkage stress) dan celah mikro kecil yang menjadi tempat mikroorganisme berkembang, memicu karies sekunder.

Hubungan Antara Pengerutan Polimerisasi dan Karies Sekunder

  • Shrinkage stress yang tinggi dapat menyebabkan delaminasi (lepasnya ikatan) antara resin dan enamel atau dentin.
  • Celah mikro ini mempermudah infiltrasi bakteri, plasmanya, dan cairan mulut ke bawah restorasi.
  • Waktu dan intensitas penyinaran memengaruhi besar penyusutan, sehingga berperan penting dalam kejadian karies sekunder.

Temuan dari Penelitian UGM

Penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa FKG UGM, Nadya Erza Taravinka dengan bimbingan drg. Pribadi Santosa, M.S., Sp.KG(K) dan drg. Margareta Rinastiti, M.Kes., Sp.KG. Subsp.KR(K)., Ph.D. dengan judul  “Pengaruh Metode Penyinaran Soft-start dan High Intensity Terhadap Pengerutan Polimerisasi Resin Komposit” menyimpulkan bahwa:

  • Metode soft-start menghasilkan tingkat pengerutan polimerisasi yang lebih rendah dibandingkan metode high intensity
  • Meski demikian, metode high intensity bisa menjadi pilihan yang tepat untuk jenis resin komposit yang sudah dikembangkan khusus agar menahan efek penyinaran intensif. 

Dengan pengerutan yang lebih rendah, metode soft-start secara potensi dapat mengurangi risiko pembentukan celah mikro di tepi restorasi, sehingga dapat menurunkan kemungkinan terbentuknya karies sekunder di sekitar restorasi.

Strategi Mengurangi Risiko Karies Sekunder

Berdasarkan mekanisme dan hasil penelitian tersebut, berikut beberapa strategi klinis untuk menekan kejadian karies sekunder pada restorasi resin komposit:

  1. Pilih metode penyinaran yang meminimalkan shrinkage stress
    • Metode soft-start (dimulai dengan intensitas rendah kemudian meningkat) dapat mengurangi stress awal dan memungkinkan resin beradaptasi sebelum pengerasan penuh.
    • Hindari langsung menggunakan intensitas tinggi kecuali bahan resin spesifik mendukungnya.
  2. Gunakan resin komposit yang diformulasi untuk shrinkage rendah
    • Beberapa resin modern menggunakan matriks monomer atau filler yang dirancang untuk mengurangi penyusutan.
    • Bahan yang cocok dengan metode penyinaran dapat lebih tahan terhadap retardasi stres.
  3. Teknik layering / incremental fill
    • Melapisi resin dalam lapisan tipis (incremental build-up) membantu mengontrol penyusutan internal, meminimalkan efek tegangan akumulatif.
  4. Optimasikan posisi dan sudut penyinaran
    • Pastikan lampu curing berada sedekat mungkin dengan permukaan restorasi dengan sudut yang optimal.
    • Minimalkan bayangan dan hambatan cahaya agar penetrasi uniform.
  5. Pasang seal margin dengan kualitas tinggi
    • Pastikan margin restorasi mempunyai persiapan yang baik (tepi halus, tidak undercut), agar perekat dapat mengikat dengan kuat.
    • Gunakan bahan adhesif yang berkualitas dan protokol bonding benar.
  6. Perawatan dan pemeriksaan berkala
    • Deteksi dini kebocoran tepi restorasi dengan pemeriksaan klinis atau radiografik.
    • Jika ditemukan perubahan tepi restorasi atau infiltrasi, pertimbangkan perbaikan atau penggantian restorasi.

***

Karies sekunder merupakan tantangan utama pada restorasi resin komposit karena sifat penyusutan polimerisasi yang dapat menciptakan celah mikro pada batas restorasi. Penelitian UGM menunjukkan bahwa metode soft start lebih menguntungkan dalam mengurangi tingkat penyusutan dibandingkan metode high intensity, sehingga berpotensi menurunkan risiko karies sekunder. Dalam praktek klinis, pemilihan metode penyinaran, bahan komposit yang tepat, teknik aplikatif yang baik, dan pemeriksaan rutin sangat penting untuk mempertahankan keberhasilan restorasi jangka panjang.

Referensi
NADYA ERZA TARAVINKA, drg. Pribadi Santosa, M.S., Sp.KG(K), drg. Margareta Rinastiti, M.Kes., Sp.KG. Subsp.KR(K)., Ph.D., Pengaruh Metode Penyinaran Soft-start dan High Intensity Terhadap Pengerutan Polimerisasi Resin Komposit, https://etd.repository.ugm.ac.id/penelitian/detail/206890

Penulis: Rizky B. Hendrawan | Foto: Freepik

Tags

Bagikan Berita

Berita Terkait
4 Desember 2025

Desain Restorasi Komposit Estetik

3 Desember 2025

Belajar dari Para Maestro Implant Dunia: Kisah Perjalanan Ilmiah Departemen Periodonsia FKG UGM di The 8th Indonesian Symposium of Implant Dentistry (ISID 8)

3 Desember 2025

Dua Dekade Berlalu, Alumni FKG UGM Angkatan 2005 Pulang ke Kampus: Serahkan Donasi Pendidikan & Tanam Pohon

id_ID